Tadi
malam menjelang pagi, akhirnya terpilihlah ketua MPR RI yang baru. Ketua MPR
ini adalah politisi partai yang sebelumnya menjabat sebagai menteri kehutanan.
Dia mengundurkan diri sebagai menteri sejak tanggal 1 Oktober 2014. Sudah jelas
motivasinya untuk menjadi legislatif di DPR RI. Posisi ini lebih aman
dibandingkan dengan posisi mentri yang hanya bertahan beberapa hari lagi.
Ketua
MPR ini, inisialnya ZH. Saya sengaja menuliskannya dengan inisial karena
menurut saya dia layak disejajarkan dengan pelaku kriminal. Para pelaku
kriminal yang diberitakan selalu menggunakan inisial, kan? Mengapa demikian?
Beberapa tahun ini, selama dia menjadi mentri kehutanan, banyak hutan yang
terbakar. Makin lama dia menjabat, makin banyak yang terbakar. Makin banyak
pula asapnya. Asap dari kebakaran hutan ini bahkan sampai diekspor ke luar
negeri. Ini bukanlah komoditi ekspor yang membanggakan. Tidak ada pula devisa
yang masuk dari ekspor macam ini.
Indonesia
adalah salah satu negara yang memiliki hutan terluas di dunia. Hutan
menghasilkan oksigen, yang diperlukan oleh hampir semua makhluk hidup, termasuk
manusia. Saya rasa pemimpin negara kita juga tahu pentingnya hutan, karena
itulah selalu ada departemen kehutanan dalam setiap kabinetnya. Harus ada orang
yang bertanggung jawab atas pengelolaan hutan. Dalam kabinet Presiden SBY yang
dibentuk 5 tahun yang lalu, dipilihkan orang ini untuk menanganinya, si ZH.
Biasanya,
orang yang dipilih untuk menempati jabatan tertentu adalah orang yang kompeten
di bidangnya dan sudah bisa membuktikannya. Untuk jabatan ketua MPR, memang
tidak banyak yang pernah menjabatnya. Karena itu, persyaratan lainlah yang
harus dibuat. Yang jelas, bukan hanya persyaratan biasa untuk memimpin lembaga
tertinggi di negara ini. Yang pasti, syarat utama menjadi ketua MPR adalah
warga negara Indonesia. Persyataran lainnya, saya kurang memantau. Yang pasti
lagi, untuk menempatkan seseorang menjadi pucuk pimpinan sebuah lembaga tinggi
(bahkan tertinggi) di sebuah negara adalah dengan melihat rekam jejaknya.
Rekam
jejak ZH ini mungkin mengesankan dan mengagumkanbagi banyak orang yang
tergabung dalam koalisi pendukungnya. Namun, bila dilihat dan diamati
baik-baik, rekam jejaknya sangat buruk. Buruk karena tidak berhasil melakukan
kewajibannya dengan bertanggung jawab. Tidak ada delegasi tugas yang baik.
Tidak ada pula solusi atas permasalahan yang sudah menjadi masalah bagi dunia
seperti kebakaran hutan itu. Dan orang seperti inilah yang dipilih menjadi
pemimpin lembaga tertinggi?
Sebagai
pendukung koalisi merah putih, orang ini mewujudkannya dalam bentuk fisik.
Merah adalah api. Putih adalah asap. Asap kebakaran hutan yang merugikan banyak
orang. Bentuk fisik ini sangat mengganggu bagi banyak orang.Mbok, ya, kalau mau
berkreasi itu enggak perlu menyusahkan banyak orang, tho!
Sebagai mentri,
seharusnya dia memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk berbuat sesuatu
yang lebih baik. Namun, dia tidak memilih pilihan itu. Dia mengundurkan diri
sebagai mentri, meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja. Dia mengundurkan
diri sesaat sebelum pelantikannya sebagai anggota dewan. Perbuatan ini
menunjukkan kalau dia lebih mementingkan jabatan barunya di DPR dibandingkan
dengan tanggung jawabnya sebagai mentri.
Berita mengejutkan
tetang terpilihnya orang ini sebagai ketua MPR terus terang agak mengusik
ketenangan saya. Biasanya, saya kurang peduli dengan masalah polit di negeri
ini, karena menurut saya kurang penting. Memang pendapat ini agak berbeda
dengan kebanyakan orang yang menganggap politik adalah bagain dari hidupnya.
Saya “ribut” dengan pemilihan ketua MPR baru ini karena saya merasa pasokan
oksigen dari hutan akan terganggu dan tidak akan bertambah baik. Bagi saya,
oksigen jauh lebih penting dari hal lainnya. Semoga saja, semua yang terjadi
ini bisa membuat bangsa ini menjadi lebih baik. {ST}