Ana

Senin, 06 Januari 2014

Roald Dahl Boy Tales of Childhood




                Buku ini menceritakan kisah masa kecil Roald Dahl, seorang penulis cerita anak yang terkenal. Ini adalah catatan-catatan kejadian yang memberikan kesan amat mendalam baginya. Kejadian-kejadian yang tidak bisa dilupakan bahkan sampai berpuluh-puluh tahun kemudian. Namun. Buku ini bukanlah otobiografi. Tulisan-tulisan di buku ini adalah kenangan masa kecil yang selalu diingat oleh Roald Dahl sampai masa tuanya.
                Roald mengawali ceritanya dengan kisah ayahnya, Harald Dahl, yang berkebangsaan Norwegia. Harald meninggalkan Norwegia bersama saudaranya, Oscar,  dan memulai hidup serta bisnis yang baru. Di tempat baru, Harald menikah dengan Marie. Namun malang, Marie meninggal dunia setelah melahirkan anak kedua. Harald kemudian bertemu dan menikah dengan Sofie. Sofie melahirkan 4 anak, termasuk Roald Dahl.
                Buku ini dibagi dalam beberapa bagian berdasarkan kenangan Roald akan usianya. Diawali dari masa taman kanak-kanak, umur 7-9 tahun di Llandaff Cathedral School, umur 9-13 tahun di Sekolah St. Peter dan umur 13-20 tahun.
                Di masa kanak-kanaknya, Roald dan teman-temannya adalah anak-anak yang jahil. Mereka mengerjai penjual permen yang menurut mereka menyeramkan. Penjual permen ini kemudian membalas dengan mengadukannya ke kepala sekolah. Kepala sekolah ini kemudian menghukum mereka dengan memukul menggunakan rotan.
                Di usia 9 tahun, dia sudah meninggalkan rumah untuk bersekolah asrama. Di tempat inilah banyak kenangan yang membekas. Di tempat inilah awal dari surat-surat yang dikirimkannya kepada ibunya. Roald selalu mengirimkan surat kepada ibunya sampai dengan hari tuanya. Roald mengisahkan tentang matron yang galak juga kerinduannya pada rumah yang membuatnya nekat untuk pura-pura sakit.
                Usia remajanya dihabiskan di Repton, sekali lagi sebuah sekolah berasrama. Di sekolah ini, dia harus menghadapi bullying dari para seniornya, entah dipukul atau diminta untuk menghangatkan toilet. Roald juga menceritakan kepala sekolahnya, yang gemar memberikan hukuman dengan pukulan.
                Di Repton, Roald tidak tumbuh sebagai pecundang. Dia punya beberapa keahlian yang membuatnya tetap merasa sebagai pemenang. Roald jago di bidang olahraga dan fotografi. Dia menjadi kapten di cabang olahraga fives, permainan seperti squash. Kapten olahraga di Repton dianggap sebagai orang penting.
                Fotografi juga membawanya menjadi orang yang dikenal. Master keseniannya sampai mengadakan pameran untuk foto-fotonya dengan melibatkan seluruh sekolah seni untuk proyek ini. Para master lain yang sebelumnya nyaris tidak pernah berbicara kepada Roald selama 4 tahun sampai memuji-muji pameran itu. Saat itu fotografi tidaklah semudah sekarang. Setiap kali keluar untuk memotret, Roald hanya punya 6 kesempatan pengambilan foto, sehingga menekan tombol kamera adalah hal yang harus dipikirkan matang-matang. Enam kesempatan itu adalah 6 pelat kaca yang harus disiapkan sebelumnya di kamar gelap.
                Roald mengakhiri bukunya dengan sedikit ceritanya ketika meninggalkan sekolah. Dia bekerja menjadi pegawai kantoran di Shell. Dia meminta untuk ditugaskan ke Afrika, negeri penuh misteri yang membangkitkan semangat petualangannya. Dia merasa menjadi orang yang sangat hebat ketika seluruh keluarganya mengantarnya ke dermaga. Cerita selanjutnya? Mungkin akan ada di buku yang lain lagi karena tentunya dia sudah bukan anak-anak lagi.
                Buku ini cukup menghibur bagi saya. Sedikit mengingatkan akan diri saya sendiri. Saya juga punya banyak kenangan masa kecil yang tidak bisa hilang dari ingatan walau sudah berpuluh-puluh tahun kejadiannya. Ada kejadian menyenangkan, ada juga yang menyakitkan. Mungkin suatu saat nanti, buku-buku cerita anak karangan saya juga akan terkenal seperti buku cerita yang ditulis oleh Roald Dahl. {ST}  

Popular Posts

Isi blog ini