Ana

Jumat, 24 Februari 2012

Bel Rumah Eyang


            Rumah di salah perempatan jalan di daerah Cempaka Putih itu sudah tidak lagi menjadi milik Eyang kami. Keluarga besar kami memutuskan untuk menjualnya ketika Eyang telah meninggal. Banyak kanangan yang tersimpan dari rumah ini. Salah satunya adalah kenangan akan bel rumahnya.
            Bel rumah eyang menggunakan bel bergentuk genta kecil yang ditarik. Ketika di beberapa bagian bumi, bel telah berubah wujud menjadi tombol yang dipencet, di rumah ini yang namanya bel masih berbentuk bel aslinya. Membunyikannya dengan cara menariknya sehingga akan terdengar bunyi “teng…teng..teng…” yang cukup nyaring.
            Kenangan akan bel seperti ini masih terlihat jejaknya di teras rumah kami. Keluarga kami menggunakan bentuk bel yang sama seperti dengan yang di rumah Eyang. Tidak hanya bentuknya, suaranya pun hampir sama.
            Beberapa kerabat yang kebetulan melihat saar berkunjung ke rumah, pasti spontan langsung berkata “Bel rumah Eyang”, kala melihat bel berwarna putih mengkilap itu. Sesekali bel itu dibunyikan untuk membangkitkan kenangan.
            Berbeda dengan bel rumah Eyang yang sering berbunyi bila ada tamu datang, bel di rumah kami jarang dibunyikan. Apalagi untuk tamu yang sudah kenal, biasanya lewat pintu belakang dan tidak membunyikan bel. Bel ini lebih sering terdengar bunyinya bukan karena perbuatan manusia. Kadang karena terkena angina atau oleh sesuatu yang tidak terlihat oleh mata manusia. :D {ST}

Kamis, 23 Februari 2012

Drum Saluran Puing-puing


            Dalam proses pembangunan suatu bangunan, yang diperlukan tidak hanya bahan bangunan, tapi juga beberapa alat penunjang. Bangunan bertingkat tinggi perlu sarana penunjang untuk mengangkat bahan bangunan dan juga orang sampai ke tempat tujuan. Alat ini bisa berbentuk sederhana atau yang canggih. Bentuk paling sederhana, misalnya ditarik dengan tali, menggunakan tenaga manusia. Yang lebih canggih, menggunakan tenaga listrik, seperti elevator.
            Umumnya barang-barang yang dibawa ke atas, semuanya akan digunakan untuk kepentingan pembangunan. Hanya beberapa peralatan yang kemudian hari harus dibawa turun lagi.
            Selain beberapa peralatan pembangunan, yang harus dibawa turun adalah puing-puing atau sisa pembangunan. Di mata beberapa orang, benda-benda ini terlihat seperti sampah dan batu. Dan memang, benda-benda ini tidak ada gunanya untuk bangunan tersebut.

            Memindahkan barang yang tidak lagi digunakan dan tidak mempunyai nilai ekonomis dengan menggunakan peralatan listrik, bukanlah suatu pilihan yang mudah. Maka harus dicari langkah mudah dan murah untuk memindahkannya ke bawah. Salah satu caranya adalah dengan membuat saluran. Bahan saluran dibuat dari bahan yang sudah ada, misalnya dengan drum bekas yang disambung. Tabung silinder yang disambung-sambung itu dapat menjadi penghantar yang baik bagi puing-puing yang tidak lagi digunakan. Dinding drum juga menjadi penjaga supaya barang-barang buangan itu tidak jatuh menyebar dan membahayakan orang-orang yang lewat di bawahnya. {ST}

Rabu, 22 Februari 2012

Rabu Abu : Persiapan Menuju Perayaan Paskah




Rabu Abu adalah masa permulaan Prapaskah. Hari ini dihitung 40 hari sebelum Paskah. Pada hari ini dimulailah pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk kebangkitan Kristus dan penebusan dosa. Rabu Abu juga adalah awal masa puasa / berpantang.
Angka 40 mempunyai makna persiapan rohani. Misalnya Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (Kel 34 : 28), Elia menuju Gunung Horeb tanpa makan dan minum selama 40 hari ( I Raj 19 : 8), Tuhan Yesus sendiri berpuasa selama 40 hari di padang gurun sebelum memulai pewartaan-Nya (Mat 4 : 2).

Mengapa awal puasa jatuh di hari Rabu?    


Penentuan awal masa Prapaskah pada hari Rabu karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paskah. Masa Prapaskah dijalani selama 6 minggu berturut-turut dengan tidak menghitung hari Minggu ditambah dengan 4 hari. Perhitungan itu jatuh di hari Rabu.

Abu adalah tanda pertobatan. Alkitab mengisahkannya dalam pertobatan penduduk Kota Niniwe (Yun 3 : 6). Pemberian abu di kening adalah sebagai tanda pertobatan. Pendeta membubuhkan abu pada dahi sambil berkata “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”. Kita juga diingatkan kalau kita diciptakan dari debu tanah (Lihat Kej 2 : 7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu.s
Ibadah Rabu Abu tahun ini diadakan pada hari Rabu, 22 Februari 2012, bertempat di GKI Kwitang. Ibadah akan dimulai pukul 18.30 dan akan dilayani oleh semua pendeta GKI Kwitang. Pdt. Litos S. Pane akan menjadi pengkhotbah dalam ibadah ini.


Puasa Dari Masa Ke Masa

            Puasa atau berpantang adalah suatu tradisi yang berlaku dalam semua agama dan kepercayaan, tidak hanya agama samawi. Puasa bisa berarti puasa penuh atau puasa pantangan. Puasa penuh artinya tidak makan dan minum selama periode waktu tertentu. Puasa pantangan, hanya berpantang memakan / meminum jenis tertentu atau pantang melakukan suatu hal.

Masa Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama, puasa sering dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Puasa adalah aksi nyata kesungguhan untuk permohonan kepada Allah. Alkitab mencatat puasa dilakukan oleh beberapa tokoh:
  • Daud berpuasa dengan tekun untuk anaknya yang akan dilahirkan oleh Batsyeba (2 Sam 12: 15)
  • Yosafat menyerukan kepada seluruh Yehuda untuk berpuasa (2 Taw 20 : 3)
  • Rakyat Niniwe berpuasa dalam pertobatannya (Yun 3 : 7)
  • Ester, Orang Yahudi dan dayang-dayangnya berpuasa sebelum ia menghadap raja (Ester 4 : 16) 
Tujuan berpuasa tidak hanya untuk memenuhi kehendak diri, dalam Kitab Yesaya 58 : 6, berpuasa yang dikehendaki Tuhan ialah supaya kita membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang teraniaya san mematahkan setiap kuk.

Masa Yesus dan Gereja Mula-mula

            Yesus memberikan nasehat berpuasa yang benar dalam Injil Matius 6 : 16 –18. Puasa yang dijalani Orang Yahudi saat itu tidak selalu murni untuk Tuhan. Yesus memberi nasehat untuk tidak bermuka muram seperti orang-orang munafik. Orang-orang yang mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Tetapi apabila engkau  berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat yang tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Puasa yang dilakukan dalam masa Yesus dan Gereja mula-mula:
  • Yesus berpuasa 40 hari dan 40 malam sebelum dicobai oleh iblis di padang gurun (Mat 4 : 2)
  • Saulus setelah bertemu dengan Yesus dan kemudian bertobat (Kis 9 : 9)
  • Gereja Antiokhia saat Roh Kudus memerintahkan untuk mengirim Barnabas dan Paulis (Kis 13: 2)
  • Paulus dan Barnabas saat menetapkan penatua-penatua bagi jemaat Antiokhia (Kis 14 : 23)

Masa Kini

            Puasa yang dilakukan saat ini, akan ditujukan pada perubahan sikap kita sehari-hari agar dapat secitra dengan Kristus, Tuhan kita. Puasa ini juga berdasarkan teladan yang diajarkan dalam Injil.
Model-model berpuasa:
  • Dilakukan penuh selama 1 hari dan hanya minum air putih saja (missal dari pukul –6.00 – 18.00). Jemaat dipersilakan mengatur waktu sesuai kekuatan tubuh masing-masing. Makna puasa tidak terletak pada makan dan minum namun pada niat mengendalikan diri, mendekatkan diri pada Tuhan, mau berubah seturut citra Kristus dan bela rasa.
  • Puasa dengan berpantang. Puasa ini dapat dilakukan secara penuh dalam 6 minggu menjelang Paskah. Kita dapat menentukan sendiri misalnya dengan berpantang makan daging, merokok, jajan, belanja barang yang tidak perlu, dll. Dapat pula berpantang dalam rangka memperbaiki karakter kita, misalnya dengan berpantang marah, iri, cemburu. Atau dalam masa Prapaskah ini kita menepati janji, mengubah gaya hidup menjadi lebih sederhana, lebih disiplin, dll.

Memandang Ke Bawah Dari Atas Jembatan


            Pernah melihat orang berdiam diri di atas jembatan sambil menatap ke bawah? Saya sering sekali. Tidak jarang ada pikiran buruk melintas kalau orang-orang itu adalah orang yang putus asa dan berniat mengakhiri hidup dengan menjatuhkan diri ke bawah. à pikiran seperti ini bisa muncul karena kebanyakan membaca koran dan menonton siaran berita di TV.
            Suatu kali, saya berjalan-jalan ke sebuah jembatan. Sebuah jembatan yang menjadi tongkrongan anak muda di kota tersebut. Dan sayapun mencoba melihat-lihat apa saja yang bisa dilihat. Ternyata yang bisa dilihat cukup banyak. Pemandangan lewat dengan sendirinya. Kendaraan yang lewat silih berganti, awan yang bergerak perlahan, dan matahari yang pelan-pelan terbenam. Pemandangan indah yang tak cukup diceritakan dengan kata-kata.
            Tak mengherankan bila di sebuah jembatan terlihat beberapa orang yang terdiam memandang dari atas jembatan. Pemandangan yang mereka lihat memang tidak seharusnya diganggu dengan kegiatan lainnya. Beberapa orang juga ada yang terlihat mengabadikan momen tersebut dengan kamera. Untuk orang-orang yang tidak takut ketinggian, memandang ke bawah dari pinggiran jembatan adalah suatu hiburan. {ST}

Selasa, 21 Februari 2012

Kotak Putih Pembawa Ikan



            Sebagai keluarga yang berasal dari Kalimantan, lidah kami telah terbiasa dengan cita rasa ikan Kalimantan. Ikan dari jenis yang sama terasa berbeda apabila dibiakkan di kolam. Atas dasar alasan selera, maka keluarga kami sering kali membawa ikan-ikan dari kampung halaman ke Jakarta.
            Dengan seringnya orang tua kami bepergian pulang pergi ke kampung halaman, supply ikan di rumah kami selalu ada. Bagian freezer dari kulkas rumah kami selalu berisi ikan-ikan dari Kalimantan.
            Ikan-ikan ini dibeli di pasar dalam keadaan segar. Setelah dibersihkan dan dipotong-potong, ikan-ikan ini dibekukan dalam lemari es khusus pembeku. Ikan-ikan itu juga dimasukkan dalam kantong plastik ukuran gula 1 kg, dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Mamah membeli kulkas khusus freezer, yang dari atas sampai bawah berguna untuk membekukan.
            Biasanya ikan-ikan ini sudah dibeli paling lambat sehari sebelum keberangkatan ke Jakarta. Kadang-kadang, ikan sudah dibeli jauh-jauh hari sebelumnya. Pada saat akan dibawa, ikan sudah dalam keadaan beku.
            Untuk membawanya ke Jakarta, kami menggunakan kotak putih berbahan styrofoam seperti yang sering terlihat di pasar ikan itu. Bahan ini kedap air dan mampu menahan suhu dingin di dalamnya. Untuk pengepakannya, kami bungkus dengan plastik lembaran dan kemudian ditempeli lakban sampai tidak ada rongga yang bisa teraliri air.
            Kotak putih ini dipakai berkali-kali untuk pengangkutan ikan-ikan itu. Dalam perjalanan dari Jakarta, kotak ini berbobot sangat ringan karena isinya yang kosong. Setibanya kembali ke Jakarta, kotak ini sering memerlukan bantuan porter untuk diangkut ke mobil, saking beratnya. {ST}

Senin, 20 Februari 2012

Bus Sekolah Kuning Gratis





            Di jalanan Jakarta kerap terlihat bus berwarna kuning bertulisan “Bus Sekolah”. Bus berwarna kuning bertulisan “GRATIS”.  Bus ini awalnya bertujuan untuk mengangkut anak-anak sekolah dari rumah menuju sekolahnya. Di beberapa daerah lain di bumi ini, juga ada yang menggunakan bus sekolah, yang kemudian dicoba dilakukan di Indonesia, di Jakarta khususnya.
           
Saat ini ada beberapa rute bus sekolah:
Rute 01 : Lapangan Banteng – Kemayoran – Plumpang
Rute 02 : Tanjung Priok – Pulo Gadung – Pondok Kopi
Rute 03 : Kampung Melayu – Cililitan – TMII
Rute 04 : Tendean (Mampang) – Pasar Minggu – Lentang Agung
 Ada juga rute penghubung 01 dari Pancoran ke Pasar Minggu. Rute penghubung 02 dari Cawang ke Plumpang.

Jam beroperasi:
05.00 – 06.30
11.00 – 14.00
16.00 – 18.30

Dalam pelaksanaannya, bus berwarna kuning ini tidak hanya digunakan oleh anak-anak sekolah. Penumpang yang bukan usia sekolahpun terlihat menggunakannya. Banyak orang tua, guru dan anak-anak sekolah yang belum mengetahui kalau bus ini khusus untuk mengangkut anak sekolah, dan gratis. Bus ini menjadi tidak berbeda dengan kebanyakan angkutan umum lainnya, dikenai tarif untuk ikut menumpang.
Penyimpangan penggunaan ini bisa dihindari bahkan dihilangkan bila para pengguna sudah mengetahui arah tujuan dan jam beroperasinya. Banyaknya pelajar yang menggunakan bus ini akan membuat penumpang umum memilih angkutan lain. Tentu saja hal ini juga harus didukung oleh niat baik pelaksana yang ada di lapangan. {ST}

Minggu, 19 Februari 2012

Buah Tropis di Pinggir Jalan, Gak Kalah Kok Sama Si Kinclong di Rak Pendingin



            Buah-buahan sebagai sumber gizi, sudah banyak orang yang tahu. Kemungkinan semua orang yang pernah hidup di dunia ini sudah tahu manfaat buah bagi tubuh. Indonesia yang terletak di daerah tropis ini menghasilkan aneka buah. Buah-buahan itu ada yang hanya berbuah di saat musimnya, ada pula yang berbuah sepanjang tahun.
            Dengan banyaknya pilihan yang ada saat ini, sebagian orang lebih suka memilih membeli buah di toko modern, yang bersih dan sejuk. Buah-buahan impor yang sering dijual di pasar modern, menampilkan kesan lebih bersih dan higienis. Buah-buahan impor itu pun didukung oleh perusahaan yang mapan. Perusahaan yang memiliki dana untuk kampanye menciptakan image positif bagi para pembeli buah.
            Buah-buahan yang dijual di pasar modern, memerlukan waktu tiba lebih lama sampai di rak pajangan. Waktu yang terus berjalan sering kali membuat kondisi buah tidak lagi sebaik saat dipetik. Beberapa perusahaan supplier buah menyiasatinya dengan membungkus buah-buah itu satu per satu. Ada juga yang melapisinya dengan lapisan seperti lilin – yang membuatnya tampak mengkilap dan selalu segar.
Cerita tentang buah-buahan lokal sedikit berbeda. Sebagian besar dari buah-buahan itu umumnya hanya dijual di pasar tradisional maupun di pinggir-pinggir jalan. Pasar modern dengan negosiasi pembeliannya yang rumit dan memerlukan waktu, sering tidak memfokuskan penjualannya untuk buah-buahan lokal ini. Apalagi ada resiko terjadinya supply yang tidak terpenuhi, yang membuat kekosongan pajangan.
Akhirnya, buah-buahan tropis produksi negeri sendiri ini hanya menjadi raja di pinggir jalan. Buah-buahan itu antara lain : pisang, mangga, rambutan, duku , nangka, manggis, durian, papaya, nenas, dll. Sampai saat ini, umumnya buah-buahan ini tidak dikemas dalam kemasan khusus yang membuat harga buah bertambah mahal. Kalau mau mencari buah-buahan ini, jelajahilah pasar tradisional atau pinggiran jalan. {ST}

Sabtu, 18 Februari 2012

Becak di Senen



            Di beberapa daerah di Jakarta, becak telah lama punah. Beberapa waktu yang lalu, becak memang secara resmi tidak boleh beroperasi di daerah khusus ibu kota RI ini. Becak, sebuah kata yang awalnya berasal dari be chia yang dalam Bahasa Hokkian berarti kereta kuda. Dalam perkembangannya di Indonesia kata ini menjadi sebutan untuk kendaraan beroda 3 yang dikayuh dengan tenaga manusia.
            Senen, salah satu daerah yang terletak di Jakarta Pusat, ternyata masih menyimpan sisa-sisa kendaraan yang dengan sengaja dipunahkan ini. Sesekali becak masih terlihat nyempil di keramaian kendaraan. Becak biasanya digunakan oleh orang-orang yang menuju ataupun dari Pasar Senen.
            Dibandingkan dengan ojek, kendaraan ini bisa mengangkut lebih banyak muatan. Muatan pun bisa diletakkan di lantai becak, tidak perlu membawanya dengan tangan. Tangan bisa lebih leluasa dibandingkan dengan membawa barang menggunakan kendaraan roda 2. Becak-becak ini menjadi sahabat bagi para ibu dengan belanjaan banyak dan tujuan berikutnya tidak terjangkau angkutan umum. Abang becakpun sudah pasti akan membantu memuat dan membongkar muatannya.
           Becak-becak yang ada sekarang, adalah becak-becak yang lolos dari razia pemusnahan becak. Bentuknya sekarang, tidak lagi seindah dulu. Beberapa bagian becak yang rusak, sudah tidak ada lagi onderdil penggantinya. Jadilah ada beberapa becak tambal sulam, yang penting bisa dikayuh dan berjalan. {ST}

Jumat, 17 Februari 2012

Pameran Batik Indonesia “Warisan Yang Hidup”





            Pameran Batik Indonesia “Warisan Yang Hidup” adalah kegiatan yang termasuk dalam program acara JERIN (Jerman dan Indonesia) yang berlangsung dari Oktober 2011 sampai dengan Maret 2012. Program ini telah menyelenggarakan lebih dari 60 acara di seluruh Nusantara. Acara ini akan menyoroti pertukaran interkultural antara Jerman dan Indonesia melalui seni. Di Jakarta, pameran ini diadakan di Galeri Nasional Indonesia, mulai tanggal 25 Januari 2012 sampai 19 Februari 2012.

            Pameran ini bertujuan untuk menunjukkan batik sebagai sebuah karya yang diakui secara internasional dan juga nasional. Yang disampaikan adalah sejarah batik yang kaya, proses produksi dan juga pengetahuan akan makna dari symbol dan motif yang digunakan. Konsep pameran ini juga bertujuan untuk membangun jembatan antara apresiasi batik di Indonesia dan pengaruh artistikdi Eropa, terutama di Jerman.

Batik, Sejarah Yang Hidup

            Kata batik tidak diketahui secara pasti berasal dari mana, diperkirakan kata batik berhubungan dengan kata “titik”, salah saru cara membuat motif batik. Motif di kain batik digambar dengan menggunakan lilin panas. Menggambar / melukis di kain itu dengan menggunakan canting.


            Dalam perkembangannya, batik tidak hanya dibuat dengan menggunakan canting, tapi juga dengan cap cetakan. Cap cetakan memang membuat proses pembuatan batik lebih singkat, tapi batik tulis tetap memiliki arti dan nilai jual yang lebih. Batik tulis tetap mendapatkan penghargaan lebih. Prosesnya yang perlu kemahiran dan ketelitian memberikan nilai tambah kepada batik tulis. Karena dibuat satu per satu, tidak ada 1 pun batik tulis yang sama di dunia ini walaupun motifnya sama. Setiap karya batik tulis adalah unik.



             Motif batik di suatu daerah biasanya terpengaruh oleh budaya masyarakatnya. Misalnya batik di Jawa Tengah berkaitan erat dengan tradisi kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Batik Pekalongan dengan rangkaian bunga kulet. Batik Cirebon dengan motif mega mendung. Batik Madura dengan motif pucuk tombak, bunga-bungaan dan hewan. Batik Dayak dengan motif Batang Garing (pohon kehidupan).


            Di daerah-daerah lain, batik berkembang dengan motif baru yang mengikuti jamannya. Beberapa desainer batik, yang dipelopori oleh Iwan Tirta, mulai bermunculan. Batik juga mulai merambah ranah busana di kota besar. Bahkan ada beberapa instansi yang menghimbau bahkan mewajibkan pegawainya untuk mengenakan pakaian batik pada hari tertentu.


Pameran Batik Yang Kalah Ramai Dibanding Halte
            Galeri Nasional Indonesia, yang menjadi lokasi pameran ini terletak tak jauh dari Monumen Nasional. Galeri yang terletak di Jalan Merdeka Timur ini mudah dicapai dengan aneka kendaraan. Letaknya tak jauh dari Stasiun Gambir dan halte Transjakarta. Untuk yang menggunakan kendaraan pribadipun, bisa mencapai lokasi ini dengan mudah, didukung pula dengan tempat parkir yang luas.

            Memasuki ruangan pameran yang sejuk, kita langsung disambut oleh petugas yang meminta kita mengisi buku tamu. Tidak dipungut bayaran untuk menikmati koleksi yang dipamerkan dalam pameran ini. Tak jauh dari pintu masuk, beberapa kain batik aneka motif terpampang. Di samping kain-kain itu ada penjelasan tentang kain-kain tersebut.

            Ruang berikutnya berisi cerita tanpa suara tentang batik. Cerita batik dari masa ke masa terpampang di dinding dengan ulasan dan gambar yang mudah dimengerti. Cerita itu berlanjut dengan beberapa motif batik, penjelasan, perlengkapan membatik dan foto-foto yang menambah kaya cerita itu.

            Di ruangan lain, terlihat batik / kain lukis dengan pengaruh budaya Eropa. Batik yang ditampilkan sangat berbeda motifnya dengan batik negeri kita yang penuh simbol. Gambar-gambar simetris yang sederhana menjadi bagian dominan dari beberapa kain.

            Tak jauh dari lokasi pameran, orang-orang banyak berkumpul di sebuah halte. Halte ini mencapai ketenaran puncaknya di bulan pertama tahun 2012 saat seorang pengendara mobil menyeruduk beberapa orang yang ada di halte ini. Daya tarik halte ini untuk beberapa orang lebih menarik ketimbang pameran batik. Apakah menunggu batik diklaim oleh Negara tetangga dulu baru kita mau peduli pada batik? {ST}

Rabu, 08 Februari 2012

Kendi


               Kendi adalah wadah air dari tanah liat yang umum digunakan di beberapa bagian dunia, juga di Indonesia. Air yang ditempatkan di kendi akan terasa adem menyegarkan. Sangat cocok untuk memuaskan dahaga. Pada saat alat pendingin elektronik belum ditemukan, kendi menjadi andalan untuk mendapatkan kesegaran minuman.
              Bentuk dasar kendi umumnya mirip, agak menggembung dengan corong untuk menuang airnya. Air yang dimasukkan melalui lubang di sebelah atasnya. Dengan bahan dasar yang sama, kendi bisa dibuat bermacam bentuk. Ada yang sederhana dan sangat terlihat bentuknya yang dari gerabah bakar. Ada juga yang dikerjakan dengan penuh sentuhan seni dengan banyak ukiran. Bentuk dan hiasan kendi juga tergantung pada daerahnya, yang mencerminkan kebudayaan di sekitarnya.
               Di beberapa daerah di Pulau Jawa, kendi juga disebut glogok. Kemungkinan berasal dari bunyi yang dikeluarkan saat menuangkan air dari dalam kendi. Air dari dalam kendi bisa langsung dituangkan ke mulut tanpa harus menyentuh corongnya.
               Kendi juga kerap digunakan dalam acara-acara adapt dan peresmian / peneguhan. Kendi yang dipecahkan sebagai simbol menjalani hidup baru dalam pernikahan. Kendi berisi air juga dipecahkan dalam peresmian bangunan baru – yang di negeri para bule setara dengan memecahkan botol sampanye.
              Saat ini, penggunaan kendi dalam kehidupan sehari-hari sudah jarang ditemukan. Alat-alat pendingin dengan mudah didapatkan. Bahkan hampir di setiap warung, hampir selalu ditemukan alat pendingin, sebuah box yang bisa menahan temperatur, diisi es batu di dalamnya. Alat pendingin elektronik pun tidak susah ditemukan. Beberapa pemasok bahkan menyediakan alat pendingin khusus untuk produk yang dijualnya.
               Sebuah restoran yang menyediakan masakan Jawa Timur tetap mempertahankan penggunaan kendi untuk menyajikan air putih ke pelanggannya. Hal ini menjadi nostalgia tersendiri bagi bebeapa orang yang di masa silamnya pernah menggunakan kendi untuk perlengkapan minumnya.
               Kendi tidak hanya menjadi bagian nostalgi masa silam, saat ini masih ada beberapa tempat yag menjual kendi. Di salah satu area di Pasar Senen, Jakarta, ada beberapa toko yang menjual perlengkapan dari tanah liat. Tentu saja termasuk kendi dan teman-temannya. Mau coba minum pakai kendi? Segar lhooo….Dan hemat listrik. {ST}

Selasa, 07 Februari 2012

Kelakai


              Kelakai adalah salah satu jenis tumbuhan paku-pakuan yang tumbuh di tanah gambut. Di Kalimantan, yang sebagian besar lahannya bertanah gambut, kelakai tumbuh dengan bebasnya tanpa ada yang menanam
            Tumbuhan ini, oleh masyarakat setempat dijadikan sebagai bahan makanan. Kandungan gizi di dalamnya dikenal baik bagi kesehatan. Bahkan untuk kelakai yang berwarna kemerahan, disarankan untuk dikonsumsi oleh ibu-ibu menyusui. Konon kabarnya, khasiatnya sama seperti daun katuk, bisa memperbanyak produksi susu ibu.



  
           Cara memasak kelakai, cukup mudah, bisa dengan dibuat juhu (sayur berkuah) atau ditumis. Yang dimasak adalah pucuk-pucuk daunnya saja. Rasanya, tidak bisa dibandingkan dengan sayur lainnya. Yang pasti, bagi saya, kelakai adalah sayur terenak di dunia.
          Di Palangkaraya, ada beberapa tempat yang menjual makanan ini. Antara lain di rumah makan Samba dan Palangka. Silahkan dicoba bila datang berkunjung.{ST}

Rabu, 01 Februari 2012

Katanya Sih….Penumpang Utama!


            Bus Transjakarta telah beberapa tahun ini menjadi bagian dari Kota Jakarta. Alat transportasi murah dan mencapai banyak wilayah ini telah menjadi pilihan bagi banyak warga Jakarta. Kehadirannya dengan harga murah dan fasilitasnya menjadi saingan berat bagi moda transportasi lain di jalur yang dilewatinya.
            Peminat yang menggunakan jasa bus ini, ternyata lebih banyak dari kapasitas yang bisa ditampung armadanya. Bus-bus yang mendapatkan jalur khusus di sebelah kanan jalan itu sering terlihat sangat penuh. Penumpang berhimpitan di dalam bus yang dirancang sebagian penumpangnya berdiri itu.
            Kondisi penuh orang dan berhimpitan berpotensi memancing niat buruk orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Entah dalam bentuk pencopetan, kekerasan atau pelecehan. Berita tentang kejadian tidak menyenangkan ini ada hampir di setiap media beberapa waktu yang lalu. Pengelola bus transjakarta pun akhirnya mengeluarkan kebijakan untuk menguranginya. Kebijakan untuk memisahkan penumpang wanita dari penumpang pria.

            Dalam peraturan baru ini, jalur antri wanita dan pria dibedakan. Wanita diarahkan untuk menuju area depan bus, pria diarahkan untuk menuju area bagian belakang bus. Sosialiasi kebijakan ini, selain dengan petunjuk arah, juga dengan poster berwarna pink, warna yang identik dengan wanita.
            Kebijakan baru yang mengubah kebiasaan lama, pastinya mengundang pro dan kontra. Dalam kasus yang ini, media lebih banyak memberitakan yang kontra. Dengan mewawancara beberapa orang penumpang dan melengkapi beritanya dengan aneka laporan criminal, maka dianggap semua wanita pengguna busway setuju akan hal ini.
            Saya pribadi, termasuk orang yang kontra dalam pembedaan ini. Tanpa disadari, perbedaan hak wanita dan pria direstui. Tidak semua wanita mendapatkan pelecehan seksual saat duduk di bagian belakang, atau saat dia berdekatan dengan pria. Problem lainnya bila sang wanita bepergian dengan seorang pria. Pria yang bisa menjadi pelindung dan penjaga wanita tersebut, malah dijauhkan. Selain alasan-alasan itu, saya adalah orang yang suka duduk di kursi paling belakang. Kursi menghadap depan yang letaknya lebih tinggi dari kursi menyamping itu adalah tempat yang tepat untuk menikmati pemandangan. {ST} 

Popular Posts

Isi blog ini