“It’s
me o Lord, it’s me o Lord, standing in a need of prayer,” itu adalah lirik
lagu yang saya nyanyikan bersama Joyful Choir hari Minggu, 21 Juli 2013 yang
lalu. Lagu itu menjadi bagian dalam ibadah musikal dimana kami, Joyful Choir,
ikut menjadi bagiannya.
Pagi ini, hari Selasa, 23 Juli 2013, ketika
seorang teman mengirimkan rekamannya, kami semua langsung mendengarkan kembali
lagu yang kami nyanyikan kemarin. Tak disangka, lagu ini ternyata menjadi lagu
latar bagi saya sepanjang pagi. Selain lagu ini, juga ada lagu The Gospel
Train, yang koreografinya seperti kereta api.
Perjalanan pagi hari ini awalnya saya
lewatkan seperi biasa. Bersama Mocil saya melaju keluar rumah, menuju ke Negeri
Kelinci. Yang luar biasa adalah lagunya. Tak lama dari keluar rumah, saya sudah
memutar lagu yang kami nyanyikan kemarin itu. Biasanya saya mendengarkan radio.
Mocil melintas di jalan yang sudah
sering dilaluinya. Saya menyetir mobil sambil bernyanyi dan gak peduli dengan
keadaan sekitar. Makin lama, terasa kekuatan mocil makin menghilang. Mocil
kehilangan tenaga…alias mogok.
Saya, yang memang kurang ahli masalah
mesin mobil, segera menelpon supirnya bapak saya untuk minta pertolongan
pertama. Walaupun dia sebenarnya gak terlalu ahli dan kadang-kadang sok tahu,
tapi masih lebih mendingan dibandingkan dengan saya. Berkali-kali saya mencoba
menelponnya, namun tidak kunjung tersambung. Jadi teringat kebiasaan orang yang
1 ini adalah berganti nomor telepon. Mungkin dia mengganti nomor teleponnya
tanpa mengabari. Akhirnya saya menelpon montir langganan saya, yang juga adalah
teman saya.
Untuk bisa ditemukan oleh sang
montir, saya harus memberitahukan keberadaan saya ada di mana. Nah, ini dia
masalah yang baru terasa di saat seperti ini. Walaupun sudah biasa melewati
jalan ini, saya tidak tahu nama jalannya, hanya tahu nama daerahnya. Bertanya
pada seorang teman yang rumahnya di dekat situ, juga belum dijawab-jawab.
Akhirnya saya melangkah keluar mobil dan melihat-lihat. Nama jalan itu kemudian
dapat saya temukan dengan melihat di sebuah papan lapangan futsal.
Selama masa penantian menunggu
datangnya montir, saya mendengarkan kembali lagu yang kemarin kami nyanyikan. “It’s me o Lord, it’s me o Lord, standing in
a need of prayer”. Kalau lagi menanti dalam kesendirian, lagu ini benar-benar
terasa mengharukan. Saat itu, saya memang hanya bisa berdoa menanti
pertolongan. I’m standing in a need of
prayer. {ST}