Dunia hiburan di negeri kita telah lama didominasi oleh orang-orang
blasteran bule. Enatah bagaimana asal mulanya, orang-orang blasteran bule dianggap
lebih cantik dan ganteng dibandingkan dengan penduduk pribumi. Ternyata, hal
ini juga merasuki anak-anak kecil yang
naskah ceritanya sering saya baca.
Sudah umum
saya temui cerita yang tokohnya adalah anak blasteran. Anak yang orang tuanya
berasal dari 2 negara dan budaya yang
berbeda. Anak ini umumnya kaya raya dan cantik rupawan (karena blasteran).
Untuk ceritanya, hmmm…. sangat klise dan terus terang tidak menarik perhatian
saya. Ceritanya terlampau biasa. Bisa dijumpai di hampir semua sinetron.
Kalau ukuran
cantik atau ganteng itu adalah kulit terang, tubuh tinggi langsing dan rambut
pirang, orang-orang blasteran bule tentunya akan berpeluang besar masuk
kategori cantik atau ganteng. Orang-orang Indonesia, yang warna kulitnya kuning
sampai sawo matang, akan merasa rendah diri karena tidak merasa cantik.
Cantik atau
ganteng itu hanya persepsi. Sebuah cara pandang. Orang Asia memiliki
kecantikannya sendiri. Tanpa blasteran pun bisa tetap cantik. Yang penting
tetap menjadi dirinya sendiri dan percaya diri. Banyaknya cerita blasteran nan
rupawan itu seakan pertanda kalau bangsa kita tidak merasa pede dengan
kecantikannya.
Saya sendiri
percaya bahwa setiap budaya memiliki kecantikannya sendiri. Setiap budaya
memiliki keunikannya sendiri. Tidak perlu meniru budaya lain hanya untuk merasa
cantik. Tentu saja, saya sendiri merasa cantik sebagai seroang perempuan
Indonesia. Semoga adik-adik pengarang cerita itu suatu saat juga bisa bangga
pada kecantikan bangsanya sendiri. {ST}