Jumat, 31 Oktober 2014
Bu Susi yang Fenomenal
Susi Pujiastuti, pemilik Susi
Air dipilih menjadi menteri kelautan dan perikanan. Pemilihannya mengundang
kontroversi. Pro dan kontra di mana-mana. Yang pasti, sih, media sosial
diramaikan oleh komentar tentang ibu yang dulunya pernah jadi bakul ikan ini.
Sangat banyak orang yang kontra
tentang pengangkatan ibu yang sering berpenampilan nyentrik ini. Bu Susi
bukanlah orang berpendidikan tinggi. Dia hanya tamatan SMP. Karena
keterbatasannya, dia tidak menyelesaikan SMA-nya. Jauh berbeda dengan
kebanyakan menteri yang bersekolah sampai jenjang S3.
Pendidikan formalnya membuatnya
jadi bahan celaan di mana-mana, termasuk juga di komunitas orang-orang
Kalimantan yang kecewa karena tidak ada orang Kalimantan yang dipilih menjadi
menteri. Celaan ini tak sengaja terbaca oleh saya. Daripada ikut komentar dan
menambah keruh suasana, mendingan saya ngeblog sajah.
Saya termasuk orang yang
mengagumi Bu Susi. Pendidikan formalnya yang hanya SMP justru membuat saya
makin kagum. Saya kagum bukan karena dia menjadi menteri, tapi karena dia
adalah pengusaha yang sukses.
Bu Susi, si bakul ikan, memiliki
usaha yang enggak jauh-jauh dari keahliannya, jualan ikan. Demi mengantarkan
ikannya tetap segar sampai di tujuan, dia membeli pesawat. Dari sinilah usaha
maskapai penerbangannya dimulai. Usaha yang awalnya adalah usaha sampingan ini
menjadi besar. Maskapai yang memiliki banyak pesawat kecil ini dapat mencapai
jauh ke pelosok Indonesia.
Tentang tato dan kebiasaan
merokoknya, sama sekali bukan masalah buat saya. Itu bagian dari hak asasinya
untuk merajah tubuhnya. Pilihan bebas pula bagi dia untuk memilih gaya hidup
merokok. Selama asap rokoknya tidak mengganggu saya, saya tidak keberatan.
Tidak adil rasanya menghakimi seseorang hanya karena dia merokok.
Tentang suaminya yang WNA, itu
juga bukan masalah yang harus dibesar-besarkan. Kalau dia WNA yang tinggal di
negeri ini dan tidak memiliki potensi yang mengancam keselamatan bangsa, ya enggak
papa. Hak dia juga untuk menikah dengan pria bule. Pria bule yang WNA belum
tentu ancaman bagi negara kita. Banyak juga WNI yang menjadi ancaman bagi
negerinya sendiri. Jadi teroris di negeri sendiri.
Baru beberapa hari dilantik
memang belum saatnya untuk banyak berkomentar. Hasil kerja menteri baru ini
juga belum kelihatan. Saya hanya agak gemas dengan banyaknya tukang komentar
yang beredar di sekitar saya. Tukang komentar yang belum tentu lebihbaik dari
orang yang dikomentari. {ST}
Kamis, 30 Oktober 2014
Ketika Orang Dayak Tak Ada yang Jadi Menteri
Ketika Pak Jokowi dan Pak JK
diumumkan sebagai pemenang pemilu 2014, banyak orang yang menduga susunan
kabinet yang dijanjikan lebih banyak berisi orang profesional ini. Dari banyak
orang yang diduga akan mengisi posisi menteri ini, ada seorang dari Kalimantan,
Orang Dayak, yang sama sukunya dengan saya.
Dugaan itu bertambah besar
karena orang ini bernaung di partai politik yang sama dengan presiden baru.
Orang inipun sudah menunjukkan kompetensinya dengan menjadi gubernur selama 2
periode di daerah asal kami.
“Kapan lagi Orang Dayak jadi
menteri?” itu adalah bagian dari komentar kalau bertemu dengan komunitas sesama
Dayak.
Komentar itu menimbulkan sedikit
kebanggan bagi sebagian orang. Suku Dayak, yang selama ini lebih sering dikenal
sebagai suku dengan citra negatif dan primitif, akhirnya ada yang dipercaya
menjadi menteri. Gosip/isu/rumor ini berkembang menjadi harapan bagi banyak
orang. Harapan yang melambung tinggi itu terletak di bawah keputusan kepala
negara, di mana menentukan menteri menjadi hak prerogatifnya.
Sebagai orang Dayak, tentunya
saya juga akan bangga dan besyukur bila ada orang sesuku saya dipercaya menjadi
menteri. Namun, saya tidak menaruh harapan besar pada orang ini. Menaruh
harapan berdasarkan suku itu artinya membeda-bedakan SARA, sesuatu yang saya
hindari. Sebisa mungkin, kalau untuk kebaikan, membedakan orang berdasarkan
SARA itu ditiadakan. Apalagi kabinet ini kabarnya akan disusun berdasarkan
profesionalitas.
Ketika kabinet diumumkan, tidak
ada 1 orang pun yang berasal dari tanah kelahiran saya yang menjadi menteri.
Tidak ada orang Kalimantan sama sekali. Banyak orang yang kecewa atas kenyataan
ini karena sudah menduga kalau jagoannya, akan menjadi menteri. Posisi menteri
yang diduga akan diduduki oleh sang jagoan, diduduki oleh politisi senior dari
partai yang sama.
Dengan kenyataan ini, muncul
lagi gosip kalau bapak ini tersangkut masalah dengan KPK. Muncul gosip kalau
dia sebenarnya ada di daftar merah atau kuning dari KPK. Muncul juga
orang-orang yang kecewa dengan menteri pilihan presiden. Kekecewaan itu bahkan
ada yang diungkapkan dengan keinginan untuk membentuk negara baru dengan wilayah
di Kalimantan.
Kekecewaan rekan-rekan sesama
orang Kalimantan itu diungkapkan lewat berbagai media sosial. Ungkapan yang
biasanya berupa status panjang bingit ini ditanggapi oleh beberapa orang yang
pro dan kontra. Saya, sih, memilih tidak menanggapi. Supaya saya tidak termasuk
dalam putaran pemikiran yang sia-sia. Yeah, menurut saya pemikiran itu adalah
sia-sia. Lebih saya memusatkan pikiran saya kepada hal lain yang lebih berguna.
Bila ternyata kepala negara
tidak memilih Orang Dayak sebagai menterinya, itu justru jadi cerminan sendiri.
Sesuatu yang harus dievaluasi. Itu artinya tidak ada orang Dayak yang
dinyatakan layak menjadi menteri, paling tidak di mata presiden dan wakil
presiden yang sekarang ini. Dengan tidak menjadi menteri, bukan berarti
pembangunan di Kalimantan diabaikan. Toh, masih ada pemerintah daerah.
Pemerintah daerah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan kinerjanya.
Saya tidak kecewa bila tidak ada
1 pun orang Kalimantan yang dipilih sebagai menteri. Kalaupun kecewa, saya
tidak akan mengungkapkannya dengan mengusulkan memebentuk negara baru. Saya
cukup menuliskan kekecewaan saya di blog ini, kemudian melanjutkan kehidupan
saya. Kalaupun berniat menjadi menteri, saya akan menjadi menteri di NKRI. {ST}
Rabu, 29 Oktober 2014
Si Mbak Anak Mantan Presiden
Dalam
jajaran menteri di Kabinet Kerja, ada seorang menteri koordinator yang cukup
menarik perhatian. Dia adalah menteri termuda dan juga seorang perempuan.
Sebuah paduan yang seharusnya mendatangkan kekaguman. Namun, perpaduan itu
tidak cukup untuk membuat saya kagum.
Mbak menteri yang namanya sangat
enggan saya sebutkan ini adalah keturunan mantan presiden. Kakek dan ibunya
pernah menjadi presiden di negeri ini. Namanya menjadi terkenal karena
embel-embel para leluhurnya itu. Kalau prestasinya? Wah, gak tau deh. Gak ada
yang tahu tepatnya. Ngintilin ibu, menurut saya, bukanlah suatu prestasi. Semua
anak kecil juga melakukannya.
Menteri koordinator, bisa
dianggap lebih tinggi jabatannya dibandingkan dengan menteri yang mengurus
departemen. Tugasnya adalah melakukan koordinasi. Diperlukan kecakapan khusus
untuk dapat menjadi menko. Kecakapan ini biasanya berkembang seiring dengan
pengalaman. Dan pengalaman si mbak ini adalah…hanya di lingkup parpol di mana
ibunya adalah ketua umumnya.
Terus terang saja, saya
meragukan kinerja di mbak ini. Dia bahkan menunjukkan ketidakmampuannya di hari
pelantikannya. Ketika para menteri berjalan kaki menggunakan kakinya untuk
berjalan dan berlari di hari pelantikannya, dia malah menggunakan mobil golf
yang biasanya hanya digunakan oleh presiden dan wakilnya. Apakah maksudnya dia
punya obsesi menjadi presiden? Semacam putri mahkota gitu. Emboh, ya. {ST}
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Di rumah kami ada burung tekukur yang dipelihara dalam sangkar di depan rumah. Burung tekukur ini pernah dikira sudah ...
-
Kacamata kuda adalah istilah yang sering digunakan sebagai kalimat kiasan. Orang yang memakai kacamata kuda artinya ...
-
Jeroan adalah makanan dengan banyak peminat di Indonesia. Bagian dalam hewan ini umum dijadikan bagian menu masakan. Di...
-
Rotan adalah salah satu sumber daya yang banyak tumbuh di Kalimantan. Tumbuhan ini tumbuh liar di hutan. Ada pula y...
-
Saya ingat sekali AC pertama yang ada di rumah kami. Saat itu saya masih kecil, masih bersekolah di SD, menjelang S...
-
Butuh bujang alias rumput belulang sangat akrab dengan masa kecil saya di Kalimantan. Bagian buah dari tumbuhan ini be...
-
Di rumah kami cukup banyak furnitur berbahan kayu eboni. Kayu eboni yang dikenal juga dengan nama kayu hitam ini warna...
-
Bila sedang makan di rumah makan, saya sering memperhatikan es batu yang menjadi pelengkap sajian minuman. Es bat...
-
Museum Listrik dan Energi Baru terletak di Taman Mini Indonesia. Museum ini terdiri dari 2 bangunan utama dengan bentu...
-
Dalam sebuah kunjungan ke sebuah sekolah dasar, saya dikejutkan oleh sikap seorang anak. Anak itu melengkungkan pungg...
Isi blog ini
-
▼
2014
(1584)
-
▼
Oktober
(184)
- Buaya di Tanjung Pasir #61
- Jakarnaval 2014 #129
- Syukuran Rakyat 2014 #11
- Bu Susi yang Fenomenal
- Hutan Kota Srengseng #31
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #73
- Buaya di Tanjung Pasir #60
- Jakarnaval 2014 #128
- Syukuran Rakyat 2014 #10
- Ketika Orang Dayak Tak Ada yang Jadi Menteri
- Hutan Kota Srengseng #30
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #72
- Buaya di Tanjung Pasir #59
- Jakarnaval 2014 #127
- Si Mbak Anak Mantan Presiden
- Hutan Kota Srengseng #29
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #71
- Buaya di Tanjung Pasir #58
- Jakarnaval 2014 #126
- Syukuran Rakyat 2014 #8
- Pengumuman Kabinet Kerja
- Hutan Kota Srengseng #28
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #70
- Buaya di Tanjung Pasir #57
- Jakarnaval 2014 #125
- Syukuran Rakyat 2014 #7
- Payung Pink Hilang
- Hutan Kota Srengseng #27
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #69
- Buaya di Tanjung Pasir #56
- Jakarnaval 2014 #124
- Syukuran Rakyat 2014 #6
- HP Hilang di Depan Istana
- Hutan Kota Srengseng #26
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #68
- Buaya di Tanjung Pasir #55
- Konser Musik Syukuran Rakyat
- Jakarnaval 2014 #123
- Syukuran Rakyat 2014 #5
- Kenyang Makan Junk Food di Syukuran Rakyat
- Hutan Kota Srengseng #25
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #67
- Buaya di Tanjung Pasir #54
- Jakarnaval 2014 #122
- Syukuran Rakyat 2014 #4
- Lampion Sebanyak Pulau
- Hutan Kota Srengseng #24
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #66
- Buaya di Tanjung Pasir #53
- Lebaran Betawi 2014 #23
- Jakarnaval 2014 #121
- Syukuran Rakyat 2014 #3
- Mencoba Menggapai Pak Presiden
- Hutan Kota Srengseng #23
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #65
- Buaya di Tanjung Pasir #52
- Pejabat Asbun
- Lebaran Betawi 2014 #22
- Jakarnaval 2014 #120
- Syukuran Rakyat 2014 #2
- Kirab Budaya Menyambut Presiden Baru
- Hutan Kota Srengseng #22
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #64
- Buaya di Tanjung Pasir #51
- Lebaran Betawi 2014 #21
- Jakarnaval 2014 #119
- Syukuran Rakyat 2014 #1
- Pelantikan Presiden ke-7
- Hutan Kota Srengseng #21
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #63
- Buaya di Tanjung Pasir #50
- Lebaran Betawi 2014 #20
- Jakarnaval 2014 #118
- Hutan Kota Srengseng #20
- Hutan Kota Srengseng #19
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #62
- Buaya di Tanjung Pasir #49
- Lebaran Betawi 2014 #19
- Jakarnaval 2014 #117
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #61
- Buaya di Tanjung Pasir #48
- Lebaran Betawi 2014 #18
- Jakarnaval 2014 #116
- Hutan Kota Srengseng #18
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #60
- Buaya di Tanjung Pasir #47
- Lebaran Betawi 2014 #17
- Jakarnaval 2014 #115
- Hutan Kota Srengseng #17
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #59
- Buaya di Tanjung Pasir #46
- Lebaran Betawi 2014 #16
- Jakarnaval 2014 #114
- Hutan Kota Srengseng #16
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #58
- Buaya di Tanjung Pasir #45
- Ketika Kampung Halaman Ada di Halaman Depan Koran ...
- Lebaran Betawi 2014 #15
- Jakarnaval 2014 #113
- Asap Membatalkan Penerbangan Mamah
-
▼
Oktober
(184)