Keluarga kami adalah penggemar kepiting. Kepiting untuk
dimakan tentunya. Apapun masakannya, kami selalu suka. Kami meyakini, yang
membuat kepiting itu enak bukan bumbunya atau siapa yang memasaknya, tapi cita
rasa kepiting itu sendirilah yang membuat rasanya enak.
Yang paling sering menjadi rebutan adalah capitnya.
Selain karena dagingnya memang enak, capit ini termasuk langka, biasanya pada 1
kepiting hanya ada 1 capitnya yang besar. Begitu pula perbandingannya dalam
seporsi hidangan masakan kepiting, capit ini hanya bagi orang-orang yang
terpilih, atau yang gesit memilih.
Untuk memakan bagian badan kepiting yang bersekat-sekat,
lebih leluasa dengan menggunakan tangan. Sejak bertahun-tahun dulu, saya memang
selalu menggunakan tangan bila makan kepiting.
Suatu kali, saya makan kepiting di sebuah restoran.
Rencananya, setelah itu saya akan belanja-belanja baju batik. Membayangkan akan
membongkar-bongkar pakaian yang digantung, saya agak segan makan kepiting
dengan tangan. Bau amis kepiting dan bumbunya tidak akan mudah hilang dari
tangan walaupun sudah dicuci dengan sabun.
Akhirnya saya pun memilih menikmati menu lainnya, sampai
akhirnya saya melihat cangkang kepiting. Bagian dalam cangkang kepiting ini
bisa dikeluarkan dengan menggunakan sendok, tidak perlu serepot memakan bagian
badannya. Dan ternyata memang benar, memakan bagian dalam cangkang kepiting
bisa dilakukan dengan sendok.
Sambil makan kepiting, saya berpikir, membayangkan di
jaman dahulu saat belum ada mangkok. Pasti ada sebagian orang yang menggunakan
cangkang kepiting sebagai mangkoknya, dan potongan capit sebagai sendoknya.
{ST}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar