Mandi
air hangat adalah hal yang biasa dilakukan di rumah kami. Terutama sekali bila
mandi dilakukan saat pagi atau malam hari. Kami pun menjadi terbiasa mandi air
hangat. Ketika tidak ada air hangat, rasanya ada yang hilang.
Dulu ketika kami kecil, air hangat
dibuat dari air panas yang direbus. Air panas itu kemudian diletakkan di ember
untuk kemudian dicampurkan dengan air mandi dari bak. Dengan bertambah majunya
teknologi, kami menggunakan mesin untuk menghasilkan air panas. Dulu pernah
menggunakan tenaga gas elpiji, kemudian kami beralih dengan menggunakan mesin
bertenaga matahari.
Mesin pemanas air yang kami gunakan
bermerk Wika. Mesin ini dipasang di rumah kami di tahun 1998, pada saat rumah
kami terakhir kali direnovasi. Setelah itu, mesin inilah yang mencukupi
kebutuhan air panas untuk mandi di rumah kami. Sampai suatu ketika, di akhir
tahun 2013, mesin ini ngadat. Air yang keluar dari keran tidak ada
hangat-hangatnya. Mesin yang juga terhubung dengan tenaga listrik itu tidak
berfungsi alias rusak.
Kami mencoba untuk memperbaikinya
dengan memanggil montir. Montir itu menyerah ketika melihat mesin kami yang
sudah lapuk berat. Dia menyarankan untuk menggantinya dengan yang baru.
Saya yang memang paling fasih mengurusi bangunan di rumah, ditugaskan untuk memebereskan masalah ini. Saya mencari informasi tentang mesin pemanas air ini. Tentu saja saya googling. Saya menelpon mekanik yang saya dapatkan dari hasil googling itu untuk mengecek ke rumah. Mekanik itu datang ketika saya sedang ke kantor. Orang-orang di rumah mengatakan kalau mekanik yang datang itu “enggak banget”. Tampangnya nggak meyakinkan dan sepertinya bukan dari agen resmi.
Saya yang memang paling fasih mengurusi bangunan di rumah, ditugaskan untuk memebereskan masalah ini. Saya mencari informasi tentang mesin pemanas air ini. Tentu saja saya googling. Saya menelpon mekanik yang saya dapatkan dari hasil googling itu untuk mengecek ke rumah. Mekanik itu datang ketika saya sedang ke kantor. Orang-orang di rumah mengatakan kalau mekanik yang datang itu “enggak banget”. Tampangnya nggak meyakinkan dan sepertinya bukan dari agen resmi.
Setelah ditelusuri lagi, memang itu
bukan agen yang resmi. Namanya juga dapat dari iklan, semua orang yang
mengiklankan produknya pasti akan mengaku resmi dan asli. Iya, kan? Perburuan
saya tidak berhenti. Saya kembali mencari informasi tentang agen yang
benar-benar resmi.
Seorang staf rumah tangga kami yang
kadang-kadang sok tahu juga memberikan informasi. Kali ini saya terpaksa
mengabaikannya karena memang hanya sok tahu. Dia memberikan informasi kalau
orang yang paling tepat untuk memeperbaiki mesin itu adalah…dia sendiri.
Setelah mendapatkan agen resmi dari
data awal rumah kami. Saya membuat perjanjian dengan pihak agen untuk survei
tempat. Pada survei ini, barulah akan diketahui berapa biaya total yang
diperlukan. Survei ke rumah kami ini tertunda beberapa kali karena hujan lebat.
Akhir Desember 2013 sampai Januari 2014 memang hujan sedang doyan-doyannya
mengguyur Jakarta.
Pada saat hari pemasangan mesin yang
baru, saya turut menyaksikan, sekalian jadi mandornya. Saya naik ke atap rumah
untuk memantau hasil kerja para tukang pemasang mesin air. Tidak lupa saya juga
membawa kamera untuk mengabadikannya. Liputan jepretan langsungnya segera saya
kirimkan ke saudara-saudara saya yang tidak berani naik ke atap.
Mesin tua kami memang benar-benar
harus diganti. Sangat terlihat kerusakannya. Gosong, karatan dan keropos adalah
penggambaran yang tepat untuk wujud mesin itu. Mesin ini diturunkan dengan
menggunakan tali dengan hati-hati. Serpihan dari bagiannya yang keropos
berjatuhan mengotori carport di bawahnya.
Tidak lama kemudian, mesin yang baru
dipasang. Mesin baru ini dibawa ke atas juga dengan cara yang hampir sama,
ditarik dengan menggunakan tali. Mesin baru ini kemudian dipasang di tempat
mesin lama. Kinclong mengkilap menangkap cahaya matahari. Jauh berbeda dengan
mesin lama kami yang sudah karatan itu. Mesin lama kami kemudian dijual ke
tukang loak seharga Rp. 150.000 saja. {ST}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar