Bila sedang makan di rumah
makan, saya sering memperhatikan es batu yang menjadi pelengkap sajian minuman.
Es batu ini berbentuk silinder dan bagian tengahnya bolong. Kalau sedang minum
menggunakan sedotan, biasanya sedotan saya masukkan di bolongan yang ada di
tengah es batu itu.
Bertahun-tahun saya
bertanya-tanya bagaimana caranya membuat es batu seperti ini. Logika saya
sebagai seorang anak kecil tentunya cetakannya juga berbentuk silinder, sama
seperti bentuk esnya. Yang membuatnya bertambah menarik adalah bolongan di
tengahnya. Seperti pipa. Kadang-kadang saya berimajinasi kalau es batu itu
dulunya adalah pipa yang membeku.
Ketika saya bekerja di sebuah
perusahaan retail, saya kembali bertemu dengan es batu berbentuk silinder yang
tengahnya bolong ini. Es itu menjadi salah satu barang yang dijual. Harganya
murah, hanya beberapa ribu rupiah. Suppliernya, saat itu, hanya ada 2. Barang
ini diantar hampir setiap hari ke toko, sama seperti barang-barang fresh lainnya. Bedanya barang ini tidak
cepat rusak atau membusuk asalkan diletakkan di tempat bersuhu dingin membeku. Barang
ini sering diorder dan diantarkan karena sangat laku.
Ketika itu saya juga
bertanya-tanya kepada supplier yang mengantarkan es batu bolong itu. Rupanya
memang ada cetakan untuk es batu seperti ini. Es batu seperti ini dipercaya
akan lebih mudah mendinginkan air yang ada di sekitarnya. Itu karena permukaan
es lebih luas. Ada permukaan silinder bagian luar, ada juga permukaan silinder
bagian dalam. Ukurannya juga pas di gelas.
Walaupun mengagumi es berbentuk
silinder dengan bolongan di tengahnya ini, saya jarang membelinya. Rasanya
sepanjang sejarah kehidupan saya, saya hanya pernah membelinya sekali. Itu pun
karena penasaran pada bentuk dan harganya. Selanjutnya, saya hanya menikmati es
ini ketika memesan minuman es di rumah makan. {ST}