Ana

Jumat, 31 Oktober 2014

Buaya di Tanjung Pasir #61





Jakarnaval 2014 #129





Syukuran Rakyat 2014 #11





Bu Susi yang Fenomenal




                Susi Pujiastuti, pemilik Susi Air dipilih menjadi menteri kelautan dan perikanan. Pemilihannya mengundang kontroversi. Pro dan kontra di mana-mana. Yang pasti, sih, media sosial diramaikan oleh komentar tentang ibu yang dulunya pernah jadi bakul ikan ini.
                Sangat banyak orang yang kontra tentang pengangkatan ibu yang sering berpenampilan nyentrik ini. Bu Susi bukanlah orang berpendidikan tinggi. Dia hanya tamatan SMP. Karena keterbatasannya, dia tidak menyelesaikan SMA-nya. Jauh berbeda dengan kebanyakan menteri yang bersekolah sampai jenjang S3.
                Pendidikan formalnya membuatnya jadi bahan celaan di mana-mana, termasuk juga di komunitas orang-orang Kalimantan yang kecewa karena tidak ada orang Kalimantan yang dipilih menjadi menteri. Celaan ini tak sengaja terbaca oleh saya. Daripada ikut komentar dan menambah keruh suasana, mendingan saya ngeblog sajah.
                Saya termasuk orang yang mengagumi Bu Susi. Pendidikan formalnya yang hanya SMP justru membuat saya makin kagum. Saya kagum bukan karena dia menjadi menteri, tapi karena dia adalah pengusaha yang sukses.
                Bu Susi, si bakul ikan, memiliki usaha yang enggak jauh-jauh dari keahliannya, jualan ikan. Demi mengantarkan ikannya tetap segar sampai di tujuan, dia membeli pesawat. Dari sinilah usaha maskapai penerbangannya dimulai. Usaha yang awalnya adalah usaha sampingan ini menjadi besar. Maskapai yang memiliki banyak pesawat kecil ini dapat mencapai jauh ke pelosok Indonesia.
                Tentang tato dan kebiasaan merokoknya, sama sekali bukan masalah buat saya. Itu bagian dari hak asasinya untuk merajah tubuhnya. Pilihan bebas pula bagi dia untuk memilih gaya hidup merokok. Selama asap rokoknya tidak mengganggu saya, saya tidak keberatan. Tidak adil rasanya menghakimi seseorang hanya karena dia merokok.
                Tentang suaminya yang WNA, itu juga bukan masalah yang harus dibesar-besarkan. Kalau dia WNA yang tinggal di negeri ini dan tidak memiliki potensi yang mengancam keselamatan bangsa, ya enggak papa. Hak dia juga untuk menikah dengan pria bule. Pria bule yang WNA belum tentu ancaman bagi negara kita. Banyak juga WNI yang menjadi ancaman bagi negerinya sendiri. Jadi teroris di negeri sendiri.
                Baru beberapa hari dilantik memang belum saatnya untuk banyak berkomentar. Hasil kerja menteri baru ini juga belum kelihatan. Saya hanya agak gemas dengan banyaknya tukang komentar yang beredar di sekitar saya. Tukang komentar yang belum tentu lebihbaik dari orang yang dikomentari. {ST}

Hutan Kota Srengseng #31





Pawai Budaya Kreatif 2014 #73





Kamis, 30 Oktober 2014

Buaya di Tanjung Pasir #60





Jakarnaval 2014 #128





Syukuran Rakyat 2014 #10





Ketika Orang Dayak Tak Ada yang Jadi Menteri




                Ketika Pak Jokowi dan Pak JK diumumkan sebagai pemenang pemilu 2014, banyak orang yang menduga susunan kabinet yang dijanjikan lebih banyak berisi orang profesional ini. Dari banyak orang yang diduga akan mengisi posisi menteri ini, ada seorang dari Kalimantan, Orang Dayak, yang sama sukunya dengan saya.
                Dugaan itu bertambah besar karena orang ini bernaung di partai politik yang sama dengan presiden baru. Orang inipun sudah menunjukkan kompetensinya dengan menjadi gubernur selama 2 periode di daerah asal kami.
                “Kapan lagi Orang Dayak jadi menteri?” itu adalah bagian dari komentar kalau bertemu dengan komunitas sesama Dayak.
                Komentar itu menimbulkan sedikit kebanggan bagi sebagian orang. Suku Dayak, yang selama ini lebih sering dikenal sebagai suku dengan citra negatif dan primitif, akhirnya ada yang dipercaya menjadi menteri. Gosip/isu/rumor ini berkembang menjadi harapan bagi banyak orang. Harapan yang melambung tinggi itu terletak di bawah keputusan kepala negara, di mana menentukan menteri menjadi hak prerogatifnya.
                Sebagai orang Dayak, tentunya saya juga akan bangga dan besyukur bila ada orang sesuku saya dipercaya menjadi menteri. Namun, saya tidak menaruh harapan besar pada orang ini. Menaruh harapan berdasarkan suku itu artinya membeda-bedakan SARA, sesuatu yang saya hindari. Sebisa mungkin, kalau untuk kebaikan, membedakan orang berdasarkan SARA itu ditiadakan. Apalagi kabinet ini kabarnya akan disusun berdasarkan profesionalitas.
                Ketika kabinet diumumkan, tidak ada 1 orang pun yang berasal dari tanah kelahiran saya yang menjadi menteri. Tidak ada orang Kalimantan sama sekali. Banyak orang yang kecewa atas kenyataan ini karena sudah menduga kalau jagoannya, akan menjadi menteri. Posisi menteri yang diduga akan diduduki oleh sang jagoan, diduduki oleh politisi senior dari partai yang sama.
                Dengan kenyataan ini, muncul lagi gosip kalau bapak ini tersangkut masalah dengan KPK. Muncul gosip kalau dia sebenarnya ada di daftar merah atau kuning dari KPK. Muncul juga orang-orang yang kecewa dengan menteri pilihan presiden. Kekecewaan itu bahkan ada yang diungkapkan dengan keinginan untuk membentuk negara baru dengan wilayah di Kalimantan.
                Kekecewaan rekan-rekan sesama orang Kalimantan itu diungkapkan lewat berbagai media sosial. Ungkapan yang biasanya berupa status panjang bingit ini ditanggapi oleh beberapa orang yang pro dan kontra. Saya, sih, memilih tidak menanggapi. Supaya saya tidak termasuk dalam putaran pemikiran yang sia-sia. Yeah, menurut saya pemikiran itu adalah sia-sia. Lebih saya memusatkan pikiran saya kepada hal lain yang lebih berguna.
                Bila ternyata kepala negara tidak memilih Orang Dayak sebagai menterinya, itu justru jadi cerminan sendiri. Sesuatu yang harus dievaluasi. Itu artinya tidak ada orang Dayak yang dinyatakan layak menjadi menteri, paling tidak di mata presiden dan wakil presiden yang sekarang ini. Dengan tidak menjadi menteri, bukan berarti pembangunan di Kalimantan diabaikan. Toh, masih ada pemerintah daerah. Pemerintah daerah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan kinerjanya.
                Saya tidak kecewa bila tidak ada 1 pun orang Kalimantan yang dipilih sebagai menteri. Kalaupun kecewa, saya tidak akan mengungkapkannya dengan mengusulkan memebentuk negara baru. Saya cukup menuliskan kekecewaan saya di blog ini, kemudian melanjutkan kehidupan saya. Kalaupun berniat menjadi menteri, saya akan menjadi menteri di NKRI. {ST}

Hutan Kota Srengseng #30





Pawai Budaya Kreatif 2014 #72





Rabu, 29 Oktober 2014

Buaya di Tanjung Pasir #59





Jakarnaval 2014 #127





Si Mbak Anak Mantan Presiden




                Dalam jajaran menteri di Kabinet Kerja, ada seorang menteri koordinator yang cukup menarik perhatian. Dia adalah menteri termuda dan juga seorang perempuan. Sebuah paduan yang seharusnya mendatangkan kekaguman. Namun, perpaduan itu tidak cukup untuk membuat saya kagum.
                Mbak menteri yang namanya sangat enggan saya sebutkan ini adalah keturunan mantan presiden. Kakek dan ibunya pernah menjadi presiden di negeri ini. Namanya menjadi terkenal karena embel-embel para leluhurnya itu. Kalau prestasinya? Wah, gak tau deh. Gak ada yang tahu tepatnya. Ngintilin ibu, menurut saya, bukanlah suatu prestasi. Semua anak kecil juga melakukannya.
                Menteri koordinator, bisa dianggap lebih tinggi jabatannya dibandingkan dengan menteri yang mengurus departemen. Tugasnya adalah melakukan koordinasi. Diperlukan kecakapan khusus untuk dapat menjadi menko. Kecakapan ini biasanya berkembang seiring dengan pengalaman. Dan pengalaman si mbak ini adalah…hanya di lingkup parpol di mana ibunya adalah ketua umumnya.
                Terus terang saja, saya meragukan kinerja di mbak ini. Dia bahkan menunjukkan ketidakmampuannya di hari pelantikannya. Ketika para menteri berjalan kaki menggunakan kakinya untuk berjalan dan berlari di hari pelantikannya, dia malah menggunakan mobil golf yang biasanya hanya digunakan oleh presiden dan wakilnya. Apakah maksudnya dia punya obsesi menjadi presiden? Semacam putri mahkota gitu. Emboh, ya. {ST}

Hutan Kota Srengseng #29





Popular Posts

Isi blog ini