Ana

Sabtu, 31 Desember 2011

Penjual Padi Yang Galak (Gak Punya Barang Pula)


            Dalam acara malam natal kali ini, panitia menampilkan monolog Rut, pemilik penginapan yang memberikan kandang kepada pasangan Maria – Yusuf, Maria ibu yang baru melahirkan dan seorang gembala kecil. Dalam penampilan mereka, juga dilengkapi dengan perlengkapan untuk mendukung penampilan.
            Kami, para PIC malam natal sudah merencanakan dan menyediakan kostum untuk para perempuan beserta aneka perlengkapannya. Baju kebaya, kerudung, bakul dan boneka bayi akhirnya tersedia. Yang kurang diperhatikan adalah kostum prianya yang cuma 1 itu, si gemabala kecil. Beberapa jam sebelum kebaktian malam natal, kami masih belum mengingat juga tentang kostum si gembala ini.
            Selagi dalam perjalanan ke pasar untuk membeli padi (yang ceritanya gandum si Rut), akhirnya aku teringat juga tentang perlengkapan yang 1 ini dan menanyakan via bbm ke partnerku, Stevy. Dan ternyata dia juga tidak ingat.
            Selanjutnya, perhatian saya sedikit teralih karena bercakap-cakap dengan bapak penjual makanan burung. Akhirnya saya menuju Pasar Pramuka, tempat aneka unggas dijual. Sehari sebelumnya, saya menjelajah Pasar Senen dan Pasar Cempaka Putih demi mencari si padi bertangkai itu.
            “Bang, padi yang ada tangkainya ada?” Saya bertanya pada seorang bapak yang sedang menyusun aneka makanan burung dalam kemasan.
            “Kalo di sini gak ada neng. Bisa tunggu sebentar? Saya ambil dulu ke belakang.” Bapak itu menawarkan.
            “Berapa duit bang harganya?” Saya bertanya memastikan sekalian nego di depan.
            “Yang besar 40 ribu, yang kecil 25 ribu.” Kata si abang lagi.
            “Mahal amat?” Saya menimpali dengan sok tahu. Padahal sih gak tau harga.
            “Yang besar 25, yang kecil 15.” Sayapun membuka penawaran.
            “Neng mau ambil yang besar apa yang kecil?”
            “Liat dulu deh barangnya.”
            Akhirnya abang itu menghilang sejenak. Sebelumnya dia menyediakan sebuah kotak untuk diduduki.
            Tak lama kemudian, seorang bapak yang lebih tua datang mendekat.
            “Cari apa neng?” Bapak itu bertanya.
            “Sudah diambilin kok barangnya.” Saya yang lagi sibuk membalas bbm Stevy menjawab dengan hanya melihat sekilas.
            “Saya kan tanya neng cari apa? Ini kan toko saya. Yang tadi itu juga anak saya.” Bapak itu tiba-tiba terdengar marah dan bertolak pinggang.
            “Pak, saya tidak wajib lho menjawab semua orang yang nanya. Dari tadi juga banyak banget yang nanya ‘cari apa neng?’ Kalo memang ini toko bapak, dan yang tadi anak bapak, kan artinya saya niat mau beli di sini.” Saya menjawab dengan berdiri biar sama tinggi.
            “Gak ada neng barangnya.” Si abang tadi datang mendekati kami.
            “Cari apa sih dia?” Si bapak galak menginterogasi anaknya.
            “Padi yang pake tangkai.” Si anak menjawab. “Si belakang gak ada barangnya.” Lanjutnya lagi.
            “Terima kasih. Kalo gitu saya cari di tempat lain aja.” Saya pamit permisi keluar dari toko si bapak galak.
            “Sudah dibilangin gak ada, masih mau nyari.” Si bapak galak menggerutu sambil mengambil kotak yang tadi disediakan anaknya untuk saya duduki.
            “Biarin aja neng. Coba cari di dalam pasar sana tuh. Gak usah dipikirin si bapak” Si abang menunjuk ke sebuah gedung di bagian belakang Pasar Pramuka.
            Sayapun segera berlalu sambil menjawab sang rekan yang ternyata nge-PING di BB, masih dengan topic kostum gembala kecil.
            Ternyata bagian pasar yang ditunjuk si abang itu memang khusus menjual unggas peliharaan dengan aneka perlengkapannya, termasuk juga makanan burung. Padi bertangkai yang dicari cukup susah ditemukan. Akhirnya di sebuah pojokan yang menjual biji-bijian, ditemukanlah aneka biji bertangkai.
            “Mbah, mau beli padi yang ada tangkainya.” Saya menanyakan ke mbah-mbah berkebaya yang sedang terduduk ngantuk.
            “Yang putih atau yang hitam?” Si mbah nanya balik.
            Karena kemarennya baru membeli babat warna putih yang harganya lebih mahal disbanding babat warna hitam, maka sayapun menjawab…
            “Yang hitam mbah…” Jawaban sooty yang berasumsi kalau yang hitam harganya lebih murah. Yang artinya dengan uang yang dibawa bakal dapat lebih banyak.
            “Lha kan gak malam jumat.” Si mbah berkata pelan dan bergerak pelan juga mengambil seikat padi
            “Hmmmm….kenapa malam jumat mbah?” Saya bertanya bingung. Berhubung hanya kebagian punggung si mbah, maka saya bertanya pada orang lain yang dekat situ.
            “Yang hitam biasanya untuk ritual.” Si bapak di sebelah akhirnya menjawab.
            “Mbah, yang putih ajaaaaa…..” Saya nyaris histeris sambil mencolek si mbah.
            “Yang putih 10 ribu.” Kata si mbah lagi.
            “Iya yang putih aja. Saya beli 3 ikat. Ada?”
            “Cuma 1.” Kata si mbah masih dengan pelan.
            Sayapun membeli seikat padi itu tanpa acara nawar-nawar lagi. {ST}

Topeng Monyet di Pinggir Jalan



            Di pinggiran beberapa jalan besar di Jakarta, seperti di sekitar Cempaka Putih dan Lebak Bulus, sering terlihat beberapa rombongan topeng monyet yang mangkal. Rombongan ini sering kali hanya terdiri dari seorang laki-laki dan seekor monyet. Kadang-kadang ada orang lain yang menjadi pemain musiknya.
            Beberapa tahun lalu, rombongan seperti ini berkeliling ke pemukiman warga dan mencari perhatian dengan bunyi-bunyian. Anak-anak yang tertarik dengan bunyi-bunyian gaduh akan berkumpul mengerubungi sumber kegaduhan. Saat inilah si monyet yang sudah dilatih itu mulai beraksi.
            Monyet yang sudah dilatih itu seakan paham apa yng dikatakan pawangnya. Si monyet berdandan, bertopi, naik sepeda, pakai paying, pergi ke pasar bawa keranjang, dan tentu saja pakai topeng. Tingkah polahnya menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat yang melihat.
            Saat ini, saat pemukiman menjadi makin cuek dan tidak ada lagi budaya berkumpul bersama, topeng monyet juga makin terpinggirkan. Semenarik apapun pertunjukan yang disajikan, tidak juga membuat orang keluar untuk menontonnya di luar pagar. Apalagi ditambah dengan situasi kemanan sekarang ini.
            Itu pula tampaknya yang membuat pengusaha topeng monyet harus mencari cara lain untuk bertahan hidup. Mereka mangkal di tempat yang terlihat, seperti di jalan-jalan besar itu. Variasi pertunjukan pun tidak banyak lagi, hanya sebatas monyet menari atau bersepeda. Suara musik gaduh yang dulunya ditabuh, sekarang berganti dengan musik rekaman. {ST}

Jumat, 30 Desember 2011

Talenan Batang Kayu



            Talenan alias dasar untuk mengiris atau memotong dengan pisau, pasti banyak menjadi bagian dari sebuah dapur dimana-mana. Benda ini ada di berbagai belahan dunia sebagai alat bantu mengiris. Dengan talenan dan pisau tajam, kegiatan iris mengiris dapat dilakukan dengan waktu yang cepat.
            Saat ini talenan yang beredar di pasaran terbuat dari plastik ataupun kayu yang dibuat berkaki. Talenan bentuknya juga bermacam-macam, selain dibeli karena gunanya, juga karena bentuknya yang dapat mempercantik wajah dapur.
            Di Kalimantan, tempat bertumbuhkan aneka pohon kayu besar-besar, talenan terbuat dari batang kayu yang dipotong. Talenan tidak dibuat berkaki atau kotak simetris, tapi digunakan dengan bentuk aslinya. Yang penting dapat digunakan. Sisi datar dari kayu yang dipotong itulah yang menjadi dasar untuk mengiris dan memotong.
            Salah satu tips membersihkan talenan batang kayu yang didapat dari sebuah pasar, adalah dengan menggunakan garam dapur. Garam dapur ditaburkan di atas talenan dan didiamkan selama semalam. Keesokan harinya, lapisan garam dibersihkan. Maka lemak dan sisa-sisa kotoran dari daging dan ikan akan lebih mudah terangkat. {ST}

Kamis, 29 Desember 2011

Gerbong di Stasiun Paling Ujung



            Stasiun Jakarta Kota atau yang dikenal juga dengan Stasiun Beos, adalah sebuah stasiun kereta api tua yang sudah berdiri sejak jaman Belanda. Stasiun buah karya rancangan arsitek Belanda kelahiran Tulungagung ini secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Frans Johan Lowrens Ghijels bersama biro arsiteknya Algemeen Ingeneiur Architectenbureau (AIA) juga merancang gednung Departemen Perhubungan Laut di Jalan Merdeka Timur, RS Pelni di Petamburan dan RS Panti Rapih di Yogyakarta.

            Stasiun ini adalah salah 1 yang bertipe terminus (perjalanan akhir), yang tidak memiliki kelanjutan jalur lagi. Kereta yang datang akan kembali melalui rel yang baru saja dilewatinya.
            Karena itu pula maka stasiun ini sering dijadikan tempat parker sementara untuk gerbong-gerbong yang tidak diperlukan atau rusak. Dari hari ke hari ada beberapa gerbong yang seakan menjadi penghuni tetap stasiun ini. {ST}

Rabu, 28 Desember 2011

RIP Pipit Kuning


            Pada suatu hari yang cerah, seorang ibu pulang ke rumahnya dan membawa sebuah bungkusan dari kertas bekas. Bungkusan itu nampak seperti bungkusan yang sering digunakan untuk gorengan. Tapi ada yang berbeda dari bungkusan yang 1 ini. Bungkusan itu bergerak-gerak seakan ada makhluk hidup di dalamnya. Ternyata benar, memang ada makhluk hidup di dalam kantong itu. Ada 5 ekor burung pipit di dalamnya.
            Kelima ekor burung pipit dalam bungkusan itu segera dipindahkan ke dalam sangkar yang memang sudah ada di rumah ibu itu. Sangkar yang telah lama kosong karena ditinggal mati penghuni terakhirnya.
            Ibu itu berharap, kelima burung pipit itu akan menambah meriah taman yang sering didatangi burung-burung liar itu. Suara cuit burung di tengah kota Jakarta yang makin penuh sesak ini memang menjadi hiburan tersendiri. Ibu itu juga berharap, kicauan burung itu akan memanggil burung-burung liar lainnya untuk datang dan menyani di tamannya.
            Kelima pipit dari dalam bungkusan itu segera memulai hidup barunya di dalam sangkar. Kelima ekor pipit sebesar jempol itu tidak lagi berpenampilan alami. Penjualnya yang kreatif mewarnai mereka dengan warna hijau, pink dan kuning. Warna-warni menarik yang juga menjadi dasar pembelian
            Beberapa jam berlalu, pipit-pipit itu belum pula berkicau riang seperti yang diharapkan. Anak ibu yang membeli pipit itupun penasaran, apakah gerangan yang terjadi pada penghuni baru rumahnya itu.
            “Lho? Kok cuma ada 3 ya? Bukannya mamah tadi katanya beli 5?” Anak itu berkata sambil mengamati penjuru sangkar.
            Burung-burung pipit dengan harga Rp. 1000 per ekor itu memang dibeli 5 ekor, supaya uang yang dibayarkan genap Rp. 5000,-.
            Ketiga burung yang tersisa itu nangkring di tempat yang berbeda-beda. Dua ekor yang berwarna hijau berdampingan di batang kecil yang memang dipasang untuk bertengger. Seekor yang berwarna kuning bertengger miring di pagar sangkar. Dua ekor lainnya, yang berwarna pink, sudah raib entah kemana. Rupanya tubuh mereka yang kecil itu bisa nyempil di antara jeruji sangkar yang akhirnya membawa mereka terbang ke dunia lepas.
            Dengan kecewa ibu pembeli 5 burung pipit itu menghamburkan sedikit makanan burung di lantai taman, dengan harapan akan ada burung-burung lain yang akan datang dan membuat meriah tamannya.
            Sore harinya, beberapa jam kemudian, pipit-pipit itu masih belum mengeluarkan kicauannya. Pengecekan kandang kembali dilakukan, dan ternyata pipit di dalam kandang itu hanya tersisa 1 ekor, yang berwarna kuning. Kedua pipit hijau yang sebelumnya menjadi temannya, telah raib entah kemana. Pipit kuning yang bertubuh paling besar ini tertinggal sendirian di dalam sangkar.
            Pipit kuning itu makin lama makin diam sampai akhirnya ditemukan tidak bernyawa beberapa hari kemudian. Taman yang awalnya diharapkan akan dimeriahkan oleh burung-burung pipit dalam sangkar itu tidak kesampaian. Taman itu akhirnya dimeriahkan oleh burung-burung liar yang kadang-kadang datang berkunjung. {ST} 

Selasa, 27 Desember 2011

Ilalang Tumbuhan Perintis


            Ilalang atau yang kadang disebut juga dengan alang-alang sering terlihat dimana saja, terutama di lahan yang tidak terpelihara. Untuk tanah yang dipelihara, ilalang sering disebut tanaman pengganggu, dan memang sengaja dibuang. Hampir tidak ada orang yang dengan sengaja menanam tumbuhan jenis ini.
            Ilalang tersebar luas di Indonesia dan daerah Asia lainnya. Keberadaannya di bumi ini mengundang pertanyaan tentang kegunaannya selain mengganggu tanaman yang memang sengaja ditanam. Ternyata akar ilalang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Di beberapa tempat, daunnya digunakan pula sebagai atap.
            Rumput berdaun tajam ini sangat mudah menyebar. Bijinya yang ringan dengan cepat diterbangkan angin dan tumbuh di tempat ia terjatuh. Tak heran, bila ada rumah yang ditinggalkan kosong, akan segera ditumbuhi ilalang. Setelah ilalang tumbuh, maka tumbuhan lainpun akan menyusul. Ilalang si tumbuhan perintis memang merintis jalan bagi tumbuhan lainnya. {ST}

Senin, 26 Desember 2011

Rompi Hijau dan Lampu Hijau



            Di berbagai belahan bumi ini, lampu lalu lintas berwarna hijau berarti kendaraan boleh terus berjalan. Sebuah kesepakatan internasional yang membuat dunia makin tertib. Pengguna jalan umum pun mematuhinya dengan senang hati. Lain halnya dengan kedua lampu berwarna yang selalu menemani si hijau. Lampu merah pertanda berhenti dan lampu kuning pertanda hati-hati. Kedua yang lampu ini sering dengan sengaja disalahartikan, atau pura-pura tidak terlihat, sehingga banyak yang menganggapnya jalan terus.
            Dipaksa untuk berhenti pada saat lampu lalu lintas berwarna hijau membuat kebanyakan orang tidak senang. Kemacetan di perempatan yang lampunya menyala hijau sering kali memicu bunyi hangar bingar klakson kendaraan. Bebunyian penyalur rasa frustasi yang sebenarnya tidak membuat dunia lebih baik.
            Keadaan jalan yang macet penuh kendaraan dan tidak menyisakan tempat untuk bergerak bisa jadi sudah menjadi hal yang dimaklumi oleh sebagian penduduk Jakarta, kota metropolitan yang makin hari makin padat ini. Lain halnya di saat keadaan telah teratur dan pengemudi kendaraan diminta tetap berhenti di saat lampu lalu lintas hijau. Dan, yang menghentikan kendaraan adalah seorang berompi hijau, orang yang seharusnya paling mengerti tentang lalu lintas. Ditambah pula, tak lama kemudian ada sepeda motor besar bersirene diikuti oleh mobil-mobil hitam. {ST}

Sabtu, 24 Desember 2011

Baju Ungu dan “Petunjuk Cara Berpakaian Yang Benar” di Minggu Adven



            Dalam ritual ibadah agama Kristen, simbol dan warna juga ikut menjadi bagiannya. Dalam 4 minggu penantian sebelum natal yang biasa disebut minggu adven. Simbol dan warna itu berupa lilin dengan warna tertentu. Lilin ungu dinyalakan pada minggu adven I – III. Minggu IV lilinnya berwarna pink.
            Warna-warna ini bahkan secara resmi dihimbau untuk digunakan dalam kebaktian. Tentu saja sebagai panitia saya berusaha memenuhi himbauan ini. Maka dimulailah membongkar lemari mencari baju ungu. Ternyata, saya tidak punya banyak baju ungu. Beberapa yang ada di lemari juga sudah tak muat lagi bagian perutnya. Pada minggu adven yang ketiga akhirnya si ungu hanya terwakili oleh sebuah selendang.
            Warna pink di minggu adven ke-4 relatif lebih mudah. Di lemari, saya punya beberapa koleksi baju pink. Kalaupun tidak ada, bisa pinjam ke lemari adik yang memang didominasi warna pink, seperti dinding kamarnya. Akhirnya saya mengenakan pakaian koleksi saya sendiri, sebuah atasan pink, rok hitam dan sepasang anting batu berwarna pink yang saya buat sendiri (dan baru belakangan saya sadar kalau ada bagian yang terlepas di salah 1 anting itu).
            Minggu adven ke-4 ini bertepatan dengan babtis bayi. Saat itu sayalah yang bertugas untuk membagikan surat babtis bertuliskan nama-nama bayi dan orang tuanya itu. Proses ini berjalan lancer (menurut saya). Tapi tampaknya masih ada yang salah menurut orang lain yang menuliskannya pada secarik kertas tanpa nama. Tulisan itu berisi “petunjuk cara berpakaian yang benar” dari seorang yang misterius. {ST}

Jumat, 23 Desember 2011

Harinya Makan Eskrim



            Sejak ditinggalkan oleh ketua panitia yang lebih dulu berangkat ke rumah Bapa, rapat panitia natal selalu dipimpin oleh wakil ketua, yang bersedia mengambil tanggung jawab ketua. Pak Frankie lah yang mengambil alih semuanya.
            Dalam setiap rapat yang dipimpin oleh Pak Frankie, selalu ada hidangan tambahan yang menggiurkan, yaitu es krim Walls. Entah ada hubungan apa antara Pak Frankie dengan merk es krim yang 1 ini (belum sempat nanya, karena kok kayaknya gak penting dan gak urgent).
            Hari rapat kami di hari Senin (awalnya di hari Selasa), selalu menjadi hari makan es krim. Sebagai seorang penggemar es krim, ini adalah hiburan tersendiri, gratis pula. Terima kasih Pak Frankie buat semua es krimnya….{ST}

Pohon Natal di Depan Gereja



            Tahun ini, panitia Advent, Natal dan Tahun Baru GKI Kwitang mau membuat terobosan baru. Dari tahun ke tahun, GKI Kwitang memang selalu membuat terobosan baru. Biasanya terobosan itu dalam bentuk pohon natal yang luar biasa, yang memang berbeda dengan pohon natal biasa.
Tahun ini, panitia berniat membuat natal tanpa pohon natal. Sebuah terobosan juga. Terobosan yang mengundang kontroversi bahkan dari orang dalam. Pohon natal atau pohon terang yang memancarkan sinar terang kelap-kelip dan penuh hiasan itu seakan sudah menjadi tradisi. Natal rasanya tidak lengkap tanpa kehadiran sang pohon, yang biasanya berbentuk kerucut bersudut lancip.

Pohon natal yang sudah menjadi tradisi itu tidak bisa dihilangkan begitu saja. Akhirnya pohon natal tetap ada, di luar gereja. Pohon natal ini berubah wujud 2 kali. Awalnya sebuah pohon tinggi langsing berbahan dominan plastik tinggi menjulang di samping gereja. Pohon yang menurut beberapa orang berbentuk mirip (maaf) kondom ini segera digantikan oleh pohon berwarna hijau tak lama setelah batangnya goyah dan bersandar pada dinding luar gereja.
Pohon yang baru, berwujud mirip dengan aneka pohon natal lainnya, dengan hiasan meriah dan lampu kelap-kelip. Kemeriahan yang makin terlihat ketika malam tiba, saat sekeliling pohon menjadi gelap.
Saya pribadi lebih suka dengan pohon yang benar-benar pohon. Pohon dengan daun-daun hijau yang menghasilkan O2, oksigen yang menjadi napas kehidupan banyak makhluk. Itulah keajaiban yang sebenarnya. Kali ini, pohon-pohon beneran yang memang setiap hari ada di depan gereja itu juga kebagian dapat hiasan. Senang sekali melihatnya. {ST}

Jadi Panitia Natal



            Tahun ini, tahun 2011, saya dipilih menjadi bagian dari panitia natal di gereja, sebagai seksi acara. Ketua panitia (yang sekarang sudah almarhum), Om Joris yang memintanya. Awalnya memang sempat menolak karena kegiatan lain di gereja yang memerlukan waktu dan perhatian. Jadilah saya berusaha “menjerumuskan” orang lain dalam panitia.
Om Joris meyakinkan saya kalau timnya banyak dan kompak. Dia akan konfirmasi 1 per 1 tiap orang. Sebisanya nama-nama yang ada di panitia tapi tidak pernah ikut bekerja dikurangi bahkan dihilangkan. Jadi gak perlu kuatir bakal kerja pontang-panting. Apalagi dia menjanjikan akan selalu mendampingi seksi acara. Maka jadilah saya menyetujui menjadi bagian dari panitia.
Ternyata benar juga kata Om Joris, panitianya gak cuma sekedar nama. Hampir semuanya giat bekerja. Dengan kemampuan dan keterbatasan masing-masing orang, panitia ini cukup kompak dan menyenangkan menjadi bagiannya. {ST}

Kamis, 22 Desember 2011

Hari Ibu


            Hari ini, 22 Desember 2011, di seluruh Indonesia merayakan hari ibu. Hampir semua update di facebook, twitter, bbm, semuanya tentang ibu, mom, mother, simbok, emak, inang, umay. Pokoknya tentang ibu mereka deh….
            Sama halnya dengan foto-foto. Banyak yang memajang foto ibunya, entah foto berdua atau juga ibunya doank. Saya juga sih….Saya memajang foto mamah, pas lagi bayi, masih dalam kereta bayi.
            Ada juga komentar-komentar lucu yang mengaitkan dengan demam mama minta pulsa yang semoga sudah berlalu. Mamanya lagi susah, di kantor polisi pula, gak dikasih pulsa.
            Anyway busway, namanya mengenang para ibu itu gak harus di hari ibu. Selagi kita masih hidup, kita masih punya kesempatan untuk menghargai ibu kita. {ST}

Rabu, 14 Desember 2011

Bakso Daging Kerbau



           Kerbau adalah salah 1 hewan untuk mendukung pelaksanaan acara Tiwah di Tumbang Liting, awal Bulan November 2011 yang lalu. Dalam acara ini, juga disembelih sapi, babi maupun ayam. Hewan-hewan korban itu kemudian diolah menjadi makanan khas Dayak.
         Beberapa orang membuat inovasi baru dengan daging kerbau itu. Mereka membuatnya menjadi bakso. Bakso dengan cocolan kecap dan saos. Cara makan bakso ala Palangkaraya dan sekitarnya, seperti yang diceritakan di tulisan ini.
          Pentol bakso kerbau ini rasanya enak, hampir sama dengan pentol bakso sapi. Bakso yang dibuat sendiri membuat komposisi daging lebih banyak dibanding tepung, sehingga rasa kaldunya makin mantap.
Mau coba juga bagaimana rasanya? Mohon maaf saya tidak bisa memberi tahu beli di mana makanan ini. Saya mendapatkannya sebagai suguhan saat maja (bertamu) ke rumah saudara yang sedang merayakan Tiwah. {ST}

Bingung baca cerita ini? Baca juga Tiwah di Tumbang Liting

Selasa, 13 Desember 2011

Pisang Uwey, Pisang Paling Enak di Dunia….


          Penasaran dengan yang namanya pisang uwey? Bagaimana bentuknya dan rasanya? Bentuknya hampir sama dengan umumnya semua pisang, berbentuk melengkung dan berwarna kuning ketika sudah matang. Seperti pisang pada umumnya juga, bila masih di tandannya akan berbentuk seperti kipas.

          Pisang uwey adalah sebutan untuk pisang ini di daerah Palangkaraya. Pisang dengan bentuk kecil-kecil ini besarnya hampir sama dengan besarnya rotan (uwey) yang juga menjadi bahan makanan di tempat ini.
          Untuk rasanya, pisang ini manis sedang dan sedikit renyah. Ukurannya yang kecil-kecil membuat 1 buah pisang tidak cukup untuk sekali sesi makan. Penasaran bagaimana rasanya? Silahkan cari buahnya. {ST}

Senin, 12 Desember 2011

Pemakaman Quando



          Quando Obe1 Kenobi (Baca: Quando Obewan Kenobi) adalah kura-kura pertama yang menetas di kolam kura-kura rumah kami. Kehadirannya membuat seisi rumah bersuka cita. Bukan hanya karena kami semua penggemar kura-kura, tapi juga keberhasilannya untuk menetas. Sebelum Quando, ada beberapa telur yang kami temukan di sekitar kolam, dan hampir tidak ada yang berhasil menetas menjadi kura-kura. Quando adalah kura-kura perdana yang menetas dari sebuah telur di rumah kami.
          Suka cita atas kelahiran Quando, kami rayakan bersama-sama. Bayi kura-kura yang punggungnya masih empuk itu, kami pisahkan dari kura-kura lainnya. Beberapa kura-kura ada yang gemar menggigit telur kura-kura sampai pecah dan tidak bisa menetas. Kami kuatir kalau para kura-kura dewasa itu mengganggu sang bayi.





          Quando, bayi yang dikarantina dalam kandang plastik bening yang dulunya stoples itu secara rutin kami beri makan dengan pelet makanan kura-kura. Sampai suatu saat, Quando kecil lupa diberi makan. Quando kecil makin bertambah lemah sampai akhirnya terlihat lemas tanpa daya, tak bernyawa pula. Tiga hari lamanya Quando ikut menjadi bagian dari keluarga kami.
           Kami menguburkan Quando tak jauh dari tempat kelahirannya di kolam kura-kura. Kami menempatkan jasad Quando dalam ‘peti mati’ berbentuk hati. Adikku, anak yang lalai memberi makan Quando itu, bertugas sebagai penggali kubur. Kami menancapkan sebuah salib kecil dari tusuk gigi di atas gundukan tanah sebagai sentuhan akhir. {ST}

Minggu, 11 Desember 2011

Stok Kayu Bakar di Bawah Rumah



            Kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak telah lama ditinggalkan oleh masyarakat perkotaan. Minyak tanah dan gas menggantikannya sejak lama. Selain alasan praktis, juga karena di kota tidak ada lagi yang menyediakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak.
          Di daerah pedesaan, kayu bakar masih umum digunakan. Kayu ini tidaklah dibeli dari penjual kayu bakar, tetapi diolah sendiri mulai dari berbentuk pohon kayu sampai menjadi potongan-potongan untuk dibakar.
          Keperluan untuk memasak makanan setiap hari harus pula dicukupi dengan kayu bakar yang cukup. Pemotongan kayu bakar dilakukan bila stok sudah sedikit sehingga belum sempat terjadi kekosongan stok kayu bakar. Stok kayu bakar yang sudah dipotong itu ditempatkan di tempat penyimpanan.
          Di Tumbang Liting, sebuah desa kecil di tepian Sungai Katingan, di mana rumah-rumah penduduk berpanggung, stok kayu bakar diletakkan di bawah rumah. Sebagian kecil yang akan digunakan untuk memasak, diletakkan di atas tungku tempat memasak suapaya lebih kering atau di tempat yang tertutup dan tidak terkena hujan. {ST}

Sabtu, 10 Desember 2011

Yokkk Kita Nonton Ondel-ondel…..




“Yokkk kita nonton ondel-ondel yokkk…” Sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Benyamin Suaeb mengiringi pertunjukan ondel-ondel di sebuah pemukiman padat.
          Ondel-ondel adalah sepasang boneka besar terbuat dari rangka bambu yang dihias aneka rupa. Ondel-ondel selalu tampil sepasang, figur laki-laki dan perempuan. Boneka laki-laki bermuka merah, boneka perempuan bermuka putih. Boneka ini berukuran lebih besar dari manusia dewasa, tingginya sekitar 2,5 meter.

          Semula, ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus. Saat ini ondel-ondel lebih sering digunakan untuk pertunjukan dan menambah semaraknya acara. Ondel-ondel sering juga dipentaskan di jalan-jalan pemukiman padat di Jakarta. Orang-orang yang menonton diharapkan untuk memberikan beberapa rupiah sebagai penghargaan. 
           Sepertinya ini adalah suatu cara untuk bertahan hidup di tengah maraknya aneka hiburan yang menjadi saingan ondel-ondel. Selain beberapa rupiah yang tidak seberapa, saya hanya bisa menuliskan sedikit tentang ondel-ondel di blog ini. Semoga ondel-ondel tetap lestari di bumi ini.  {ST}

Jumat, 09 Desember 2011

Emansipasi Kenek



          Emansipasi adalah sebuah kata yang makin sering terdengar dengan bertambahnya umur dunia. Emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak ataupun persamaan derajat. Seiring berjalannya waktu, arti emansipasi menjadi makin sempit menjadi persamaan hak pria dan wanita.
          Selama ini, emansipasi lebih sering didengungkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dijabat oleh pria. Perempuan yang memiliki kemampuan dan kualitas yang sama, seharusnya mendapatkan kesempatan yang sama pula. Tidak jarang banyak yang bercita-cita sebuah jabatan suatu saat nanti akan dijabat oleh perempuan. Seorang presiden perempuan pasti mendapatkan porsi perhatian lebih dibandingkan dengan presiden laki-laki.
             Di Indonesia, kata emansipasi pasti dikaitkan dengan RA Kartini dan perjuangannya mendapatkan persamaan hak, juga pendidikan. Gemanya makin bertambah nyaring menjelang Bulan April, tepatnya tanggal 21 April yang dikenang sebagai Hari Kartini.
            Kenek adalah pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh laki-laki. Pekerjaan penuh resiko dan memerlukan suara lantang berteriak memanggil penumpang ini memang didominasi oleh laki-laki. Seorang perempuan yang menjadi kenek lebih karena keterpaksaan, bukan karena pilihan apalagi kegemaran. Kenek perempuan di sebuah metromini lebih banyak mengundang rasa kasihan dibanding kekaguman. Buat saya, menjadi kenek pantas dikagumi. Keberanian dan kemampuan untuk menantang dunia juga adalah emansipasi. Selamat berjuang mbak kenek….{ST}

Kamis, 08 Desember 2011

Bemo si Lucu Mencucu



Bemo menyongsong masa depan

Bemo berasal dari singkatan 2 kata, becak motor. Bemo juga adalah kendaraan roda 3 seperti becak. Bedanya tenaga penggeraknya mengunakan motor, bukan dengan tenaga manusia seperti becak yang kita kenal. Tenaga
Saat ini, keberadaan bemo sudah tidak banyak lagi. Sebagai kendaraan umum, bemo hanya melayani rute pendek di beberapa daerah di Jakarta dan beberapa kota lainnya. Keberadaannya makin terancam dengan banyaknya moda transportasi lainnya yang lebih nyaman. Mikrolet dan angkot, saudara muda bemo yang beroda 4, perlahan mengambil alih kedudukan si lucu beroda 3 itu. 
Ruang yang lebih lega dan kendaraan yang lebih baru ikut menjadi faktor penunjang beralihnya penumpang, walaupun duduknya tetap berhadap-hadapan juga. Ruang belakang bemo yang terbuka dan beratap kanvas juga menjadi factor tidak dipilihnya bemo di kala hujan.

Keberadaan bemo di bumi Indonesia ini tidak terlepas dari sejarah kemerdekaan bangsa kita. Bemo yang dibuat oleh pabrik Daihatsu itu awalnya adalah ganti rugi yang diberikan pihak Jepang kepada Republik Indonesia, negeri yang pernah dijajahnya. Masa jaya bemo adalah sekitar tahun 1960-an, diawali dengan penggunaan bemo dalam acara olah raga Ganefo.

Di negeri asalnya, bemo tidak digunakan untuk mengangkut manusia, hanya untuk mengangkut barang. Tidak heran bila kemudian dipasang tempat duduk beratap kanvas di belakangnya, penumpang bemo harus beradu lutut walaupun sudah duduk dengan posisi miring sok manis. {ST}

Rabu, 07 Desember 2011

Pemanfaatan Tenaga Matahari di Kasongan



              Panas terik terang menyengat bukanlah hal yang asing di Kasongan, sebuah kota kabupaten di Kalimantan Tengah. Sinar matahari yang galak menghajar bumi adalah kejadian sehari-hari. Banyak pula yang tidak bersyukur atas keadaan ini.

          Untuk beberapa orang, apalagi yang termakan iklan kulit yang cantik adalah yang putih, terik matahari itu adalah musuh yang harus dihindari. Berjalan-jalan siang hari di kota ini tanpa pelindung kepala, sunblock dan kaca mata hitam adalah penyakit yang sengaja dicari.
           Dari sinar matahari yang melimpah ini bisa diambil beberapa manfaat selain mengeringkan jemuran, antara lain menghasilkan arus listrik. Listrik dihasilkan dengan mengumpulkan sinar matahari melalui panel surya.

         Saat ini, harga panel surya memang masih tinggi, dan penggunaannya masih bergantung pada lamanya sinar matahari yang diterima bumi. Penggunaannya juga harus memperhitungkan keadaan bila mendung atau hujan berhari-hari. Sepertinya karena itu pulalah penggunaan panel surya untuk rumah tinggal masih sedikit.
            Di Kasongan, tenaga matahari digunakan untuk menghasilkan listrik bagi lampu-lampu jalan. Bisa dilihat dari setiap tiang lampu yang dilengkapi dengan panel datar menghadap ke atas. Energi siang hari tetap bisa menerangi malam hari. {ST}

Selasa, 06 Desember 2011

Kompor Cawang



              Beberapa dekade lalu, sekitar tahun 70-an sampai 80-an atau bahkan sebelumnya, daerah Cawang terkenal akan kompornya. Kompor berbahan bakar minyak tanah bisa didapatkan dengan mudah di daerah ini. Pengrajin dan penjualnya banyak. Pilihan untuk pembeli pun makin banyak. Untuk urusan kompor minyak, daerah Cawanglah solusinya.
           Seiring dengan perjalanan waktu, kompor minyak tidak lagi menjadi primadona. Perlahan namun pasti, kompor minyak tergeser oleh kompor berbahan gas. Liquid Petroleum Gas (LPG) makin lama makin membumi dengan nama yang makin lokal, elpiji.

          Saat ini, bahan baker gas telah mengambil alih kedudukan minyak tanah di dapur. Subsidi untuk minyak tanah pelan-pelan dikurangi untuk kemudian dihentikan. Sedangkan subsidi untuk elpiji bertambah. Pemerintah republik ini mencoba mengalihkan penggunaan bahan bakar minyak tanah menjadi gas. Pengalihan itu bahkan didukung dengan pembagian kompor dan tabung gas gratis di beberapa daerah.
            Pengrajin dan penjual kompor di daerah Cawang sudah pasti merasakan dampaknya. Sudah bisa ditebak penjualan akan menurun drastis, baik kompornya maupun perlengkapan lainnya. Untuk mencoba bertahan, penjual kompor membuka jasa service kompor dan mengalihkan penjualan menjadi peralatan lainnya seperti panci, wajan, oven dan menara masjid. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini