Sebagai
seorang perempuan Dayak, saya memang terpanggil untuk turut melestarikan
kebudayan Dayak. Salah satu yang paling menarik bagi saya adalah merangkai
manik-manik. Manik-manik Dayak memang cukup terkenal di seluruh penjuru negeri
ini. Namun, saat ini cukup banyak anak muda yang tidak tertarik untuk
melestarikannya. Tak heran, hanya orang-orang yang cukup tua yang dapat
membuatnya.
Saya
cukup beruntung, dapat bertemu orang yang bisa merangkai manik-manik dan mau
mengajarkannya. Lebih bersyukur lagi, karena pelajaran ini bisa saya dapatkan
secara gratis. Ibu itu sudah merasa cukup bersyukur karena ada orang yang mau
meneruskan keahliannya. Ibu itu hanya berpesan, supaya suatu saat nanti, saya
harus mengajarkannya kepada seorang perempuan Dayak juga, dan saya juga harus
membuat hasil karya saya sendiri.
Salah
satu karya rangkaian manik-manik yang paling rumit adalah membuat sangkirai
(penutup dada). Dan, saya bertekad untuk dapat membuatnya. Maka mulailah saya
membuat sangkirai dengan teknik seperti yang diajarkan. Sangkirai pertama saya,
saya buat dari manik-manik berbentuk bambu berwarna oranye mengkilat. Kalau
dilihat sekilas, sangkirai ini tidak berciri Dayak sama sekali. Sangkirai ini
sampai sekarang belum saya selesaikan karena keterbatasan bahan dan waktu.
Sangkirai
kedua yang saya buat adalah perpaduan antara warna putih dan emas. Sangkirai
ini rencananya akan saya gunakan dalam pernikahan saya kelak. Saat itu, saya
memang sedang menjalin hubungan serius dengan seorang laki-laki. Namun,
lagi-lagi sangkirai ini tidak selesai. Selain karena hubungan saya akhirnya
bubar, saya pun tak puas dengan warna emasnya yang makin lama makin pudar.
Sangkirai
saya yang ketiga, adalah sangkirai dari manik pasir dengan warna-warni khas
Dayak. Ada warna hitam, putih, merah, kuning, hijau. Lima warna khas Dayak ini
sejak semula memang saya rencanakan untuk menjadi bagian sangkirai ini.
Warna-warninya yang kontras membuat saya bersemangat untuk menyelesaikannya.
Inilah sangkirai pertama yang saya selesaikan. Sangkirai ini sering turut
melengkapi penampilan saya dalam beberapa kesempatan.
Sangkirai lainnya yang saya buat, berwarna hijau dari manik pasir. Warna hijau yang saya gunakan ada 5 macam, bervariasi mulai hijau muda sampai hijau tua. Sangkirai ini ketika akhirnya sudah terangkai, terlihat kecil bila digunakan oleh orang dewasa. Akhirnya, saya mengumumkan kalau sangkirai ini cocok buat anak-anak. Sangkirai ini laku terjual dalam sebuah pameran yang saya ikuti.
Sangkirai lainnya yang saya buat, berwarna hijau dari manik pasir. Warna hijau yang saya gunakan ada 5 macam, bervariasi mulai hijau muda sampai hijau tua. Sangkirai ini ketika akhirnya sudah terangkai, terlihat kecil bila digunakan oleh orang dewasa. Akhirnya, saya mengumumkan kalau sangkirai ini cocok buat anak-anak. Sangkirai ini laku terjual dalam sebuah pameran yang saya ikuti.
![]() |
Selain
beberapa sangkirai itu, saya juga membuat sangkirai lainnya dari manik pasir
dengan rangkaian yang jarang-jarang. Sangkirai ini cukup mudah dan cepat
membuatnya. Warnanya saya campur antara hitam, putih, merah, kuning, hijau. Tak
beraturan dan tak mengikuti suatu pola tertentu. Saya berhasil membuat cukup
banyak sangkirai jenis ini. Saya menjualnya dengan cukup murah karena bahannya
yang tak banyak dan waktu yang diperlukan untuk membuatnya pun tak banyak.
Untuk sementara
waktu, saya belum dapat menerima orderan untuk membuat sangkirai lagi. Beberapa
tanggung jawab membuat saya kesulitan membagi waktu, sehingga cukup susah untuk
memenuhi orderan. Semoga suatu saat nanti, saya dapat lebih mengembangkan
kemampuan saya merangkai manik-manik. Entah dengan membuatnya sendiri, atau
mengajarkannya kepada orang lain. {ST}