Ana

Senin, 30 April 2012

Kopitiam QQ Kelapa Gading









            Kopitiam ini terletak di Mall V Kelapa Gading. Tempatnya di sebelah luar mall. Kami beberapa kali mengunjungi tempat ini atas rekomendasi dari beberapa kenalan. Karena bila hanya mengandalkan pemandangan saat jalan-jalan di mall, kemungkinan mata kami tidak akan pernah menangkap keberadaan kopitiam ini.
            Kopitiam ini didekorasi seperti berada di pinggiran jalan. Lampu yang mirip bentuk lampu jalanan dan pelat nomor meja yang seperti pelat nomor kendaraan menambah nuansa pinggir jalan di kopitiam ini.
            Seperti umumnya kopitiam, tempat ini juga menjual kopi sebagai menu utamanya. Ada kopi tubruk dan kopi susu. Kopi panas disajikan dalam cangkir. Kopi dingin disajikan dalam gelas yang bentuknya seperti stoples dengan pegangan untuk tangan. Harga minuman dimulai dari Rp. 5000,-.
            Sebagai menu untuk menemani ngopi, ada pisang goreng dan penganan lainnya. Selain itu ada makanan dan minuman lainnya juga. Menu makanan “berat” seperti nasi, mi dan sop. Untuk minuman, juga ada variasi teh dan jus dengan penyajian yang menarik.
            Dalam kunjungan terakhir ke Kopitiam QQ, saya memesan sop jagung kepiting. Sop yang disajikan panas-panas dalam mangkok putih bergambar ayam jago ini cukup membuat kenyang bila dimakan oleh 1 orang.
            Untuk menampung jumlah pelanggan yang datang, tersedia 2 lantai yang berisi beberapa set tempat duduk. Masing-masing set meja berisi 4 sampai 6 kursi. Sebagai penunjuk nomor meja menggunakan pelat nomor seperti pada pelat nomor kendaraan. {ST}

Pertanyaannya Adalah….



            Sering mengucapkan frasa itu? “Pertanyaannya adalah….” Entah dalam percakapan resmi atau sekedar gossip gak penting? Saya dulu pernah. Saya pernah merasa “keren” kalau berhasil menanyakan sesuatu kepada orang yang lebih tahu atau sok tahu. Selain untuk memang mencari tahu, kadang-kadang juga untuk menguji.
            Pada akhir tahun 2010, saya menghabiskannya dengan melalui perjalanan panjang dari Jakarta ke Jogja. Perjalanan ini terasa panjang karena ditempuh dengan mobil. Kalau naik pesawat sih, paling 1 jam juga sudah sampai.
            Perjalanan dengan mobil travel ini makin terasa lama karena harus menjemput dan mengantar orang-orang yang menjadi penumpangnya. Antar jemput memang salah 1 fasilitas yang dijual oleh agen travel ini.
            Dalam perjalanan bersama 10 orang lainnya yang belum pernah saya kenal sebelumnya, saya lebih merasa sendirian daripada pergi beramai-ramai. Dalam kesendirian itulah, saya memutar balik kehidupan selama setahun berlalu ini. Sangat banyak yang dialami, susah dan senang yang mendatangkan kedewasaan.
            Banyak sekali pertanyaan yang bermunculan di pikiran. Pertanyaan dari seorang yang memang seringnya mau tahu. Seorang yang sering pula berucap “Pertanyaannya adalah….”. Kenangan bermunculan dari semenjak kecil dulu, ketika rasa ingin tahu baru-baru muncul. Pertanyaan yanga banyak itu kadang-kadang tak terjawab oleh orang dewasa yang terlihat bosan dan malah bertanya balik atau malah membentak.
            Suatu pengertian baru muncul, kalau waktu kecil dulu mengharapkan jawaban dari orang dewasa. Seharusnya setelah dewasa ini, saya juga menjadi orang yang memberikan jawaban. Sejak saat itu, saya tidak lagi pernah berkata “Pertanyaannya adalah….”. Susah? Nggak juga kok. Tinggal mengubahnya menjadi “Jawabannya adalah….”
            Sering kali saya tersenyum sendiri bila mendengar ada orang yang bertanya “Pertanyaannya adalah….”. Apalagi kata-kata itu berasal dari orang yang seharusnya memberikan jawaban. Rasanya langsung pingin bernyanyi “Jadilah jawaban….” {ST}

Jumat, 27 April 2012

Tulang Belulang di Rumput Hijau


            Anjing yang sedang menggigit tulang besar berwarna putih sudah sering kita lihat dalam film-film kartun. Dan sepertinya kejadian seperti itu makin langka di dunia nyata. Kecuali untuk para pemelihara anjing tentunya.
            Suatu kali, saat berjalan-jalan di sebuah kota yang tidak terlalu banyak penduduknya, dan tidak terlalu banyak pula anjingnya, saya menemukan 2 potong tulang tergeletak di rumput. Melihat pemandangan ini, langsung teringat pada film-film kartun. Kartun tentang anjing dan tulangnya.
            Entah apa sebenarnya yang terjadi mengapa kedua potong tulang itu sampai tergeletak di rumput hijau. Dan kalau kedua tulang ini dikategorikan sebagai sampah, kira-kira masuk kategori sampah kering atau sampah basah, ya? {ST}

Kamis, 26 April 2012

Tempat Tanaman yang Jadi Tempat Duduk di Depan Mall



            Jakarta adalah kota yang memiliki banyak sekali mall. Jumlah ini bahkan terus bertambah di setiap wilayah. Dan, tampaknya tidak ada yang berusaha untuk mengurangi jumlahnya. Lahan yang ditumbuhi tumbuhan hijau makin berkurang.
            Berkurangnya lahan hijau yang menjadi paru-paru bumi sering disiasati dengan membuat taman di dalam lingkungan pusat perbelanjaan. Di beberapa sudut bahkan juga menempatkan tanaman di dalam pot.
            Di sebuah lobi pusat perbelanjaan terkenal di daerah Jakarta Selatan, tanaman dalam pot juga menjadi bagiannya. Tanaman dalam pot permanen ini tampaknya memang dimaksudkan untuk mempercantik lobi.
            Di tempat yang sama, di lobi itu, menjadi tempat bagi pengunjung untuk menanti kendaraan yang menjemput, bagi yang menggunakan supir. Tempat ini pula menjadi tempat menanti untuk yang mau menggunakan taksi. Karena di lobi itu tidak disediakan tempat duduk, maka si pot bungalah yang dijadikan sasaran untuk duduk. Dedaunan yang tidak sengaja terduduki menjadi terkulai dan kehilangan keindahannya.
            Mungkin tidak banyak pula yang memperhatikan hal seperti ini. Banyak pula yang memang menganggap kalau pot tanaman itu memang tempat duduk. Saya? Saya adalah orang yang mencari tempat duduk yang memang buat duduk. Saya tidak menemukannya di lobi itu. Sambil berdiri sayapun menjepret si pot tanaman. {ST}

Rabu, 25 April 2012

Menanti “Kesibukan” di Kelurahan


            Berurusan dengan kantor kelurahan memang harus mengeluarkan stok kesabaran yang kita punya. Bila kita terbiasa dengan urusan cepat di berbagai tempat, maka di tempat ini jarum jam terasa bergerak sangat lambat. Proses yang terlihat sederhana, bisa menjadi demikian rumitnya di tangan rekan-rekan kita yang berseragam itu.
            Dalam sebuah urusan, yang memang harus diurus sendiri oleh yang punya nama, saya berkunjung ke kelurahan. Saat itu banyak orang yang menunggu sampai ada yang ketiduran segala. Sayapun akhirnya ikut menunggu. Sayangnya saya tidak cukup beruntung untuk bisa ketiduran.
            Seorang perempuan dengan wajah serius menghadap layar komputer. Sesekali tangannya mengklik mouse.
            “Tunggu sebentar, ya,” jawab perempuan itu kepada orang yang menanyakan sesuatu kepadanya.
            Tanpa sengaja, saya melihat ke kaca yang ada di belakang si mbak yang berwajah serius itu. Ternyata…..dia sedang bermain game solitaire. Permainan kartu yang memang untuk dimainkan sendiri. Saat itu sih saya cukup bersyukur karena urusan saya tidak dengan si mbak yang ternyata hanya sok sibuk itu.
Melihat “kesibukan” si mbak itu, saya tidak rela kalau harus menunggu lama kinerja orang yang mencuri jam kerja. Jadi saya nekat ke ruangan tempat untuk foto KTP, yang memang menjadi tujuan saya. Ternyata berkas saya belum diproses dan nampaknya tidak akan diproses bila saya tidak datang ke situ, ke ruangan itu.
Di tempat ini ternyata kita juga harus menolong diri kita sendiri dengan usaha lebih. Kalau hanya menanti, kemungkinan akan ketiduran di kursi tunggu tanpa hasil. Semoga di hari-hari ke depan, pelayanan ini makin baik. Kalau harus membuat warga menunggu sampai ketiduran, sebaiknya juga menyediakan kasur empuk, bantal dan gulingnya.{ST}

Selasa, 24 April 2012

Kotak Kuning Sepeda Motor




            Di jalan-jalan besar di Kota Jakarta, ada ruas jalan yang memiliki jalur lambat dan jalur cepat. Jalur cepat digunakan untuk kendaraan yang yang bisa melaju cepat, umumnya mobil pribadi. Jalur lambat digunakan untuk kendaraan umum dan sepeda motor. Peraturan tak tertulis ini sudah cukup dipahami oleh warga yang telah lama tinggal di Jakarta.
            Dengan makin banyaknya kendaraan roda 2 di Jakarta, nampaknya perlu ditegaskan lagi batasan “wilayah” untuk kendaraan bermotor roda 2 itu. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah kota Jakarta membuat gambar kotak berwarna kuning di jalur lambat. Kotak kuning dengan gambar dan tulisan “sepeda motor” ini dengan jelas menunjukkan jalan mana yang boleh dilalui oleh sepeda motor. Semoga tanda ini tetap berguna sepanjang masa. {ST}

Senin, 23 April 2012

Kerucut Jalanan



            Di jalan-jalan kerap kita melihat kerucut berwarna oranye terang yang menandakan batas jalan suatu tempat. Kerucut ini biasanya terbuat dari bahan yang tidak ringan, namun cukup berat sehingga tidak tertiup angin.

            Kerucut-kerucut ini adalah salah satu cara mudah untuk mengarahkan lalu lintas. Petugas tidak perlu ditempatkan di lokasi. Yang diperlukan hanya menempatkan kerucut setiap jarak beberapa meter. Warna cerah yang glow in the dark membuat kerucut ini dapat terlihat baik siang maupun malam hari. {ST}

Minggu, 22 April 2012

GKI Kwitang : Warta Jemaat




            Sebuah booklet cukup tebal beredar setiap minggu di GKI Kwitang. Booklet ini berisi warta jemaat. Sebagai media resmi dari Majelis Jemaat kepada jemaat, bisa dimaklumi kalau booklet ini cukup tebal karena banyaknya jemaat GKI Kwitang. Hampir setengah jemaat GKI Kwitang mengadakan ibadahnya bukan di gereja induk.
Warta jemaat tahun 1969
GKI Kwitang melayani jemaat di Bakal Jemaat Jatimurni, Bakal Jemaat Karawaci, Cabang STIP Marunda, Cabang Cendrawasih, Pos Cililitan, Pos Kapuk Muara, Pos Sindangkarsa, Pos Tegal Alur dan Pos Wisma Jaya. Jemaat yang tersebar di berbagai penjuru itu memang memerlukan media khusus untuk mewartakan kegiatan jemaatnya.
Siapa yang menyangka berpuluh-puluh tahun yang lalu, saat jemaat GKI Kwitang hanya beribadah di Kwitang, warta jemaat hanya berupa selembar kertas, yang diketik dengan menggunakan mesin tik. Bpk. Guus Sluiter, yang sudah menjadi jemaat GKI Kwitang sejak tahun 1959, menunjukkan buktinya. Selembar kertas kekuningan dengan pokok warta yang sama dengan booklet tebal yang sekarang beredar setiap minggu itu. {ST}

Sabtu, 21 April 2012

Buah Kanjat



            Buah kanjat adalah buah yang umumnya tumbuh di Kalimantan. Buah yang tumbuh liar ini dimanfaatkan penduduk Kalimantan sebagai bahan makanan. Buah yang berbentuk seperti oyong dengan besar sejempol ini harus dimasak dulu sebelum dimakan.

            Umumnya, buah kanjat dimasak menjadi juhu (sejenis sayur berkuah) atau direbus. Bagian dalamnya terdiri dari biji-bijian kecil yang rasanya tidak pahit. Rasa buah kanjat cukup mirip dengan buah oyong. Sangat lezat disantap dengan sambel terasi. {ST}

Jumat, 20 April 2012

Jual Minuman Pake Ban


            Jakarta yang sering kali sangat terik siang harinya tentu saja ikut berperan membuat warganya kekurangan cairan. Cairan dalam bentuk minuman menjadi suatu kebutuhan bagi warganya. Kebutuhan ini menjadi peluang bagi pedagang minuman dalam menjual dagangannya.
            Minuman yang dingin di tengah suhu panas adalah sesuatu yang sanagt menarik hati, dan juga menarik pembeli. Para pedagang berlomba-lomba menjajakan dagangannya dalam keadaan dingin. Ada yang menggunakan lemari pendingin, kotak pendingin atau juga ember pendingin.

            Bagi sebagian pedagang asongan, peralatan yang digunakan adalah ember hitam. Ember hitam ini dilengkapi dengan potongan ban bekas untuk mengganjal botol-botol minuman yang ada di dalamnya. Dengan “dinding” ember yang bertambah tinggi, botol minuman yang bisa dibawa pun bertambah banyak. “Dinding” yang melebar itupun akan membuat botol-botol minuman yang dingin berkeringat itu makin terlihat. {ST}

Kamis, 19 April 2012

Gado-gado Bonbin





            Di sebuah jalan yang tidak terlalu besar, Jl. Cikini IV, terletak tempat menjual gado-gado yang cukup terkenal. Gado-gado ini sudah dijual di daerah ini sejak tahun 1960. sejak daerah itu belum berbentuk seperti sekarang ini.
            Dulu, pada tahun 1960-an, daerah yang sekarang menjadi Taman Ismail Marzuki adalah kebun binatang. Lokasi penjualan gado-gado yang dekat dengan kebun binatang ini memberi sumbangan pada nama dagang gado-gado tersebut. “Bonbin” adalah singkatan dari kebon binatang.
            Sepanjang sejarahnya, gado-gado ini hampir tidak berubah rasanya. Bumbu kacangnya yang khas dibuat dari kacang pilihan dan diolah dengan resep khusus. Rasa kacang yang khas inilah yang menjadi daya tarik gado-gado ini. Untuk isinya, hampir sama seperti gado-gado pada umumnya, berisi sayur-sayuran rebus, tempe dan telur.

 









            Di sepanjang jalan kecil ini, ada pula beberapa penjual gado-gado lainnya. Seperti yang umumnya terjadi di seluruh dunia, bila ada produk yang sukses dan terkenal, maka pasti ada pengikutnya. Gado-gado Bonbin yang asli, ditunjukkan dengan papan nama putih bertuliskan hitam, hampir sama seperti yang ada di praktek dokter.
            Ruangan bagian dalam terdiri dari beberapa set kursi. Masing-masing set terdiri dari 4 atau 6 buah kursi. Di dinding terpampang beberapa kliping koran dan majalah yang mengulas tentang gado-gado ini. Terbaca jelas kalau gado-gado ini telah menjadi bagian hidup banyak orang, yang beberapa di antaranya cukup terkenal.
            Seporsi gado-gado di tempat ini dijual dengan harga Rp. 23.000,-. Harga yang cukup mahal bila dibandingkan dengan gado-gado gerobakan. Harga ini baru akan terasa pantas bila kita sudah menikmati rasa khas bumbu kacangnya dan juga tahu sejarah yang terukir di balik perjalanan gado-gado Bonbin. Mungkin saja leluhur kita ada yang pernah makan di sini. Harga untuk sebuah nostalgia. {ST}

Rabu, 18 April 2012

Kerang Dara Rebus



            Salah satu kudapan kesukaan saya adalah kerang rebus. Kerang rebus biasanya disajikan di restoran seafood sebagai makanan pembuka. Biasanya selagi memesan menu utama, kerang rebus sudah disajikan duluan. Isi kerang yang tidak seberapa memang belumlah cukup untuk membuat kenyang.
            Sebagai penggemar kerang, saya memakan kerang rebus tidak hanya pada saat mau menikmati makan seafood lengkap beserta nasinya. Kadang-kadang saya mampir di penjual seafood pinggir jalan hanya untuk menikmati kerang rebusnya.
            Sepiring kerang rebus di tempat saya biasa menikmatinya, dijual dengan harga Rp. 12.000,-. Saya sudah menjadi pelanggannya sejak harga per porsinya hanya Rp. 2000,-. Sudah terjadi kenaikan harga yang cukup besar sejak saat itu.
            Kerang rebus umumnya disajikan dalam piring sajian ukuran sedang, lengkap dengan cocolannya. Di beberapa tempat cocolannya berbeda-beda, ada yang menggunakan saos kacang, ada yang saos tomat, ada yang saos bawang putih. Sebagai pelengkap penyajian, biasanya dilengkapi juga dengan garpu kecil yang ukurannya pas untuk mencongkel kerang dari cangkangnya. {ST}

Selasa, 17 April 2012

Kucing Penjaga Tong Sampah


            Di sekitar rumah kami, beberapa rumah dilengkapi dengan tempat sampah berupa bak beton. Ada juga yang berbentuk tong silinder lengkap dengan tutupnya. Tempat-tempat smpah ini yang menjadi tempat parkir sementara bagi sampah-sampah rumah tangga di sekitar rumah.
            Selain pemulung, pengunjung tetap tempat-tempat sampah ini adalah kucing. Hampir di setiap tempat sampah selalu terlihat ada kucing. Bahkan kucing itu terlihat nyaman seperti sedang bertahta di daerah kekuasaannya.
            Kucing-kucing ini akan menggeram galak kalau kita mendekat dan mencoba mengusik sampah di tong sampah wilayahnya. Tentu saja kucing-kucing ini tidak segalak sepupu jauhnya, macan, yang kemungkinan akan menerkam. Kucing-kucing ini akan lari ketakutan kalau yang datang mendekat jauh lebih galak, seperti saya. :D {ST}

Senin, 16 April 2012

Kepala Burung Enggang





            Burung enggang adalah burung khas yang hidup di Asia Tenggara, terutama di Kalimantan. Burung cantik ini juga menjadi bagian kehidupan warga yang tinggal di Kalimantan. Dalam budaya Suku Dayak yang tersebar di seluruh penjuru Kalimantan, burung enggang selalu menjadi bagiannya.

            Mitos dan cerita di balik burung enggang berbeda-beda di setiap daerah. Umumnya menganggap burung ini sakral dan tidak diperbolehkan untuk diburu apalagi dimakan. Penghormatan terhadap burung ini turut mendukung konservasinya di alam.
            Bila ada burung enggang yang ditemukan mati, jasadnya tidak dibuang. Bagian kepalanya digunakan untuk hiasan kepala. Rangka kepala burung enggang yang keras bertulang akan tetap awet bentuknya. Hiasan kepala inipun hanya boleh digunakan oleh orang-orang terhormat.
            Hiasan kepala dari kepala burung enggang yang asli ini harganya sangat mahal. Apalagi kepala burung enggang susah didapat. Beberapa hiasan kepala menggunakan kayu yang diukir dan diwarnai seperti burung enggang. Hiasan kepala berbahan kayu ukiran ini bisa dibuat dalam jumlah banyak dan harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan kepala burung enggang yang asli. {ST}

Baca juga:
Berfoto Dengan Burung Tingang
Fauna Identitas Kalteng Ternyata Bukan Tingang

Minggu, 15 April 2012

Mencari Nafkah di Depan Rumah Rakyat




            Gedung wakil rakyat beratap melengkung warna hijau itu sering menjadi pusat kegiatan bagi banyak orang yang berdemonstrasi. Area jalan di depan pagar menjadi pusat berkumpulnya massa. Selain para demonstran, juga petugas keamanan.

            Di akhir Maret 2012 yang lalu, area depan gedung rakyat ini mencapai puncak kepadatannya. Banyak elemen masyarakat datang ke situ seiring dengan persidangan yang digelar di dalam gedung. Bahkan dalam kesempatan itu, pagar depan gedung ini sampai beralih tempat, lepas dari kedudukannya akibat dorongan massa.
            Dalam kesehariannya, di sekitar pagar rumah rakyat itu ada beberapa pedagang yang berjualan minuman. Mereka mencara nafkah dengan menjual pada orang-orang yang datang. Makin banyak yang datang, pedagang makin senang. Begitulah yang terjadi berabad-abad di dunia dagang.
Tapi, bila ada tindakan anarkis yang merusak di tempat itu, tentunya pengamanan akan makin ketat. Para pedagang yang sering tidak dianggap penting ini kemungkinan besar tidak dapat lagi mendekat untuk berjualan di sekitar situ. Semoga keamanan di negeri ini makin lama makin baik. Dan suatu saat para pedagang di depan rumah rakyat dianggap sama pentingnya dengan wakil rakyat di dalam rumah rakyat. {ST}

Sabtu, 14 April 2012

Pasar Tumpah di Hari Jumat




    Bagi sebagian besar warga Negara Indonesia, hari Jumat adalah waktunya beribadah. Umat Islam berbondong ke masjid untuk menunaikan kewajiban agamanya. Kewajiban yang dilakukan di siang hari itu membuat beberapa institusi mengambil kebijakan untuk memperpanjang jam istirahat siang di hari Jumat.

    Jam istirahat siang yang lebih panjang itu juga dimanfaatkan oleh para pedagang yang bisa melihat peluang. Berkumpulnya banyak orang di suatu tempat membuka peluang untuk berdagang pula.

    Di beberapa tempat di dekat masjid, sering ada pasar dadakan yang hanya ada di hari Jumat. Pasar ini menjual aneka macam barang. Yang menjadi “kios”nya adalah emperan ataupun trotoar jalan. Tak jarang memakan badan jalan juga. Pasar yang tumpah ke badan jalan.

    Bagi sebagian orang yang sedang menghabiskan waktu istirahat siangnya, pasar ini menjadi tujuan “wisata” tersendiri. Bagi sebagian orang lainnya, pengguna jalan yang menggunakan kendaraan besar, perlu keahlian khusus untuk menikmati keberadaan pasar tumpah dadakan ini. {ST}

Jumat, 13 April 2012

Kue Basah Setampah




            Kekayaan tanah Indonesia dengan aneka ragam budayanya juga tercermin melalui makanan yang dihasilkan dari tiap daerah. Masing-masing daerah memiliki makanan khasnya sendiri. Selain makanan pokok yang bisa digolongkan menjadi makanan “berat”, ada pula makanan kecil berupa kue-kue kecil.
            Jakarta sebagai ibu kota negara, telah menjadi tempat berkumpulnya aneka budaya. Di kota metropolitan ini aneka budaya bercampur, begitu pula dalam hal makanannya, termasuk kue-kue. Kue-kue dari berbagai daerah dijual bersama di pasar kue.
           Kue-kue yang sering disebut penganan kecil ini dibuat dalam bentuk yang memang kecil-kecil. Bentuknya pas dengan sekali suapan orang dewasa. Kue-kue ini dijual dengan ditata di atas tampah. Pembeli yang mau membeli tinggal memilih dari kue-kue yang sudah tertata rapi serasi itu.
          Di Pasar Subuh Senen, pasar yang memang khusus menjual kue, hsetampah kue dihargai Rp. 35.000 – Rp. 50.000, tergantung jenis kue dan banyaknya. Makin siang, harga kue makin mahal, terutama bila dijual di pasar lainnya. Untuk jenis kue yang sama, harga di Pasar Tebet bisa mencapai 2 kali lipatnya.
          Terlepas dari harganya, dalam setampah kue-kue basah ini kita bisa melihat keragaman budaya Indonesia. Keragaman yang dapat kita nikmati tanpa harus berkunjung ke daerah asal kuenya. Keragaman yang dapat kita nikmati tanpa harus sakit perut kekenyangan karena ukurannya yang sekali “hap” itu. {ST}

Kamis, 12 April 2012

Dinding Penuh Buku



    Sebagai seorang yang gemar membaca, saya juga memiliki banyak buku. Buku-buku yang saya kumpulkan bertahun-tahun. Buku-buku itu saya simpan di rak kayu yang jumlahnya makin lama makin banyak mengikuti jumlah buku yang saya miliki.

    Saat pertama kali memiliki penghasilan sendiri, setiap bulannya saya selalu menyisihkan uang untuk membeli buku. Didukung pula tempat saya bekerja selalu dekat toko buku. Akhirnya, buku-buku yang saya miliki makin lama makin banyak dan belum tentu semuanya itu bisa terbaca dalam waktu 1 bulan.

    Rak-rak kayu tempat menyimpan buku itu membuat kamar tidur saya terkesan penuh. Bagi sebagian orang (terutama yang tidak suka membaca), kamar saya terlihat sangat membosankan karena mengingatkan pada perpustakaan. Di tempat tinggal yang masih nebeng orang tua ini, kamar tidur saya memang berfungsi juga sebagai perpustakaan, ruang berkarya dan….gudang.

    Suatu kali saat nongkrong di mall waktu liburan nyepi yang tidak sepi, tanpa disengaja kami mampir ke sebuah tempat yang menjual makanan dan minuman kecil. Dengan tujuan utama untuk mengistirahatkan kaki, menu dan interior kedai bukanlah menjadi prioritas bagi kami. Interior baru menarik perhatian ketika kami selesai menyampaikan order. Orderan yang sebenarnya hanya kami duga-duga rasanya.

     Tak disangka, ternyata interior kedai itu menggunakan kertas dinding bergambar buku-buku yang berjajar di rak. Entah kesan apa yang mau ditampilkan oleh pengelolanya. Yang jelas, kalau maksudnya perpustakaan, pasti akan ditentang para penjaga perpustakaan di seluruh dunia. Mana ada perpustakaan yang mengijinkan pengunjungnya makan minum sambil ngobrol cekakak-cekikik seperti yang kami lakukan. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini