Ana

Jumat, 31 Januari 2014

Jadi Ketua Panitia Natal Lingkungan




            Pada rapat lingkungan di akhir tahun 2013, saya ditunjuk menjadi ketua panitia perayaan natal lingkungan. Acara ini memang rutin kami adakan untuk mempererat persekutuan kami. Seperti juga tahun sebelumnya, kami mengadakan cara ini di bulan Januari.
Perayaan di bulan Januari, yang artinya setelah Natal tanggal 25 Desember, kami pilih lebih karena alasan praktis. Himbauan untuk merayakan Natal setelah minggu adven yang ke-4 dan juga banyaknya jemaat yang sibuk atau tidak di Jakarta di akhir tahun menjelang tahun baru menjadi pertimbangan utama kami. Bila kami memaksakan mengadakan acaranya di akhir Desember, kemungkinan yang bisa hadir tidak banyak. Demikian pula halnya dengan yang mengurusinya.
Saya ditunjuk menjadi ketua hanya sebulan sebelum perayaan dilaksanakan. Tepatnya pada minggu pertama bulan Desember 2013. Dengan waktu persiapan hanya sebulan, menurut saya sangat kurang waktunya. Apalagi selama ini saya selalu mempersiapkan segala hal dengan baik. Satu bulan rasanya agak mustahil.
Berbekal keyakinan kalau Tuhan akan memampukan orang yang dipilihnya untuk melakukan tanggung jawab, saya menerima tanggung jawab ini. Teman-teman saya juga berjanji akan mendukung sesuai dengan kemampuan mereka. Saya mencoba merencanakan segala sesuatu sambil terus berkoordinasi.
Karena kesibukan di akhir bulan Desember 2013, panitia baru bisa saya kumpulkan di awal bulan Januari 2014. Kami berkumpul hanya 2 kali sebelum pelaksanaan. Koordinasi selanjutnya kami lakukan dengan telpon, SMS, BBM, email, dll. Pertemuan sangat jarang kami lakukan.

Musim Hujan
            Bulan Januari adalah musim hujan. Selama beberapa tahun ini, musim hujan tidak juga berarti musim banjir. Genangan air adalah pemandangan biasa di bulan Januari. Hujan dan genangan air itu pulalah yang menjadi bagian dari acara kami.
            Graha GBI, tempat kami emngadakan acara, terletak di Jl. Ahmad Yani. Jalan yang sering disebut bypass ini, beberapa ruasnya memang sudah langganan tergenang air. Apesnya, genangan air juga terjadi di depan gedung tempat acara kami berlangsung.
            Sebagai ketua panitia, ini cukup membuat saya sakit perut kepikiran. Genangan air di kompleks rumah kami membuat listrik terpaksa harus dipadamkan. Bagaimana kalau listrik di gedung dipadamkan? Bagaimana kalau tidak ada genset? Bagaimana kalau orang-orang yang pegawai gedung itu tidak bisa datang untuk bekerja karena banjir? Wah, macam-macamlah yang membuat saya kepikiran.
            Saya meminta adik saya, yang juga sebagai seksi perlengkapan, untuk melakukan survey tempat ke sana. Dia menggunakan sepeda untuk mencapai tempat itu. Sebenarnya tempat itu cukup dekat dari rumah kami, namun karena genangan ari di mana-mana, perjalanan jadi makin susah. Genjotan sepeda terasa makin berat.

Terhalang Genangan
            Dari pagi hari, atau tepatnya dini hari, saya sudah mendapatkan kabar kalau beberapa orang jemaat tidak akan datang karena terhalang oleh genangan air. Ada yang jalan rumahnya yang tergenang, ada juga yang sampai bagian dalam rumahnya pun tergenang. Saya menerima berita ini dengan mencoba untuk tenang sambil berdoa.
            Tidak hanya jemaat yang terhalang genangan air, para pengisi acara dan panitia juga mengalaminya. Saya sudah sedikit panik ketika MC mengabarkan kalau rumahnya terkena banjir. Pendeta yang seharusnya berkhotbah mengatakan mungkin terlambat karena harus berjuang menembus banjir. Daerah tempat tinggalnya dan tempat acara memang cukup jauh danharus melintasi daeah banjir.
            Berita terhalang genangan yang membuat saya paling panik dan sakit perut adalah tentnag konsumsi. Konsumsi untuk acara ini disediakan oleh seorang jemaat yang berbaik hati menyumbangkan makanan. Dia memesan makanan yang katanya enak di daerah Kelapa Gading. Saat itu, genangan di daerah Kelapa Gading jauh lebih parah bila dibandingkan dengan Cempaka Putih. Catering itu menghubungi si ibu penyumbang konsumsi, mengatakan kalau mereka membatalkan semua kiriman karena terhalang oleh genangan air.
            Wah, bayangkan saja bagaimana paniknya jadi ketua panitia. Makanan adalah salah satu hal terpenting bila mengadakan acara di siang hari. Saya berusaha untuk tetap tenang dan memikirkan solusinya. Saya juga menunda memberi tahu ibu-ibu seksi konsumsi tentang masalah ini. Ibu-ibu itu pasti lebih panik dari saya.

Berserah
            Akhirnya saya hanya bisa berserah dan berdoa. Sudah selayaknya sebagai ketua panitia saya bersyukur atas yang terjadi kemudian. MC datang tepat waktu. Pendeta bisa sampai dengan selamat walaupun terlambat. Keterlambatan ini juga dialami oleh banyak orang yang berusaha datang. Saya dan teman-teman panitia akhirnya memang memutuskan untuk menunda dimulainya acara.
            Yang sangat membuat lega adalah konsumsi. Ibu yang menyumbangkan konsumsi itu akhirnya bisa menemukan rumah makan yang bisa menyediakan 100 porsi makanan untuk siang hari itu. Nasi kotak yang dipesan mendadak itu sudah tiba di tempat acara sebelum jam makan siang. Menurut semua orang yang memakannya, makanan ini enak. Kami juga harus bersyukur karena pesanan makanan ini bisa kami kurangi menjadi 100. Awalnya jumlah porsi yang kami pesan adalah 150.

Syukur dan Terima Kasih
            Pada akhirnya, yang bisa saya sampaikan hanyalah rasa syukur dan terima kasih atas berlangsungnya acara ini. Dengan persiapan yang minim dan keadaan alam yang tidak seperti biasanya, acara bisa berlangsung dengan lancar. Ungkapan rasa syukur dan terima kasih itulah yang mewarnai kata sambutan saya di penghujung acara. {ST}

Jalanan Jakarta #62





Gunung Sinabung #15






Toko Keperluan Musim Dingin




            Indonesia adalah negara tropis. Hampir sepanjang tahun matahari selalu menampakkan dirinya di negeri ini. Sedingin-dinginnya musim hujan, tetap tidak sedingin musim dingin bersalju di daerah bermusim 4.
            Kalau belum memngenal orang Indonesia, tentunya orang yang datang ke negeri ini akan mengerutkan dahi begitu meliha toko-toko yang menjual keperluan musim dingin. Toko-toko ini ada hampir di semua pusat perbelanjaan.
            Saya sebagai orang yang dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia kadang-kadang juga bertanya-tanya mengapa ada toko-toko seperti ini. Bayangkan saja, barang dijual adalah mantel tebal lengkap dengan bulu-bulu di daerah lehernya. Mantel yang cocok digunakan di daerah bersalju itu dijual di sebuah mall di mana matahari bersinar sangat terik di luarnya.
            Saya baru bisa menerima dengan baik tanpa bertanya-tanya lagi ketika harus mencari keperluan untuk pergi ke daerah dingin. Walaupun tempat tujuan saya ini bukanlah daerah bersalju, namun tetap perlu pelindung yang hangat ketika berada di sana.
            Saya mengunjungi beberapa toko musim dingin yang ada di mall. Pakaian yang ada di situ umumnya lucu-lucu bentuknya. Kualitasnya juga bagus. Yang nggak bagus adalah harganya. Harganya berjuta-juta rupiah. Cukup untuk membuat saya sejenak menghentikan napas.
            Saat kunjungan itu, saya tak sengaja mendengar percakapan beberapa pengunjung yang membeli pakaian di situ. Rupanya ada yang berencana mau ke Amerika atau Eropa. Ya, wajar sajalah kalau pakaian super tebal ini harus digunakan di sana. Saat ini daerah utara bumi sedang mengalami musim dingin ekstrim. Kalau saya harus bepergian ke daerah sana, kemungkinan juga saya akan membeli perlengkapannya di sini. Jadi, saat tiba di sana, sudah siap untuk berjalan-jalan. {ST}

Daun Cantik #398





Kamis, 30 Januari 2014

Jalanan Jakarta #61





Gunung Sinabung #14





Long John di Kabanjahe




            Long John menjadi teman akrab saya selama saya berada di Kabanjahe. Pakaian dalam panjang ini memang sengaja saya siapkan karena mendengar kabar kalau kota yang akan dikunjungi itu dinginnya sudah seperti musim dingin.
            Menggunakan long john adalah sesuatu yang baru bagi saya. Sebelumnya, saya lebih memilih jenis pakaian lain yang bukan pakaian dalam berbentuk panjang. Mungkin karena saya belum tahu ada pakaian dalam bernama long john ini.
            Long john adalah pakaian dalam yang diciptakan khusus untuk musim dingin. Pakaian dalam ini terdiri dari 2 bagian, atas dan bawah. Keduanya saling melengkapi untuk menutupi sebagian besar tubuh. Bagian atas berbentuk kaos berlengan panjang. Bagian bawahnya adalah celana panjang. Awalnya, long john dibuat dari bahan wol atau flanel, bahan yang dikenal cukup mampu menahan dingin. Dalam perkembangannya, long john juga dibuat dengan bahan polyester yang lebih lentur dan mengikuti bentuk tubuh.
            Long john yang saya miliki ini saya beli di pertokoan Mangga Dua. Di tempat ini, harga barang yang sama bisa didapat dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan di mall. Long john dijual di toko untuk keperluan musim dingin. Harganya Rp 90 – 120 ribu, tergantung merk, ukuran dan kemampuan menawar barang. {ST}

Daun Cantik #397





Rabu, 29 Januari 2014

Jalanan Jakarta #60





Gunung Sinabung #13





Kebon Jeruk yang Ada Jeruknya




            Dalam setiap minggunya, saya sering berkunjung ke daerah yang bernama Kebon Jeruk. Dalam kunjungan itu saya sanagt jarang melihat jeruk di tempat ini. kalaupun ada, itu dalam acara khusus atau menjadi bagian dari menu makanan. Jeruk, apalagi yang ada di kebun, tidak pernah saya temui.
            Dalam kunjungan ke Tanah Karo di awal bulan Januari 2014 yang lalu, saya diajak ke sebuah kebun jeruk. Kebun ini adalah milik seorang kenalan saya. Kebun luas di dataran tinggi itu kebetulan sedang berbuah.
            Rasanya sungguh senang ketika berada di sebuah tempat yang cocok dengan namanya. Kebun jeruk ini benar-benar ada jeruknya. Tempat seperti inilah yang sebenarnya berhak menyandang nama “Kebob Jeruk”. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini