Ketika
berkunjung ke pemakaman, saya sering bertemu dengan orang-orang berziarah.
Biasanya, saya ke makam juga untuk tujuan ziarah. Rasanya wajar-wajar saja bila
bertemu dengan orang yang melakukan kegiatan sejenis.
Ziarah
ke makam memang sudah menjadi budaya di Indonesia. Ini untuk menghormati
leluhur. Dari berbagai adat suku di Indonesia, itu adalah hal yang wajar.
Ziarah bersama keluarga juga menjadi ajang silaturahmi bagi keluarga besar yang
biasanya tidak bertemu beberapa lama.
Ketika
beziarah, saya sering memerhatikan anak-anak yang ada dalam rombongan. Umumnya
mereka terlihat tidak nyaman dengan keadaannya dan membuat ulah yang
mengesalkan. Ada yang nangis, rewel, teriak-teriak, main-main memanjat nisan,
dll.
Pemandangan
yang berbeda ketika saya mengunjungi sebuah kompleks pemakaman di daerah
Klaten, Jawa Tengah. Di tempat yang cukup teduh ini ada sekelompok anak kecil
yang mendatangi makam. Tadinya saya pikir mereka akan bermain-main dan
“mengganggu” makam itu. Ternyata enggak, lo! Di depan nisan makam itu mereka
menunduk takzim dan berkomat-kamit seperti berdoa. Tak lupa ,mereka juga
melepaskan alas kaki. Setelah doa selesai, mereka melangkah mundur dengan wajah
masih emmandang ke nisan.
Dari
jauh saya tersenyum melihat kelakuan mereka. Entah apakah mereka memang
sungguh-sungguh berziarah atau hanya ikut-ikutan. Anak-anak memang peniru yang
hebat dariorang dewasa yang ada di sekitarnya. Yang jelas, apa yang mereka
lakukan saat itu luar biasa bagi saya yang terbiasa melihat anak-anak
berkeliaran dan berlarian. {ST}