Ketika pemilu presiden makin dekat,
banyak pertanyaan dan juga prasangka yang beredar. Pertanyaan paling penting
dan terkenal adalah siapakah pasangan capres yang akan memenangkan pemilu ini?
Salah satu pertanyaan tidak penting
yang tidak perlu dijawab adalah siapa presiden pilihan perempuan. Pertanyaan
ini awalnya mengemuka karena judul artikel yang dirilis oleh sebuah organisasi
pembela perempuan. Dalam artikel ini, kedua calon presiden dan wakil presiden
sama-sama diulas dengan porsi yang sama. Di lain pihak, pertanyaan ini
berkembang menjadi hal yang berbeda-beda. Seakan-akan semua perempuan akan
berpendapat sama untuk memilih presidennya.
Ada kubu pendukung salah satu capres
yang mengklaim kalau presiden yang diusungnya pantas dipilih oleh perempuan
karena kepeduliannya pada perempuan. Ada juga yang menganggap presiden pilihan
perempuan adalah lelaki setengah baya yang jomblo.
Di luar klaim oleh kedua kubu
pendukung, perempuan Indonesia bukanlah 1 pihak atau 1 golongan. Sebagai warga
negara, sebagai individu, semua perempuan yang memenuhi syarat untuk memilih
presiden, bisa memilih presiden yang mana saja. Itu membuat presiden pilihan
perempuan adalah kedua capres itu. Saya yakin di antara para pemilihnya pasti
ada yang perempuan. Kalau kedua kubu mengklaim bahwa calon presiden yang
diusungnya adalah presiden pilihan perempuan, sah-sah saja. Itu benar juga.
Beda halnya kalau kaum perempuan dianggap berpendapat sama.
Sebenarnya,
ini bukanlah suatu hal yang penting untuk dibahas atau dicatat. Saya hanya
tidak tahan untuk mengomentari kedua kubu yang saling klaim dengan
mengatasnamakan perempuan. Sebagai seorang perempuan, rasanya enggak rela
disamaratakan seperti itu. Perempuan juga orang merdeka. Boleh memilih capres
yang mana saja. {ST}