Minggu, 31 Agustus 2014
Sabtu, 30 Agustus 2014
Supir Kami yang Ngabur
Ketika
Lebaran datang, ramai orang pulang kampung, termasuk juga supir di rumah kami.
Supir yang dulunya adalah pembantu rumah tangga yang kami ajarkan nyetir itu
pamit pulang seperti tahun-tahun sebelumnya. Bedanya kali ini dia tidak kunjung
kembali ke rumah kami. Atau lebih tepatnya, dia tidak lagi bekerja di rumah
kami.
Saya
sebenarnya tidak terlalu memusingkan dia kembali ke rumah kami atau tidak.
Selama ini saya hampir tidak pernah memerlukan jasa supir. Saya pergi ke
mana-mana sendiri. Nyetir sendiri. Kadang-kadang naik kendaraan umum. Itu pun
sendiri. Keberadaan supir keluarga kami justru terasa kalau dia tidak ada atau
tidak bisa menyetir. Itu karena sayalah yang akan menggantikannya sebagai supir
keluarga kami.
Ketika
sudah lewat 1 bulan sejak Lebaran, kami pun bertanya-tanya apakah orang ini
akan kembali lagi untuk bekerja ke rumah kami. Tidak ada kabar dari orang ini.
Ibu saya, yang adalah majikan sebenarnya dari sang supir, menanyakan pekerjanya
ini hampir setiap hari. Hampir setiap hari Mamah mencoba menelpon dan
mengirimkan SMS. Saya juga rutin mengirimkan SMS dan kadang-kadang mencoba
menelpon. Semua usaha itu tidak berhasil. Telepon dan SMS tidak ada yang
direspon.
Melalui
berita (atau gosip) yang kami dengar dari asisten rumah tangga kami, sang supir
ini sudah memiliki pekerjaan baru. Dia bekerja sebagai supir juga di rumah yang
tak jauh dari rumah kami. Kami, atau dalam hal ini saya, menganggap kalau benar
demikian kejadiannya, maka artinya orang ini sudah tidak lagi bekerja di tempat
kami.
Biasanya,
kalau orang bekerja yang seharusnya masuk harian dan tidak memberi kabar selama
5 hari atau seminggu, bisa dianggap telah mengundurkan diri. Yah, tentu saja
rumah tangga kami tidak bisa disamakan dengan perusahaan besar, namun untuk
kasus yang 1 ini, bisa diartikan kalau dia juga mengundurkan diri dari tempat
kami. Apalagi dia sudah mendapatkan tempat kerja yang baru.
Pekerjaan
barunya itu juga diakuinya ke ibu saya ketika akhirnya dia bisa dihubungi.
Tepatnya dia menghubungi ibu saya untuk nego kenaikan gaji. Dia
membandingkannya dengan gaji yang diterimanya di tempatnya yang baru itu, yang
memang lebih tinggi dibandingkan dengan yang bisa diberikan oleh keluarga kami.
Bedanya cukup besar, beberapa ratus ribu.
Bila
dibandingkan dengan rumah tetangga itu, mungkin yang kami berikan tidak lebih
besar. Namun, si supir ngabur ini tampaknya lupa kalau dia bisa tinggal di
rumah kami. Dia juga bisa mendapatkan makanan yang sama dengan kami. Bahkan dia
boleh memasak makanan sendiri sepuasnya di dapur rumah kami kalau seleranya
tidak cocok dengan masakan rumah kami. Kalau dihitung-hitung, mungkin yang diberikan
keluarga kami lebih besar. O iya, dia juga bis apulang kampung lama banget dan
kembali tanpa ada rasa bersalah. Walaupun mengomel siang dan malam, Mamah akan
selalu menerima dia kembali.
Supir
yang menurut saya sering berkelakuan seenaknya sendiri ini membuat gerakan
terakhir yang juga seenaknya. Dia datang dan pergi sesuka hati ke rumah kami
seakan-akan itu adalah rumahnya sendiri. Walaupun sudah bekerja di tempat lain,
dia masih sering datang untuk numpang mandi, nonton TV dan membuat aneka minuman.
Yang membuat saya kurang senang karena dia melakukannya tanpa bilang ke orang
yang ada di rumah, dalam hal ini saya dan saudara-saudara saya. Saat itu, orang
tua kami sedang berada di Kalimantan, karena itulah rumah menjadi tanggung
jawab kami, anak-anaknya.
Kelakuannya
itu makin membuat kami kurang suka ketika dia nego dengan orang tua kami lewat
telepon. Negosiasi itu menghasilkan gaji baru, 50% lebih tinggi dari
sebelumnya. Gaji baru ini lantas emmbuat kami, anak-anaknya merasa keberatan.
Orang tua kami, yang selalu mendengung-dengungkan tentang penghematan, kali ini
melakukan sesuatu yang bertentangan. Menaikkan gaji pekerja yang kinerjanya
kurang baik, 50% pula, bukanlah suatu keputusan yang tepat untuk menghemat.
Apalagi orang ini tidak berniat baik kepada keluarga kami. Itu terbukti dengan
tiada kabar selama berhari-hari dan kami ketahui kalau dia sudah bekerja di
tempat lain.
Tengah
malam di hari dia bernegosiasi itu, dia datang ke rumah kami. Dia datang untuk
numpang menginap, walaupun diketahui kalau dia sudah memiliki tempat tinggal
lain. Ssebelumnya, saya sudah meminta kepada asisten rumah tangga untuk memberi
tahu saya kalau dia datang. Terus terang, saya kurang suka dengan kelakukannya
yang seenaknya saja keluar masuk rumah kami. Selama berkeliaran di sekitar
rumah kami itu, belum pernah seklali pun di aberbicara dengan kami, 3
bersaudara yang bertanggung jawab atas rumah kami itu.
Sebagai
kakak tertua, sayalah yang bertugas untuk berbicara dengan orang ini. Saya
memintanya untuk meninggalkan rumah kami malam itu juga. Saat itu, dia tidak
dalam keadaan bekerja di rumah kami. Dia tidak berhak berada di rumah kami.
Saya berbicara cukup lama untuk “mengusirnya”. Saya sampai harus 7 kali
meninggalkan rumah kami, rumah yang juga menjadi tempat tinggalnya selama
bertahun-tahun ini. Cerita ini bersambung. Kapan-kapan kalau tidak ada
kesibukan akan ditulis sambungannya. {ST}
Jumat, 29 Agustus 2014
Kamis, 28 Agustus 2014
Rabu, 27 Agustus 2014
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Rotan adalah salah satu sumber daya yang banyak tumbuh di Kalimantan. Tumbuhan ini tumbuh liar di hutan. Ada pula y...
-
Di rumah kami ada burung tekukur yang dipelihara dalam sangkar di depan rumah. Burung tekukur ini pernah dikira sudah ...
-
Kacamata kuda adalah istilah yang sering digunakan sebagai kalimat kiasan. Orang yang memakai kacamata kuda artinya ...
-
Jeroan adalah makanan dengan banyak peminat di Indonesia. Bagian dalam hewan ini umum dijadikan bagian menu masakan. Di...
-
Butuh bujang alias rumput belulang sangat akrab dengan masa kecil saya di Kalimantan. Bagian buah dari tumbuhan ini be...
-
Saat berkunjung ke Bali, salah satu yang wajib dinikmati adalah tariannya. Saya juga menyempatkan dan mencari kesempa...
-
Saya ingat sekali AC pertama yang ada di rumah kami. Saat itu saya masih kecil, masih bersekolah di SD, menjelang S...
-
Kidu-kidu adalah masakan yang khas Karo yang terlihat seperti sosis. Penyajiannya biasanya dengan dipotong-potong seh...
-
Buah salak biasanya berisi 3 bagian. Kalau belum matang benar, biasanya ada bagian buah yang ukurannya besar, ada yang...
-
Nama Pasar Rawabelong sebagai pasar yang menjual bunga segar sudah tidak asing di telinga saya. Saya pun sudah cukup se...
Isi blog ini
-
▼
2014
(1584)
-
▼
Agustus
(121)
- PRJ di Monas 2014 #62
- Jakarnaval 2014 #68
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #12
- PRJ di Monas 2014 #61
- Jakarnaval 2014 #67
- Supir Kami yang Ngabur
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #11
- PRJ di Monas 2014 #60
- Jakarnaval 2014 #66
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #10
- PRJ di Monas 2014 #59
- Jakarnaval 2014 #65
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #9
- PRJ di Monas 2014 #58
- Jakarnaval 2014 #64
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #8
- PRJ di Monas 2014 #57
- Jakarnaval 2014 #63
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #7
- PRJ di Monas 2014 #56
- Jakarnaval 2014 #62
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #6
- PRJ di Monas 2014 #55
- Jakarnaval 2014 #61
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #5
- PRJ di Monas 2014 #54
- Jakarnaval 2014 #60
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #4
- PRJ di Monas 2014 #53
- Jakarnaval 2014 #59
- 21 Agustus 2014, Jalanan Lancar
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #3
- PRJ di Monas 2014 #52
- Jakarnaval 2014 #58
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #2
- PRJ di Monas 2014 #51
- Jakarnaval 2014 #57
- Flona 2014 #81
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #1
- PRJ di Monas 2014 #50
- Jakarnaval 2014 #56
- Flona 2014 #80
- PRJ di Monas 2014 #49
- Jakarnaval 2014 #55
- Flona 2014 #79
- PRJ di Monas 2014 #48
- Jakarnaval 2014 #54
- Flona 2014 #78
- PRJ di Monas 2014 #47
- Jakarnaval 2014 #53
- Anak-Anak Kecil yang Berziarah
- Flona 2014 #77
- PRJ di Monas 2014 #46
- Jakarnaval 2014 #52
- Teriakan yang Menular
- Flona 2014 #76
- PRJ di Monas 2014 #45
- Jakarnaval 2014 #51
- Tulisan Horas yang Terbalik di Ulos
- Flona 2014 #75
- PRJ di Monas 2014 #44
- Jakarnaval 2014 #50
- Ulos Mahal Berharga Murah
- Flona 2014 #74
- PRJ di Monas 2014 #43
- Jakarnaval 2014 #49
- Komplain Karena Mulai Tepat Waktu
- Flona 2014 #73
- PRJ di Monas 2014 #42
- Jakarnaval 2014 #48
- Terbiasa Menghargai Waktu Kerja
- Flona 2014 #72
- PRJ di Monas 2014 #41
- Jakarnaval 2014 #47
- Ngebakso di Samping Kopitiam
- Prambanan #78
- Flona 2014 #71
- PRJ di Monas 2014 #40
- Jakarnaval 2014 #46
- BPK
- Prambanan #77
- Flona 2014 #70
- PRJ di Monas 2014 #39
- Jakarnaval 2014 #45
- Menderita Akibat Mahar
- Prambanan #76
- Flona 2014 #69
- PRJ di Monas 2014 #38
- Jakarnaval 2014 #44
- Lantai Salju di Hutan Kota
- Prambanan #75
- Flona 2014 #68
- PRJ di Monas 2014 #37
- Jakarnaval 2014 #43
- Kerak Telor di Kemeriahan Hajatan Jakarta
- Prambanan #74
- Flona 2014 #67
- PRJ di Monas 2014 #36
- Jakarnaval 2014 #42
- Segan Berkomunikasi?
-
▼
Agustus
(121)