Ketika Lebaran tiba, sebagian daerah Jakarta terasa
lumpuh. Sebagian terpengaruh karena banyaknya tenaga kerja yang meninggalkan
Jakarta alias mudik. Sebagian besar staf rumah tangga juga ikut mudik, termasuk
juga staf rumah tangga kami.
Pulangnya mereka, membuat kami harus mengambil alih
pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh staf rumah tangga, antara lain mencuci
baju dan menyetrikanya. Untuk mencuci baju, kami sangat terbantu dengan adanya
mesin cuci. Setelah itu, kami tinggal menjemurnya. Yang menjadi masalah adalah
menyetrikanya. Dari semua penghuni rumah kami, tidak ada seorang pun yang suka
menyetrika.
Tidak suka dan tidak ada waktu untuk menyetrika membuat
pakaian kering yang belum disetrika menumpuk. Tumpukan itu bahkan sudah menggunung
saking banyaknya. Dengan waktu yang terbatas, kami tidak mungkin menyesaikan
setrikaan itu.
Karena sudah hampir kehabisan baju untuk dipakai,
akhirnya ibu saya memutuskan untuk membawa tumpukan pakaian itu ke laundry
untuk disetrika. Tidak banyak pilihan laundry yang buka di saat-saat seperti
ini. Yang ada di dekat rumah, hanya ada 1 yang buka.
Pakaian-pakaian itu kami pilih dulu. Ada beberapa pakaian
dan juga handuk yang rasanya penyetrikaannya bisa kami atasi sendiri. Walaupun
begitu, sisanya tetap saja masih banyak. Kami membungkusnya dalam selembar
sprei, membentuk sebuah buntelan.
Di laundry itu, jasa pencucian baju, waktu pengerjaannya
lebih lama dari biasanya. Ternyata untuk menyetrika juga sama lamanya. Untuk
mengerjakan sebuntel pakaian kami itu, perlu waktu 6 hari. Kami tidak akan
menggunakan jasa ini kalau ada pilihan lain. Karena tak ada pilihan, jadilah
kami menggunakan jasa ini. Enam hari untuk menyetrika pakaian. {ST}