Perjalanan menggunakan peswat udara sering kali harus dilakukan di pagi
hari, bahkan ada kalanya dini hari. Tentu saja persiapannya harus beberapa jam
sebelumnya. Persiapan yang tentunya akan memakan waktu tidur. Persiapan yang
akan membawa kantuk setelahnya.
Mengantuk di
bandara, adalah hal biasa yang terjadi pada saya. Bila bepergian, saya memang
sering mengambil jadwal terbang yang pagi hari. Biasanya dengan pertimbangan
supaya masih ada kegiatan yang dilakukan di hari keberangkatan itu. Persiapan
di malam sebelumnya kadang-kadang membuat saya tidak dapat tidur nyenyak.
Rasanya seperti selalu siaga karena takut kebablasan tidur.
Posisi tidur
saya di bandara adalah dengan duduk di kursi sambil memeluk tas. Kaki saya
biasanya sedikit menyilang di bagian telapak kaki. Kadang-kadang, tangan saya
juga saya silangkan seperti memeluk diri sendiri. Untuk wajahnya, saya usahakan
selalu menunduk. Selain karena memang “bawaannya” menunduk karena gravitasi,
posisi menunduk juga terlihat lebih anggun dibandingkan dengan menengadah
sambil mangap.
Tidur sambil
duduk, kalau dilakukan berjam-jam membuat badan pegal juga. Kadang-kadang,
pingin juga rasanya tiduran di kursi panjang sambil berbantal tas. Niat ini
selalu hanya menjadi niat, belum pernah saya lakukan. Selain rasanya kurang
sopan, juga rasanya kok egois sekali, ya… Sederetan bangku itu, kan, untuk
sederetan orang juga.
Suatu kali,
ketika menanti penerbangan pagi, saya bertemu seorang perempuan yang berbaring
di kursi panjang. Saat itu juga saya langsung memberi cap “egois” kepada
perempuan ini. Namun ternyata, saat itu tidak hanya dia sendiri yang melakukan
hal itu. Di deretan kursi seberang, ada juga seorang bapak yang melakukan hal
yang sama. Bapak itu bahkan melengkapinya dengan suara mendengkur.
Kelakuan
seperti ini ternyata menular. Beberapa orang lain juga mengikuti di deretan
kursi panjang yang lain. Kali ini, say amakin kukuh bersikap, kalau saya gak
akan ikut-ikutan tiduran di kursi panjang. Saya akan menggunakan kursi untuk
duduk, sesuai fungsinya. {ST}