Ana

Minggu, 13 Juli 2014

Musim Surat Terbuka




            Di bulan Juli 2014 ini, selain musim hujan yang seharusnya kemarau, juga ada musim surat terbuka. Surat-surat terbuka bertebaran di dunia maya. Surat terbuka mendadak menjadi ngetop, ngetrend. Selalu masuk trending topic di media sosial.
            Surat terbuka ini mendadak terkenal karena adanya surat terbuka dari anak seorang politisi kepada salah seorang capres. Surat terbuka ini menimbulkan reaksi banyak pihak. Ada beberapa yang bereaksi dengan membuat surat terbuka juga, ada juga yang berkomentar saja. Setelah itu, surat-surat terbuka yang lain menjadi terbuka. Hal-hal yang dulunya dianggap sebagai surat pembaca atau opini, sekarang menjadi surat terbuka.
            Seperti namanya, surat terbuka, surat ini memang terbuka dan bisa dibaca oleh siapa saja yang mau membaca surat ini. Surat terbuka menjadi makin terbuka dengan adanya internet. Sang penulis surat terbuka bisa menuliskan suratnya di blog atau website pribadinya, atau juga mengunggahnya ke media online yang ada. Sangat berbeda dengan jaman dulu, saat masa kejayaan media cetak. Saat itu, surat terbuka hanya ada giginya kalau berhasil dimuat di media cetak.
            Namanya juga trending topic, hampir semua orang membicarakannya. Cukup banyak orang pula yang menuliskannya. Surat terbuka, yang kebanyakan berisi opini ini, kadang-kadang berakibat lebih dari yang dibayangkan oleh penulisnya. Ada sebagian orang yang belum bisa membedakan mana yang opini, mana yang fakta. Dengan membaca surat terbuka, bisa jadi orang menganggap bahwa itulah hal yang benar, walaupun ada kemungkinan itu memang benar. Namun, ada baiknya bila pembaca juga mengetahui pandangan dari sudut lain, terutama dari orang yang dikirimi surat terbuka. Kebanyakan pendapat mereka berbeda. Karena kalau sama, ngapain juga dikirimi surat terbuka.
            Saya sendiri belum pernah mengirimkan surat tebuka. Kalau menuliskan opini secara terbuka, sih, sering. Blog ini adalah kumpulan catatan saya yang berisi opini dan juga pengalaman saya. Tulisan ini boleh dibaca oleh siapa saja yang nyasar ke blog ini.  Tulisan-tulisan ini juga menurut saya tidak terlalu mengganggu pemandangan karena tidak muncul di timeline Facebook, kecuali memang disengaja. Kalaupun muncul, paling-paling hanya judulnya ditambah dengan beberapa kata di paragraf pertama.
            Surat terbuka, bila isinya baik dan menginspirasi orang, dampaknya akan membuat dunia lebih baik. Sebaliknya, surat terbuka yang menebarkan kebencian dan kesalahpahaman, akan membuat perdamaian dunia sedikit terganggu. Tak jarang masyarakat yang awalnya tidak tahu menahu soal masalah tersebut, menjadi tahu karena membaca surat terbuka.
Sekali lagi, surat terbuka hanya ditulis dengan mempertimbangkan sudut pandang penulis yang mungkin saja sangat bertentangan dengan sudut pandang orang yang ditujukan. Sangat subyektif! Reaksi masyarakat, bila tidak bisa menyikapi dengan bijak, akan berpihak pada sang penulis surat tanpa memperhatikan bahwa ada sudut pandang lain yang mungkin sangat berbeda. Kalau sang penulis kebetulan juga bukan orang yang bijak, kemungkinan akan membuat keresahan.
Dari beberapa surat terbuka yang pernah saya baca, ada beberapa yang sangat saya sayangkan. Isinya yang subyektif membuat reaksi yang berlebihan bagi pembacanya yang terpengaruh oleh emosi. Efek yang ditimbulkan lebih banyak merusak dan tidak memberikan sesuatu yang baik bagi kehidupan.
Kebanyakan orang Indonesia rupanya memang belum terbiasa dengan pandangan yang berbeda. Belum terbiasa pula membedakan berita dan opini. Inilah yang membuat orang kehilangan ketenangannya dan  terbakar emosi hanya karena membaca surat terbuka yang (sekali lagi) ditulis dengan sudut pandang sang penulis yang subyektif. Semoga saja orang-orang di dunia ini makin bijak menyikapi informasi. Semoga pula musim surat terbuka ini segera berlalu. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini