Ketika Ramadhan datang dan sebagian teman saya berpuasa menjalankan
ibadah, sudah selayaknya saya bertenggang rasa ketika mau makan dan minum. Saya
akan ngumpet dari mereka untuk sementara.
Ada beberapa
pendapat tentang bersikap kala teman-teman kita puasa. Ada pendapat kalau kita
juga semestinya turut terlihat seperti berpuasa, atau tidak makan dan minum ketika
bersama dengan orang yang puasa. Ada pula yang berpendapat kita tidak perlu
mengubah sikap. Melihat orang lain makan dan minum adalah bagian dari godaan
yang harus dihadapi ketika puasa. Saya sendiri, berusaha untuk bertenggang rasa
dan menjauhkan teman-teman saya dari godaan untuk makan dan minum.
Ketika
mengantuk setelah makan siang, saya sering minum kopi. Kopi yang saya minum
adalah jenis kopi putih dengan wangi semerbak. Aromanya akan segera menyebar
tak lama setelah air panas dituang dalam cangkir berisi kopi. Saya
membayangkan, kalau saya sedang ngantuk-ngantuknya dan mencium aroma kopi ini,
pasti langsung ngiler dan ikut-ikutan minum kopi.
Karena tak
tega mengganggu konsentrasi teman-teman saya, Saya pun menghilang dari
peredaran. Saya ngumpet di perpustakaan ketika menikmati kopi beraroma wangi
ini. Peristiwa ngumpetnya saya di perpustakaan ini membuat ruangan itu mendapat
nama julukan baru, tentu saja sebagai ruang ngopi. Sebelumnya, perpustakaan
adalah ruang baca (tentu saja!), ruang tidur, ruang makan dan ruang memerah
susu. {ST}