Ana

Selasa, 27 Agustus 2013

Rujak Cingur




            
            Saya mengenal rujak cingur pertama kali ketika saya masih kecil dulu. Rujak cingur adalah dagangan yang dijajakan berkeliling di Palangkaraya. Makanan khas Madura itu dijual oleh pendatang dari Madura dengan cara dijunjung di atas kepala. Sebagai penanda keberadaan, penjual rujak cingur yang umumnya ibu-ibu itu akan berteriak “Pencooookkk”.

            Pencok adalah sebutan untuk rujak di daerah Palangkaraya. Sebutan ini entah berakar dari bahasa Banjar atau Madura, saya juga kurang memahaminya. Yang jelas, aneka rujak akan disebut dengan pencok. Pencok buah dan pencok cingur.

            Ketika saya pindah ke Jakarta, kata pencok sudah tidak sering lagi saya gunakan. Walaupun sebutannya agak berbeda, namun saya tetap selalu suka rasanya. Saya selalu suka rujak. Baik rujak buah, juga rujak cingur.


Petis Hitam

            Yang menjadi ciri khas rujak cingur, selain ada cingurnya, juga petis hitamnya. Petis hitam ini adalah saos rujaknya. Selebihnya, rujak cingur berisi lontong (atau ketupat), kangkung, kacang panjang, tempe, tahu, kentang rebus, jagung, tauge, dan tentu saja cingurnya. Cingur atau bagian hidung sapi yang kenyal itulah yang memberi nama pada makanan ini.


Rujak Cingur di Kelapa Gading

            Selama tinggal di Jakarta, saya hanya menemukan 2 tempat yang menjual rujak cingur yang enak. Kedua-duanya di daerah Kelapa Gading. Yang pertama ada di foodcourt Kelapa Gading Mall I. Yang kedua ada di pelataran apartemen di Kelapa Gading. Di kedua tempat itu, kalau soal rasa, rujak cingurnya sama enaknya. Kalau soal harga, tentu saja lebih murah yang di pelataran apartemen. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini