Di bulan Juli 2014 ini, selain musim
hujan yang seharusnya kemarau, juga ada musim surat terbuka. Surat-surat
terbuka bertebaran di dunia maya. Surat terbuka mendadak menjadi ngetop,
ngetrend. Selalu masuk trending topic
di media sosial.
Surat terbuka ini mendadak terkenal
karena adanya surat terbuka dari anak seorang politisi kepada salah seorang capres.
Surat terbuka ini menimbulkan reaksi banyak pihak. Ada beberapa yang bereaksi
dengan membuat surat terbuka juga, ada juga yang berkomentar saja. Setelah itu,
surat-surat terbuka yang lain menjadi terbuka. Hal-hal yang dulunya dianggap
sebagai surat pembaca atau opini, sekarang menjadi surat terbuka.
Seperti namanya, surat terbuka,
surat ini memang terbuka dan bisa dibaca oleh siapa saja yang mau membaca surat
ini. Surat terbuka menjadi makin terbuka dengan adanya internet. Sang penulis
surat terbuka bisa menuliskan suratnya di blog atau website pribadinya, atau
juga mengunggahnya ke media online yang ada. Sangat berbeda dengan jaman dulu,
saat masa kejayaan media cetak. Saat itu, surat terbuka hanya ada giginya kalau
berhasil dimuat di media cetak.
Namanya juga trending topic, hampir
semua orang membicarakannya. Cukup banyak orang pula yang menuliskannya. Surat
terbuka, yang kebanyakan berisi opini ini, kadang-kadang berakibat lebih dari
yang dibayangkan oleh penulisnya. Ada sebagian orang yang belum bisa membedakan
mana yang opini, mana yang fakta. Dengan membaca surat terbuka, bisa jadi orang
menganggap bahwa itulah hal yang benar, walaupun ada kemungkinan itu memang
benar. Namun, ada baiknya bila pembaca juga mengetahui pandangan dari sudut
lain, terutama dari orang yang dikirimi surat terbuka. Kebanyakan pendapat
mereka berbeda. Karena kalau sama, ngapain juga dikirimi surat terbuka.
Saya sendiri belum pernah
mengirimkan surat tebuka. Kalau menuliskan opini secara terbuka, sih, sering.
Blog ini adalah kumpulan catatan saya yang berisi opini dan juga pengalaman
saya. Tulisan ini boleh dibaca oleh siapa saja yang nyasar ke blog ini. Tulisan-tulisan ini juga menurut saya tidak
terlalu mengganggu pemandangan karena tidak muncul di timeline Facebook, kecuali
memang disengaja. Kalaupun muncul, paling-paling hanya judulnya ditambah dengan
beberapa kata di paragraf pertama.
Surat terbuka, bila isinya baik dan
menginspirasi orang, dampaknya akan membuat dunia lebih baik. Sebaliknya, surat
terbuka yang menebarkan kebencian dan kesalahpahaman, akan membuat perdamaian
dunia sedikit terganggu. Tak jarang masyarakat yang awalnya tidak tahu menahu
soal masalah tersebut, menjadi tahu karena membaca surat terbuka.
Sekali
lagi, surat terbuka hanya ditulis dengan mempertimbangkan sudut pandang penulis
yang mungkin saja sangat bertentangan dengan sudut pandang orang yang
ditujukan. Sangat subyektif! Reaksi masyarakat, bila tidak bisa menyikapi
dengan bijak, akan berpihak pada sang penulis surat tanpa memperhatikan bahwa
ada sudut pandang lain yang mungkin sangat berbeda. Kalau sang penulis
kebetulan juga bukan orang yang bijak, kemungkinan akan membuat keresahan.
Dari
beberapa surat terbuka yang pernah saya baca, ada beberapa yang sangat saya
sayangkan. Isinya yang subyektif membuat reaksi yang berlebihan bagi pembacanya
yang terpengaruh oleh emosi. Efek yang ditimbulkan lebih banyak merusak dan
tidak memberikan sesuatu yang baik bagi kehidupan.
Kebanyakan
orang Indonesia rupanya memang belum terbiasa dengan pandangan yang berbeda.
Belum terbiasa pula membedakan berita dan opini. Inilah yang membuat orang
kehilangan ketenangannya dan terbakar
emosi hanya karena membaca surat terbuka yang (sekali lagi) ditulis dengan
sudut pandang sang penulis yang subyektif. Semoga saja orang-orang di dunia ini
makin bijak menyikapi informasi. Semoga pula musim surat terbuka ini segera
berlalu. {ST}