Tema
khotbah hari Minggu, 23 Maret 2014 yang lalu adalah “Akulah Air Hidup”. Sudah bisa ditebak, kalau yang menjadi
bacaaannya adalah si Tante Samaria, perempuan yang sudah mempunya 5 suami itu.
Selain itu ada juga tentang pertentangan umat Israel dengan Musa di Masa dan
Meriba. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di sini.
Tema ini menjadi sangat berkesan
bagi saya karena mirip nama saya. Nama saya, Hamaring, artinya adalah air
kehidupan. Nama aneh yang diberikan oleh almarhum kakek saya ini pernah membuat
saya agak rendah diri. Nama itu adalah nama paling aneh di kelas-kelas yang
saya ikuti selama bertahun-tahun. Dulu, saya sangat bersyukur karena nama aneh
ini terletak di bagian belakang dari urutan nama saya. Bayangkan saja kalau di
bagian paling depan. Entah akan menjadi apa nama panggilan saya.
Hari Minggu itu, saya ke gereja
sampai 2 kali, pagi dan malam hari, padahal saat itu saya tidaka da jadwal
melayani. Sesuatu yang agak berlebihan rasanya. Baru kemudian setelah saya
pikir-pikir, sepertinya memang tidak ada yang kebetulan. Saya memang sudah
seharusnya datang karena memang diperlukan.
Pdt. Timur Citra Sari yang
berkhotbah di kebaktian pagi dari awalnya sudah mengingatkan pentingnya air
bagi kehidupan. Dia juga mengingatkan kembali tentang Air Hidup yang diberikan
kepada kita. Air itu tidak hanya untuk memberi kelegaan kepada kita. Kita juga
diutus untuk membagikannya ke dunia.
Hampir sepanjang hari itu, saya
terinagt kembali kepada arti nama saya sendiri. Nama yang pernah saya sesali
itu sekarang makin saya syukuri. Artinya bagus, bahkan ada ayat Alkitabnya.
Tapi arti itu juga mengingatkan saya, apakah saya sudah benar-benar menjadi air
hidup yang memberi kelegaan kepada dunia?
Saya juga membagikan arti nama saya
kepada ribuan orang di Facebook. Teman-teman pasti juga bertanya-tanya mengapa
ada orang yang namanya seaneh saya. Beberapa jempol menandakan beberapa orang
menganggap nama saya bagus (geer). {ST}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar