Pada hari Sabtu, 5 Juli 2014, saya
mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Andar Ismail, salah seorang penulis
yang tulisannya turut mempengaruhi cara saya menulis. Pak Andar adalah penulis
buku seri Selamat. Buku ini sudah diterbitkan sebanyak 25 seri. Hari itu, 5
Juli 2014 adalah peluncuran paket buku Seri Selamat. Dalam 1 paket ini, ada 25
buku Seri Selamat mulai dari yang pertama sampai yang terakhir.
Tulisan Tangan
Dalam pertemuan ini, Pak Andar
menceritakan cara dia menulis dan mengarang. Ternyata, buat dia, menulis dan
mengarang itu berbeda. Mengarang biasanya dia lakukan di pagi hari, di mana pun
dia berada. Karangan itu berada di pikirannya sampai kemudian dituliskannya.
Dituliskan ini dalam arti yang sebenar-benarnya, ditulis dengan menggunakan
tulisan tangan.
Lebih uniknya lagi, pikiran yang
dituliskannya itu tidak bisa asal keluar. Pikiran itu hanya bisa keluar ketika
dituliskan di balik kertas bekas. Pikiran yang dituangkan menjadi tulisan itu
tidak langsung jadi dan siap diterbitkan. Ketika menuliskan pikirannya, bisa
jadi ada muncul ide baru untuk tulisannya itu. Setelah itu, belum tentu pula
tulisan itu bisa dianggap jadi. Ketika dibaca-baca lagi dan ada yang perlu
diubah atau ditambah.
33 Bab Ringkas
Buku Seri Selamat selalu berisi 33
bab. Masing-masing bab isinya tidak terlalu panjang. Bisa dihabiskan dalam
sekali duduk membaca. Caranya yang ringkas dan langsung menghabiskan bab itulah
yang turut mempengaruhi saya. Hasilnya bisa dilihat dalam tulisan-tulisan di
blog ini.
Banyaknya bab yang selalu 33 juga
membuat penasaran. Awalnya saya cukup yakin angka 33 ini adalah simbol dari 33
tahun kehidupan Yesus di dunia ini. Ternyata enggak juga, lo. Buku Selamat
seri-seri awal kabarnya pernah terbit dengan 40 bab, 35 bab, dll. Setelah
melalui proses revisi, hasil akhirnya adalah 33 bab. 33 bab inilah yang
kemudian menjadi ciri buku ini.
Tanya Jawab Pake Kertas
Dalam acara ini, disediakan sesi
untuk tanya jawab. Yang mau bertanya, dipersilakan untuk menuliskannya di
kertas ukuran A6 yang diberikan. Pak Andar membacanya dan langsung memberikan
jawabannya. Kalau ada pertanyaan yang mirip dan sudah terjawab, maka tidak
perlu diulang.
Dari pertanyaan yang sampai ke Pak
Andar, banyak juga pertanyaan teknis dan pribadi. Kalau pertanyaan teknis,
misalnya tentang penerbitan, masih terkait dengan buku. Kalau soal pribadi, kok
rasanya agak aneh untuk ditanyakan, ya… Sebenarnya tidak bisa disalahkan juga,
sih. Di Indonesia ini orang-orang sudah terbiasa membicarakan masalah pribadi
orang lain. Jadi kalau ada yang menanyakan hal pribadi bisa dianggap biasa
saja.
Cara bertanya dengan menggunakan
kertas tertulis ini saya pikir cukup efektif, terutama untuk acara-acara
seperti ini. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua pihak, hampir semua
acara yang berhubungan dengan teologi selalu menjadi ajang curhat orang-orang
yang memegang mikrofon. Kadang-kadang jadi semacam khotbah mini. Curhat yang
biasanya menghabiskan waktu itu membuat kesempatan bertanya bagi orang lain
menjadi berkurang.
Pengalaman Pribadi
Kebanyakan tulisan Pak Andar
bersumber dari pengalaman pribadinya sendiri. Berawal dari masa kecilnya yang
dibantu oleh diakoni gereja, Pak Andar terbiasa hidup sederhana. Kehidupannya
mengajarkan banyak hal yang menjadi inspirasinya. Pelajaran dari khidupan itu
makin bertambah ketika dia menjadi pendeta jemaat di GKI Samanhudi.
Penggemar Setia
Buku Seri Selamat ternyata memiliki
penggemar setia. Beberapa orang penggemarnya turut datang dalam pertemuan di
hari Sabtu pagi itu. Mereka sudah mengikuti semua tulisan Pak Andar. Mereka
tahu apa saja yang menjadi topik bahasan Pak Andar. Bahkan, ada yang menjadikan
Seri Selamat ini sebagai topik untuk disertasinya. Wahhhh!!!!
Kalau dibandingkan dengan mereka,
para penggemar setia, saya adalah penggemar biasa. Tidak semua buku Pak Andar
pernah saya baca. Kebanyakan yang saya baca pun, saya pinjam di perpustakaan
gereja. Karena itu pula, ketika para penggemar sibuk mendatangi Pak Andar untuk
berfoto bersama dan minta tanda tangan, saya enggak ikutan. Itu lebih karena
saya enggak bawa buku buat dia tanda tangani, sih. Hehehe…. {ST}