Bus
Transjakarta telah beberapa tahun ini menjadi bagian dari Kota Jakarta. Alat
transportasi murah dan mencapai banyak wilayah ini telah menjadi pilihan bagi
banyak warga Jakarta. Kehadirannya dengan harga murah dan fasilitasnya menjadi
saingan berat bagi moda transportasi lain di jalur yang dilewatinya.
Peminat
yang menggunakan jasa bus ini, ternyata lebih banyak dari kapasitas yang bisa
ditampung armadanya. Bus-bus yang mendapatkan jalur khusus di sebelah kanan
jalan itu sering terlihat sangat penuh. Penumpang berhimpitan di dalam bus yang
dirancang sebagian penumpangnya berdiri itu.
Kondisi
penuh orang dan berhimpitan berpotensi memancing niat buruk orang-orang yang
tidak bertanggung jawab. Entah dalam bentuk pencopetan, kekerasan atau
pelecehan. Berita tentang kejadian tidak menyenangkan ini ada hampir di setiap
media beberapa waktu yang lalu. Pengelola bus transjakarta pun akhirnya
mengeluarkan kebijakan untuk menguranginya. Kebijakan untuk memisahkan
penumpang wanita dari penumpang pria.
Dalam
peraturan baru ini, jalur antri wanita dan pria dibedakan. Wanita diarahkan
untuk menuju area depan bus, pria diarahkan untuk menuju area bagian belakang
bus. Sosialiasi kebijakan ini, selain dengan petunjuk arah, juga dengan poster
berwarna pink, warna yang identik dengan wanita.
Kebijakan
baru yang mengubah kebiasaan lama, pastinya mengundang pro dan kontra. Dalam
kasus yang ini, media lebih banyak memberitakan yang kontra. Dengan mewawancara
beberapa orang penumpang dan melengkapi beritanya dengan aneka laporan
criminal, maka dianggap semua wanita pengguna busway setuju akan hal ini.
Saya
pribadi, termasuk orang yang kontra dalam pembedaan ini. Tanpa disadari,
perbedaan hak wanita dan pria direstui. Tidak semua wanita mendapatkan
pelecehan seksual saat duduk di bagian belakang, atau saat dia berdekatan
dengan pria. Problem lainnya bila sang wanita bepergian dengan seorang pria.
Pria yang bisa menjadi pelindung dan penjaga wanita tersebut, malah dijauhkan.
Selain alasan-alasan itu, saya adalah orang yang suka duduk di kursi paling
belakang. Kursi menghadap depan yang letaknya lebih tinggi dari kursi
menyamping itu adalah tempat yang tepat untuk menikmati pemandangan. {ST}
Ana memang sangat jeli mengangkat satu topik. Mata saya sering lihat warna pink itu, tetapi tidak timbul sedikitpun ide untuk menulis topik ini.
BalasHapusSalam
Om Situmeang: Ini liat posternya pas lagi nunggu sendirian di halte depan gereja om.
BalasHapus