“Teeeee…..Sateeeeee……” terdengar
suara dari jalanan gelap tak berlampu di sebuah komplek perumahan.
“Gruduk…gruduk…duk…duk…duk,” terdengar suara derap kaki beberapa orang dari sebuah rumah gelap. Suara itu
makin terdengar berisik ketika terjadi tabrakan dengan seperangkat kursi tamu
dari kayu.
“Sateeeee…..” terdengar seruan dari seorang yang baru saja menabrak kursi itu. Dia menuju ke
luar pagar sambil melambai-lambaikan tangan. Berharap abang tukang sate
melihatnya.
Abang sate itu celingukan sebentar
sebelum menuju ke rumah orang yang melambaikan tangan itu. Akhirnya dia
mendorong gerobaknya dan berhenti di situ.
Si pemanggil sate yang seketika
sadar kalau suasana depan rumah itu seperti lokasi syuting film horor, segera
menyalakan lampu depan rumah. Dan diapun mengambil piring ke dalam rumah
setelah menyebutkan orderannya.
Saat kembali ke depan rumah sambil
membawa piring ceper, lampu di depan rumah kembali mati. Sumber cahaya hanya
dari lampu petromaks di gerobak sang abang sate. Asap dari pembakaran sate
membuat suasana makin bertambah horor. Ditambah pula dengan kucing-kucing hitam
yang berjingkat-jingkat misterius.
Selain nuansa horor yang jadi
terbayang-bayang sampai sekarang. Sate ayam yang lewat di depan rumah ini turut
berperan membuat kenyang seisi rumah. Rumah yang saat itu sedang ditinggalkan
pembantunya pulang kampung dan penghuninya tidak memasak sesuatu untuk dimakan.
{ST}