Pekerjaan saya memang luar biasa, yang memungkinkan saya mengambil libur
di luar hari biasanya orang libur. Saya sering mengambil libur di tengah minggu
karena memang saat itulah saya butuh istirahat. Untuk di akhir minggu, saya
hampir tidak pernah istirahat. Kegiatan saya bahkan jauh lebih padat di akhir
minggu dibandingkan dengan pekerjaan saya sehari-hari.
Ketika saya
libur, Mamah selalu senang. Senang karena ada yang mengantarkannya untuk
pergi-pergi. Maklum saja, dari 3 orang anak perempuannya, hanya saya yang bisa
menyetir dan punya SIM. Kedua adik saya?
Ada yang punya SIM tapi takut nyetir, ada yang berani nyetir tapi gak punya
SIM.
Urusan
ngantar-mengantar ini sempat membuat saya sebal. Mamah sering membuat rencana
perjalanan tanpa bertanya dulu ke saya. Ditambah pula hari itu adalah hari
libur saya. Selain untuk beristirahat, biasanya saya juga berencana untuk
membuat tulisan atau keterampilan lainnya. Dan, rencana ini lebih sering
gagalnya.
Di suatu
hari Selasa, saya sengaja mengambil libur untuk beristirahat dan merasakan
pijatan. Selain itu saya juga mau mengurusi urusan pajak rumah. Urusan ini
pernah membuat Mamah sangat kecewa dan kesal. Saya berjanji untuk mengurusinya
sampai tuntas. Maka, sehari sebelum hari batas terakhir penyetoran pajak, saya
bertekad menyelesaikannya. Tentu saja, saya harus mengambil libur bila
berurusan dengan urusan seperti ini. Urusan yang sering memakan waktu banyak.
Ketika
urusan pajak akhirnya selesai, dengan wajah bahagia Mamah mengajak untuk
belanja. Belanjaan ini tujuannya untuk dijual lagi di kampung halaman kami. Dia
juga menyebutkan beberapa tujuan lain. Saat itu juga, saya merasa agak kesal
karena rencana-rencana itu tidak melibatkan saya sama sekali. Padahal, sayalah
orang yang harus mondar-mandir menyetir.
Namun
kekesalan itu tidak bertahan lama. Melihat wajah bahagia Mamah yang lega karena
urusannya selesai membuat saya merelakan tertundanya rencana pijetan di hari
libur itu. Saya juga teringat pada ibu teman saya yang sedang menjalani
kemoterapi untuk pengobatan kanker. Betapa keluarganya ingin memberikan sesuatu
kepada ibu ini. Saya bersyukur masih bisa mengantar ibu saya selagi dia masih
sehat. Sukacita saya juga makin bertambah dengan makan siang sop ikan kesukaan
saya. Ditraktir pula hehehe…. {ST}