Sekarang
ini cukup banyak orang yang menjadi travel
writer, entah itu gelar yang diberikan oleh orang lain, atau juga karena
mereka merasa dirinya travel writer.
Tnetu saja itu karena mereka menuliskan catatan perjalanan mereka. Dengan
demikian, maka sudah bisa dikatakan seseorang adalah travel writer.
Buat
travel writer yang suka ngeblog, sebutan
mereka akan menjadi travel blogger.
Dengan makin berkembangnya teknologi, jumlah travel blogger makin banyak. Saya juga kadang-kadang bisa dikatakan
sebagai travel blogger ketika saya
menuliskan pengalaman saya ketika bepergian.
Suatu
kali, seorang kenalan saya yang kebetulan membaca blog saya berpendapat kalau
tulisan saya tidak membuat saya layak untuk dikatakan sebagai travel writer
atau juga travel blogger. Entah tulisan mana yang dia maksud, mungkin tetang
burung tekukur panjang umur di rumah kami, tentang kura-kura, atau juga tentang
kecoa. Saat itu saya hanya tertawa-tawa tanpa sempat menjawab.
Namun
pertanyaan dan pernyataannya itu ternyata cukup membekas. Bukan karena saya
tersinggung, tapi karena saya baru sadar kalau dia memandang saya sebagai travel writer atau travel blogger. Pantas saja kalau dia berpendapat kalau saya tidak
layak dan kecewa membaca blog saya. Di blog ini, saya memang menulis sesuka
hati saya. Apa saja yang menarik perhatian saya. Kadang-kadang tidak penting
sama sekali. Kadang-kadang sangat jauh dari kesan “travel”, karena apa yang
saya tuliskan adalah tentang diri saya sendiri.
Setelah
memikirkan tentang hal itu, saya jadi menyiapkan jawaban kalau suatu saat nanti
ada yang menanyakan tentnag kelayakan saya sebagai travel writer. Saya akan
menjawab, “Emang bukan travel writer,
kok.” Hmmm….tapi belakangan ini saya berubah pikiran. Saya akan menjawab kalau
saya bukan hanya sekedar travel writer.
Dengan demikian berakhirlah catatan yang enggak penting-penting amat ini. {ST}