Ana

Minggu, 08 September 2013

Hadiah Buku




            Memberikan hadiah kepada orang selalu menjadi pergumulan tersendiri bagi saya. Sudah berkali-kali rasanya, sejak kecil dulu, saya memberikan hadiah yang “salah”. Bisa dikatakan “salah” karena yang menerimanya tidak menganggapnya sebagai hadiah.
            Kepribadian saya yang agak kurang gaul ditambah pula selera saya yang tidak sejalan dengan selera pasar memang membuat saya kurang mengerti selera orang-orang. Kalau orangnya tidak bergaul dekat dengan saya, saya tidak tahu apa yang menjadi keinginan dan impiannya. Dan, kalau orang itu adalah orang yang saya berikan kado, kadang-kadang kadonya menjadi “salah”.      
Karena bingung apa yang mau diberikan ke orang tersebut, biasanya saya memberikan hadiah menurut selera saya sendiri. Waktu kecil dulu, saya akan memberikan alat tulis, pajangan atau celengan. Makin dewasa, makin saya bingung mau memberikan apa.
            Pernah suatu kali, saya memberikan jaket ke seseorang. Baru kemudian saya tahu, ternyata dia tidak suka jaket seperti itu, jaket yang ada topi di bagian belakangnya. Itu juga alasannya jaket yang saya berikan itu tidak pernah dipakai, bahkan kemudian disumbangkankek orang lain.
            Pernah juga saya memberikan payung kepada seorang pria, mantan pacar saya. Saat itu saya sangat prihatin karena dia sering kehujanan. Dengan niat untuk menunjukkan perhatian, saya berikan payung hitam dengan teknologi tercanggih, yang bisa dibuka dengan memencet sebuah tombol. Ternyata, hadiah saya ini juga tidak “ketrimo”. Payung itu tidak pernah digunakan karena dia malu.
            Akhir-akhir ini, saya lebih sering memberi hadiah buku. Hadiah ini lebih netral dan umumnya bisa diterima dengan baik, terutama bila isi bukunya mencerminkan minat orang yang diberikan. Kadang-kadang, hadiah buku juga sering “salah sasaran” kalau penerimanya adalah orang yang tidak suka membaca. Yeah…yang penting saya tulus memberikannya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini