Ana

Sabtu, 25 Agustus 2012

Setrika 6 Hari



            Ketika Lebaran tiba, sebagian daerah Jakarta terasa lumpuh. Sebagian terpengaruh karena banyaknya tenaga kerja yang meninggalkan Jakarta alias mudik. Sebagian besar staf rumah tangga juga ikut mudik, termasuk juga staf rumah tangga kami.
            Pulangnya mereka, membuat kami harus mengambil alih pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh staf rumah tangga, antara lain mencuci baju dan menyetrikanya. Untuk mencuci baju, kami sangat terbantu dengan adanya mesin cuci. Setelah itu, kami tinggal menjemurnya. Yang menjadi masalah adalah menyetrikanya. Dari semua penghuni rumah kami, tidak ada seorang pun yang suka menyetrika.
            Tidak suka dan tidak ada waktu untuk menyetrika membuat pakaian kering yang belum disetrika menumpuk. Tumpukan itu bahkan sudah menggunung saking banyaknya. Dengan waktu yang terbatas, kami tidak mungkin menyesaikan setrikaan itu.
            Karena sudah hampir kehabisan baju untuk dipakai, akhirnya ibu saya memutuskan untuk membawa tumpukan pakaian itu ke laundry untuk disetrika. Tidak banyak pilihan laundry yang buka di saat-saat seperti ini. Yang ada di dekat rumah, hanya ada 1 yang buka.
            Pakaian-pakaian itu kami pilih dulu. Ada beberapa pakaian dan juga handuk yang rasanya penyetrikaannya bisa kami atasi sendiri. Walaupun begitu, sisanya tetap saja masih banyak. Kami membungkusnya dalam selembar sprei, membentuk sebuah buntelan.
            Di laundry itu, jasa pencucian baju, waktu pengerjaannya lebih lama dari biasanya. Ternyata untuk menyetrika juga sama lamanya. Untuk mengerjakan sebuntel pakaian kami itu, perlu waktu 6 hari. Kami tidak akan menggunakan jasa ini kalau ada pilihan lain. Karena tak ada pilihan, jadilah kami menggunakan jasa ini. Enam hari untuk menyetrika pakaian. {ST}

Rabu, 22 Agustus 2012

Catatan Seorang Editor: Cerita Tanpa Tanda Baca



            Menulis ternyata memang memerlukan keahlian dan juga kesabaran lebih dibandingkan dengan bicara. Bicara bisa dilakukan dengan cepat dan hanya menggunakan mulut saja. Beda halnya dengan membuat tulisan, kita harus lebih dulu memikirkannya, baru kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan.
            Berbeda dengan bahasa lisan, bahasa tulisan memerlukan tanda baca. Tanda baca inilah yang membedakan maksud dan tujuan dari kalimat-kalimat yang ditulis. Penggunaan tanda baca, memang kerap diabaikan dalam komunikasi sehari-hari. Karena itu, saya cukup bisa memaklumi bila ada tulisan anak-anak yang penggunaan tandanya kurang tepat.
            Selain ada yang kurang tepat, ada pula tulisan yang tidak ada tanda bacanya sama sekali. Dari depan sampai belakang, dari atas sampai bawah, semuanya kata-kata. Perlu kesabaran lebih memang untuk mengerti ceritanya, kemudian membubuhkan tanda-tanda baca yang tepat pada cerita seperti ini. {ST}

Selasa, 21 Agustus 2012

Catatan Seorang Editor: Tulisan Alay Itu….



            Tulisan alay memang pernah mewabah di negeri ini. Tidak sedikit orang yang terkena pengaruhnya, termasuk juga anak-anak yang mengirimkan ceritanya ke Klinik Cerita. Huruf yang dimodifikasi dengan angka, simbol dan tanda baca ada juga yang mampir ke layar monitor saya.
            Setelah mengedit beberapa baris tulisan ini, ingin rasanya langsung klik “discard”, gak usah diedit aja. Tapi, gak boleh gitu juga dong….Mungkin saja anak ini tidak tahu cara menulis dengan normal karena dikelilingi lingkungan yang alay. Nah, ini kan kesempatan untuk memberi tahu yang benar kepada anak ini. Semoga di tulisan berikutnya, sudah tak terlalu memusingkan. {ST}

Senin, 20 Agustus 2012

Catatan Seorang Editor: Ketika Internet Tak Bisa Diakses



            Sebagai editor untuk media online, pekerjaan saya sangat tergantung pada internet. Bila internet susah diakses – seperti saat saya membuat catatan ini – maka pekerjaan saya pun menjadi tertunda.
            Saya melapor pada rekan senior saya tentang kendala ini, sekalian meminta sesuatu untuk dikerjakan. Karena, tanpa melakukan apa-apa, rasanya kok gak betah ya…. Dan, pekerjaan untuk saya lakukan itu adalah membaca.
            “Baca-baca, aja,” demikian saran untuk dilakukan itu.
            Maka sayapun membaca Majalah Bobo edisi terakhir. Majalah itu dapat dengan mudah saya baca sampai habis dalam waktu singkat. Setelah itu, saya membuat catatan ini. Rencananya, saya akan membaca edisi lainnya juga bila internet tak kunjung bisa diakses. {ST}

Minggu, 19 Agustus 2012

Catatan Seorang Editor: Suka Cita Berlipat Ganda



            Sudah beberapa hari ini saya mendapatkan kepercayaan sebagai editor di sebuah media online. Pekerjaan ini didapat dalam proses yang cukup cepat. Blog ini juga berperan cukup banyak dalam mendapatkan kepercayaan ini. Kebiasaan saya meng-update setiap hari, menjadi salah satu nilai tambahnya.
            Pekerjaan ini tugas utamanya adalah mengedit cerita yang dikirimkan oleh anak-anak dari seluruh Indonesia ke Klinik Cerita. Cerita-cerita itu banyak yang ditulis dengan sesuka hati. Tugas sayalah untuk membuatnya jadi benar. Menjadi lebih baik di Klinik Cerita.
            Saya sangat bersuka cita berlipat ganda ketika mendapat kepercayaan ini. Bayangkan kalau kita mendapat banyak hal yang kita sukai dan kita perlukan sekaligus. Saya sangat suka membaca dan membuat sesuatu untuk dibaca. Pekerjaan sebagai editor ini, tugas utamanya adalah pembaca. Ditambah pula, saya bisa belajar pada para editor senior. Saya mendapat kesempatan untuk melatih diri, dan dibayar pula. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini