Di tahun 2012 ini, kala telepon genggam tak lagi
menjadi barang yang mewah, keberadaan telepon umum makin tersingkir. Telepon
umum dengan jangkauan dan fasilitas terbatas membuatnya hanya menjadi cadangan
apabila telepon genggam tidak berfungsi.
Umumnya,
bila kalah dalam persaingan pasar, maka sesuatu akan menghilang perlahan-lahan.
Begitu pula jumlah telepon umum di kota-kota besar. Apalagi telepon umum koin.
Uang koin, yang pecahan terbesarnya Rp. 1000,- itu tetap beredar sebagai uang
kelas 2. Nilai nominalnya bahkan tidak dihargai oleh penjaga parkir liar di
pinggir jalan.
Di
GKI Kwitang, sebuah telepon umum masih terpajang dengan kokoh di samping
gereja. Telepon umum koin ini bahkan masih bisa digunakan sampai sekarang.
Beberapa jemaat yang rumahnya di sekitar gereja masih sering menggunakannya
untuk menelepon ke rumah. Saat orang-orang memiliki minimal 1 buah telepon
genggam, telepon umum koin ini masih memberikan andilnya dalam kehidupan. {ST}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar