Bertahun-tahun
yang lalu, saat adik bungsu saya yang bertubuh bongsor itu masih berbentuk anak
kecil yang lucu, kakaknya yang baik hati selalu dimintanya untuk bercerita.
Dengan keterbatasan buku cerita
di saat itu (maklum deh, hidupnya di kampung), cerita baru harus dibuat segera
dengan inspirasi dari buku yang itu-itu saja.
Improvisasi
harus dilakukan setiap hari, terutama saat malam menjelang tidur. Kalau
ceritanya itu-itu saja, si adik yang cengeng akan memulai nada nyenyenya. Salah
satu cerita yang membuat si adik cengeng tertarik adalah cerita dengan
menggunakan bayangan.
Beberapa
orang yang lebih besar, mengajarkan saya membuat bayangan kancil, ular, dan
makhluk bersayap. Makhluk ini kadang-kadang bisa jadi burung, atau kupu-kupu.
Terserah kakak yang jadi tukang cerita. Bermain dengan bayangan ini membuat
adik yang cengeng itu terdiam memperhatikan.
Bertahun-tahun
kemudian, saat kami sama-sama menjadi perempuan dewasa, kami memainkanlagi
permainan bayangan ini. Kali ini sang adik sudah tidak bisa lagi dikibuli
dengan aneka cerita karangan kakaknya. {ST}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar