Ana

Senin, 31 Oktober 2011

Di Balik One Day With Dayak 2011


            Banyak cerita dan peristiwa yang terjadi di acara One Day with Dayak tanggal 22 Oktober 2011 yang lalu. Cerita yang awalnya disimpan sendiri, ada juga cerita yang diceritakan lagi ke orang lain. Daripada cerita itu hilang terimbas ingatan yang berlomba bersama jalannya usia (pikun gitu deh maksudnya), maka lebih baik beberapa cerita berkesan itu dicatat. Nah, inilah dia….


Masih banyak cerita lainnya, ada yang mistis juga. Nanti kalau ingat dicatat deh.... 

One Day With Dayak 2011



            One Day with Dayak adalah acara yang digagas oleh Komunitas Muda Dayak  atau dikenal juga dengan Dayak Youth Community (DYC). Acara budaya ini diadakan sebagai kelanjutan dari acara “A Day with Dayak” dan “A Night with Dayak” yang diadakan tahun 2009. One Day with Dayak 2011 diadakan di Anjungan Provinsi Kalimantan Tengah, Taman Mini Indonesia Indah pada hari Sabtu, 22 Oktober 2011.
            Persiapan acara ini telah dimulai sejak beberapa bulan sebelumnya. Para panitia dengan kesibukannya masing-masing meluangkan waktu dan pikirannya untuk membuat rancangan acara ini. Markas DYC di Kompleks Perkantoran Rasuna Epicentrum menjadi saksi giatnya orang-orang ini mempersiapkan acara “One Day with Dayak 2011”.

Tibalah Harinya

            Pagi hari Sabtu, 22 Oktober 2011, Anjungan Provinsi Kalimantan Tengah di TMII terlihat lebih ramai dibandingkan biasanya. Para panitia sudah sibuk dengan urusannya masing-masing sejak pagi-pagi benar. Bahkan seksi perlengkapan sudah sibuk sejak dini hari.
            Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Tengah, Bpk. Kardinal Tarung  membuka acara ini dengan membunyikan katambung. Ibu Shinta Djandam Assan sebagai ketua Dayak Youth Community memberikan kata sambutan, didampingi oleh pengurus DYC lainnya. Dalam kesempatan ini, MC Reo Panggabean (yang beristrikan seorang perempuan Dayak Maanyan), menjelaskan secara singkat jalannya acara.
            Rangkaian acara dijadwalkan mulai pukul 07.30, dimulai dengan registrasi daftar ulang lomba foto. Dilanjutkan dengan workshop dan lomba foto. Para fotografer yang mengikuti workshop dan lomba segera menaiki rumah betang, tempat workshop yang dibawakan oleh Oscar Motuloh diadakan. Memasuki rumah betang yang beralas lampit, para tamu yang datang harus melepaskan alas kakinya. Panitia telah menyediakan tempat alas kaki berwarna merah khusus untuk tamu-tamu ini. Araini Yulianti yang biasa dipanggil Arai, ketua panitia acara membuka acara workshop ini.
            Stand kuliner yang menempati tenda tak jauh dari pintu masuk, sudah memulai kegiatan jual beli sejak pagi. Dalam acara ini dijual aneka kuliner dari Kalimantan seperti ikan patin bakar, pakasem, juhu, untuk-untuk, soto Banjar, kue coipan, kue cucur, es lidah buaya, bingke dan bakso khas Pontianak. Selain kuliner khas Kalimantan, stand kuliner juga menjual kopi, keripik dan cotton candy untuk lebih memeriahkan acara. Sdri. Nina Ugang yang bertanggung jawab mengurusi kuliner juga membuat lomba stand terbaik. Lomba kuliner dimenangkan oleh Reza yang menjual keripik, dan Ibu Martha Ding yang menjual aneka makanan khas Kalimantan Timur.
            Pameran foto telah dimulai seminggu sebelumnya. Foto-foto yang dipamerkan adalah foto-foto karya 25 finalis di lomba foto “A Day with Dayak 2009”, Rani Djandam, Komunitas Fotografer Palangkaraya dan Feri Latief. Pameran foto terbaik ini dilengkapi juga dengan foto-foto kegiatan DYC sebelumnya.
            Stand kerajinan khas Kalimantan di bawah rumah betang juga ikut menambah meriah acara ini. Aneka perhiasan, kerajinan, tas, obat tradisional dan madu hutan bisa didapatkan di sini.
            Aman Durga Sipatiti, pria dengan tubuh penuh tattoo beraksi merajah tubuh Yosi, seorang perempuan Dayak, dengan tato motif….. di punggungnya. Pria yang akrab dipanggil Mas Durga ini telah ikut berpartisipasi dalam beberapa kegiatan DYC. Minatnya akan tattoo membuatnya menjadi bagian dari DYC. Sosoknya yang unik dan kostum khas Dayaknya membuat Mas Durga dan timnya menjadi objek foto para fotografer. Mas Durga memeragakan cara membuat tattoo dengan cara tradisional, dengan ketukan tangan dan bambu sebagai alatnya (hand tapping). Pengerjaannya memerlukan ketelitian dan kesabaran yang cukup tinggi.

Langsung Dari Tempat Asalnya

            Puncak acara One Day with Dayak 2011 ini adalah peragaan acara perkawinan adat Dayak Maanyan, yang dihadiri oleh berbagai sub-suku Dayak lainnya sebagai undangan. Khusus untuk kesenian Dayak Maanyan, orang-orangnya didatangkan langsung dari Barito Timur. Rombongan ini dipimpin langsung oleh Bpk. Darius Adrian, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Barito Timur. Bpk. Fristio, pengurus sanggar yang juga adalah ketua DPRD Kabupaten Barito Timur, juga ikut mendampingi rombongan ini.
            Pertunjukan seni tari dan musik diawali dengan tari Pesona Enggang Khatulistiwa dari sub suku Dayak Bekatik, Kalimantan Barat. Dilanjutkan dengan tari Kancet Pepatai dari sub suku Dayak Kenyah, Kalimantan Timur. Tarian ini adalah tari penyambutan khusus untuk menyambut tamu-tamu agung.
Tari Bangsai Bakanjaran dari sub suku Dayak Loksado melengkapi pertunjukan seni tari ini. Dilanjutkan dengan tarian dari sub suku Dayak Bahau, Kalimantan Timur yang membawakan tarian Tingang Madaang. Rombongan iring-iringan ini diakhiri dengan tarian Ganggereng Tingang dari sub suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah.
Setelah semua rombongan memasuki gerbang, maka tibalah acara pernikahan adatnya. Acara dimulai dengan Natas Banyang, dimana para tetua adat saling melemparkan pertanyaan untuk mengetahui maksud kedatangan para tamu. Upacara Iwurung Jo’e segera dilakukan sesaat setelah para tamu memasuki tempat acara. Iwurung Jo’e atau mencari pengantin wanita diilhami oleh keindahan burung Jo’e yang diumpamakan seperti mempelai wanita. Dalam prosesi ini, beberapa perempuan akan dibawa keluar dan kemudian disandingkan dengan mempelai pria. Mempelai pria akan menolak bila perempuan yang dibawa bukanlah yang diidamkannya.
Bila akhirnya mempelai pria telah menemukan pengantinnya, maka kedua mempelai akan disandingkan dengan duduk bersama di atas gong. Wadian / balian akan segera membawakan prosesi Ngamuan Gunung Perak. Gunung perak adalah sebuah bokor kuningan dan ditempatkan uang perak menutupi permukaannya sehingga terlihat seperti gunung. Di tengah-tengah “gunung” ini, didirikan pohon-pohonan yang dihiasi warna-warni emas dan perak serta berbuah uang. Dalam prosesi ini kedua mempelai akan diarak mengelilingi gunung perak sebanyak 3 kali diiringi musik khusus dan dilantunkan syair doa. Pada penghujung prosesi ini ada ritual Wadian Bulat yaitu Wadian Bawo (dukun laki-laki) melipat-lipat tubuhnya.

Cantik di Tengah Terik

            Teriknya matahari tidak mengurangi niat pengunjung untuk berkumpul di sekitar karpet merah di tengah lapangan. Ada apakah gerangan? Ternyata tengah berlangsung fashion show busana Dayak. Busana yang ditampilkan ada yang tradisional dan kontemporer. Busana kontemporer menampilkan karya desainer muda Yohana Taway, Maya Utami dan Trisa Melati.
            Model-model yang kebanyakan berdarah Dayak bergantian memeragakan pakaian. Panasnya cuaca tidak menyurutkan niat mereka memberikan yang terbaik untuk acara ini. Dalam deretan model itu ada juga Imelda Madjat Djahari Timbang (Duta Wisata Indonesia 2010), Kurnianti Hendhy (Miss Earth 2008), Catherine Claudia Oendoen (Putri Favorit Gawai Dayak Kalimantan Barat) dan Geralda Simatupang (Juara 1 Speech contest Jakarta Selatan).
            Fashion show yang dimotori oleh Ibu Nana Djalan ini diselingi dengan tarian Hudok. Tarian yang asalnya untuk mengusir roh jahat ini tidaklah mengusir penonton karpet merah. Gaya yang menghentak-hentak malah menarik sebagian fotografer untuk memburu para hudok yang tidak bisa diam untuk pose itu. Sebagian lainnya, terutama anak-anak kecil, bergerak menjauh dengan muka ketakutan.

Dan Pemenangnya Adalah….
            Setelah seharian jepret sana-sini, waktunya bagi para peserta lomba foto mengumpulkan karyanya. Komunitas Pentax Indonesia siap siaga di bawah rumah betang mengumpulkan karya 150 peserta lomba. Feri Latief dan Josua Alessandro bekerja memilah dan memilih foto-foto terbaik dan akhirnya ditemukanlah pemenangnya. Mereka adalah…
Juara I : Viator Sonny Faah
Juara II: Zakiyah Khairunnisa
Juara III: Sandhi Irawan
Juara Harapan I : Rafi Soerjadi
Juara Harapan II : Ari Yuliarso

            Penyerahan hadiah dilakukan di panggung besar di saat hari menjelang senja. Kelima orang fotografer itu telah dinyatakan sebagai pemenang lomba foto. Komunitas Muda Dayak juga adalah pemenang. Pemenang yang tetap mempertahankan budaya di tengah jaman yang terus berubah ini. {ST}

Minggu, 30 Oktober 2011

Jutaan Kelelawar di Rumah Sebelah


            Dalam mempersiapkan event One Day with Dayak tanggal 22 Oktober 2011 yang lalu, saya harus beberapa kali ke lokasi acara sampai menjelang malam. Saat-saat mekhluk-makhluk malam memulai aktivitasnya.
            Lokasi kegiatan One Day with Dayak di Anjungan Kalimantan Tengah TMII, terletak tidak jauh dari anjungan provinsi Kalimantan lainnya. Halaman yang luas dan rumah panggung yang tinggi memungkinkan untuk melihat anjungan lain di sekitarnya.

           Ternyata, setiap hari menjelang malam, dari anjungan Kalimantan Selatan, keluar serombongan kelelawar kecil yang hendak mencari makan. Mereka keluar secara terarah seakan ada yang mengatur kemana perginya. Sesekali terlihat juga ada beberapa ekor yang nyasar beda arah dengan rombongannya.

            Pemandangan menakjubkan ini berlangsung lebih kurang setengah jam di saat-saat matahari menjelang terbenam. Rombongan kelelawar yang membentuk kurva menari di angkasa menambah cantiknya langit dengan sinar keemasan matahari yang mulai meredup. {ST}

Jumat, 28 Oktober 2011

Kupon Makan Penjual Makanan


Pendukung acara mendapatkan kupon untuk ditukar dengan makanan


            Dalam acara One Day with Dayak tahun ini, aku juga bertugas sebagai pengurus stand kuliner bersama temanku Nina. Kami berdua mengurusinya mulai dari menghubungi orang-orang yang berpotensi menjadi penjual, menata letak meja kursi, membuat perjanjian, dll.
            Dalam tahap negosiasi awal, kami menyebutkan harga sewa stand dan fasilitas apa saja yang akan kami berikan kepada penyewa. Aku dan Nina bersama-sama menghubungi para vendor. Yang kami berikan adalah 1 meja, 2 kursi, 2 freepass orang, 1 freepass mobil dan kupon makan siang. Ini sudah menjadi hapalan, dan aku bisa menyebutkan dengan lancar tanpa jeda layaknya penjual obat. Sampai pada suatu malam, 2 hari sebelum hari H….
            “Emangnya stand kuliner dapat makan ya?” Adikku sang bendahara bertanya di BBM.
            “Iya donk, kan dari awalnya gitu.” Aku kembali berkata.
            “Hah? Gak ada budgetnya lhooo….” Sang bendahara menanggapi.
            “@#$%^&*!~@” Jadi gak bisa mikir. Panik juga rasanya. Mau taro muka dimana, sudah dari awal bilangnya kaya gitu. Ternyata dalam rapat yang kemungkinan besar aku tidak hadir, diputuskan kalau para penjual makanan tidak mendapat kupon makanan.
            “Waduhhh….gimana donk?!” Aku bingung setengah mampus setelah akhirnya dapat bersuara.
            “Dari awalnya dulu kan dikasih taunya kaya gitu, kenapa jadi berubah ya?” Aku bertanya kali aja ada yang bisa memberi penjelasan.
            “Kan mereka jualnya makanan, masa dikasih makanan?” Kira-kira begitu alasan yang aku dengar entah dari mulut siapa.
            “Lah kalo jual keripik, masa makannya keripik?” Aku bertanya dalam hati saja. Karena pasti yang terjadi adalah tampang bengong melongo.
            Akhirnya setelah konfirmasi ke Nina, kebanyakan memang dikasih tau tidak mendapatkan kupon makan siang. Yang nego tahap awal, terutama yang gak langsung deal, itu yang dikasih makan. Jadi selesailah sudah masalah kupon makan yang hampir membuat jantungan itu. {ST}

Rabu, 26 Oktober 2011

Kisah Anggrek Cantik yang Tidak Kesampean


            Kalimantan alias Borneo tempat kediaman Suku Dayak telah lama dikenal dengan keragaman floranya. Tetumbuhan yang ikut mewarnai kehidupan Orang Dayak. Berlandas pikiran itu, sebagai penanggung jawab bazaar, aku berniat untuk juga menjual tumbuhan khas Kalimantan. Kalaupun tidak khas Kalimantan, yang namanya tanaman berdaun hijau pastinya menghasilkan oksigen yang setiap hari kita semua hirup ini. Pas dong dengan isu pelestarian alam yang mau ikut didengungkan.
            Pilihanku jatuh pada anggrek. Tumbuhan jenis ini sangat banyak ditemukan di seluruh hutan tropis Kalimantan. Ditambah pula dengan kenangan masa kecil dimana di rumah selalu ada tanaman anggrek. Maka jadilah aku mengarahkan langkah ke tempat anggrek berkumpul, Taman Anggrek di TMII.
            Lokasinya yang dekat dengan tempat penyelenggaraan One Day with Dayak 2011 menjadi salah 1 pertimbangan juga. Aku mengunjungi tempat itu beberapa kali untuk mencari informasi, sampai akhirnya tibalah di sebuah kavling berbunga-bunga dimana papahku yang ikut survey malah membeli bibit-bibit anggrek.
            Setelah berkali-kali datang dan menanyakan “keputusan pak bos”, akhirnya dapat jawaban kalau mereka tidak punya kendaraan untuk membawa barang-barang yang akan dijual yang berakhir dengan keputusan final tidak jadi ikut. Kecewa juga rasanya. Pak Heri, bapak penunggu kavling itu menyarankan ke kavling lainnya. Hari itu juga aku baru tahu kalau di Taman Anggrek itu masing-masing kavling dikelola oleh pihak yang berbeda, semacam kios di mall gitu deh. Jadi setiap kavling bisa mebuat keputusan sendiri, tanpa harus tergantung dengan pengelola Taman Anggrek.
            Dengan semangat baru, aku melangkah ke kavling yang paling berbunga-bunga. Konon kabarnya, pemilik kavling itu punya mobil baru.
            “Selamat soreee…..” Aku menyapa bunga-bunga dengan ceria dan mengagetkan seorang penjaga yang sedang tidur siang.
            Di kavling ini, peristiwa yang sama dengan kavling sebelumnya terjadi lagi.
            “Nanya bos dulu mbak…Saya mah cuma jagain…” Kata si mas yang baru bangun tidur itu. Tak lama kemudian nomor telepon pak bos menjadi penghuni phone book HP.
            Setelah berkali-kali mencoba menghubungi pak bos, akhirnya pak bos pun bersabda….
            “Acaranya menarik ya….sayang saya lagi di luar kota. Susah ngurusnya kalo saya gak ada.”
            “Orang-orang yang di kavling gak bisa jalan nih?” Aku masih mencoba nego.
            “Wah susah kalo ngurus-ngurusnya. Lain kali aja deh kalo ada lagi.” Pak bos mengakhiri penjelasan panjang lebarnya.
            “Okelah kalau begitu.” Aku menutup telepon dan membuat tanda dalamingatan untuk acara lain kali. {ST}

Selasa, 25 Oktober 2011

Seraung Diameter Setengah Meter


            Hari Sabtu yang cerah dan sedikit membuat gerah membuat seraung si topi caping menjadi pilihan kostumku. Topi caping lebar berhias kain perca dengan diameter setengah meter itu bertengger di kepalaku hampir selama acara One Day with Dayak 2011 berlangsung. Yang pasti seraung ini pasti menemani kalau harus mengunjungi tempat tugas di seberang lapangan.
          Pada acara istimewa ini, banyak kerabat dan sahabat sesama Orang Dayak yang mengenakan atribut khas Dayak. Ada yang memang berpakaian adat dengan benar, ada juga yang sudah dimodifikasi sperti aku. Kesempatan langka ini membuat kami jadi lebih sering terjangkit penyakit narsis. Hampir di setiap perhentian ada sesi foto-foto. Kami juga jadi objek foto para fotografer yang sedang mengikuti lomba.
          Seraung yang berjasa menaungi dari sinar matahari itu lebih menunjukkan pamornya saat foto bersama. Bentuknya yang lebar dan kaku itu sering mengenai kepala orang-orang di sekitarku. Dan jadilah aku sedikit terasing dengan jarak yang sama dengan kepala di samping kiri dan kanan. Beberapa kali si seraung menyenggol dengan tidak sengaja kepala-kepala yang dihias cantik dengan bulu burung.
            Seraungku yang berhias daun kering dan sedikit rangkaian manik itu kadang-kadang menarik perhatian para fotografer juga. Beberapa kali aku diminta untuk berhenti sejenak dari langkah cepatku menyeberangi lapangan. Beberapa kali juga aku merasa tidak perlu tersenyum saat difoto karena yang dijepret si fotografer adalah bagian belakang kepalaku, si seraung berdiameter setengah meter. {ST}

Jumat, 14 Oktober 2011

Taman Situlembang


            Taman Situlembang yang terletak di Kawasan Menteng telah lama menjadi tempat nongkrong anak muda Jakarta. Tidak hanya anak muda jaman sekarang, tapi sejak dahulu kala. Taman ini terletak di Jalan Lembang Menteng dengan danau buatan di tengahnya.
Di jalan sepanjang tepian taman ini dilengkapi juga dengan kelengkapan nongkrongnya yaitu aneka jajanan. Jajanan seperti bakso, somay, bakwan, es doger, rujak, gado-gado, ketoprak, tahu gejrot dll menjadi pelengkap dari taman ini. Selain itu ada juga penjaja minuman keliling yang langsung membuat minuman saat dipesan.
Jalan di sekeliling taman ini hanya boleh dilewati 1 arah. Kalau kita menuju taman ini dengan kendaraan beroda, pasti diarahkan untuk belok ke kiri. Jalan 2 jalur itu sering kali menjadi padat merayap karena banyaknya kendaraan yang parkir dan beberapa yang berkeliling perlahan sambil memantau jajanan apa yang akan disantap.
          Seperti umumnya taman sebagai fasilitas umum, Taman Situlembang pun dilengkapi dengan fasilitas mainan anak-anak. Ada 2 set mainan anak-anak yang terdiri dari panjat-panjatan dan ayunan. Ayunannya sih lebih sering dipake oleh anak-anak yang sudah bisa bikin anak hehehe….Sering dipake buat pacaran!
           Teratai berbunga merah jambu menghuni bagian tengah taman yang berbentuk kolam besar. Kolam ini menarik perhatian serangga-serangga kecil dan juga beberapa orang yang mengail /memancing mengadu keberuntungan. Peralatan memancing yang digunakan mulai dari yang sederhana dari bambu sampai yang canggih ala Pak Harto.

           Di tengah kesibukan dan hiruk pikuk kota Jakarta ini, sesekali berkunjung ke taman ini bisa menjadi obat penenang yang menyegarkan. Tidak percaya? Coba saja…{ST}

Kamis, 13 Oktober 2011

Ojek Sepeda



            Beberapa waktu terakhir ini, kendaraan bernama ojek mulai menjamur di seluruh penjuru negeri. Umumnya yang menjadi ojek adalah kendaraan bermotor roda 2. Kepraktisan ojek menembus kemacetan dan tidak tergantung rute trayek membuat ojek menjadi pilihan dalam berkendara.
            Di sebagian tempat di Jakarta, ojek tidak hanya berupa kendaraan bermotor, tetapi juga kendaraan roda dua tidak bermotor, alias sepeda. Ojek sepeda ini biasanya mangkal di sekitar Kota Tua Jakarta dan sekitarnya. Seperti ojek lainnya, ojek ini juga punya tempat mangkal dan tidak ada rute khusus. Tarif yang dikenakan tergantung negosiasi dengan abang ojeknya. Tarif yang diajukan abang ojek biasanya tidak terlalu mahal dan cukup realistis, sebanding dengan ojek bermotor.
            Sepeda yang digunakan kebanyakan sudah tua. Sepertinya alasan penggunaan sepeda tua bukan hanya karena daerah beroperasinya di sekitar Kota Tua. Boncengan bagian belakang biasanya menggunakan bahan jok empuk untuk kenyamanan penumpang.
            Saya pernah mencoba beberapa kali menggunakan jasa ojek ini. Cukup menyenangkan juga nyempil di daerah macet sedangkan banyak kendaraan lain yang lebih canggih harus pasrah berjalan di tempat. {ST}

Rabu, 12 Oktober 2011

Pemilah Barang yang Sering Dianggap Tidak Berguna



            Pemulung adalah orang yang pekerjaannya memulung. Sepertinya hal ini tidak perlu dijelaskan lagi. Tapi apakah kita semua tahu apa itu memulung? Kalau saya sih terus terang saja kurang tahu, bahkan kata dasarnya pun saya kurang tahu pasti, apakah itu pulung atau mulung. Yang jelas pekerjaan seperti ini bukanlah cita-cita saya (dan juga cita-cita banyak orang lainnya). Mungkin karena itu pula, saya tidak tahu banyak tentang pemulung.
            Dalam sebuah kesempatan berjalan kaki di sekitar rumah, cukup banyak pemulung yang berkeliaran membawa karung dan alat penusuk dari besi. Dengan peralatan seperti “senjata” itu, sosok pemulung menjadi bertambah sangar dan makin tidak menarik untuk diperhatikan.
            Kesempatan berjalan kaki di sekitar rumah yang sebenarnya adalah bolak-balik dari rumah Pak RT ke kelurahan itu, menyajikan pemandangan memulung yang berbeda-beda. Pertama-tama bapak pemulung terlihat di sekitar bak sampah dengan kantong karung dan alat penusuknya yang tajam. Kemudian, bapak yang sama datang lagi membawa gerobak hartanya yang untuk sebagian orang pasti dikira sampah. Terakhir yang terpantau dalam perjalanan pulang, bapak yang sama sedang memilah-milah barang kardus dan plastik di dekat gerobaknya parkir.
            Apa yang dipilah-pilah oleh bapak itu pastilah komoditi yang bisa dijual dan untuk nafkahnya. Barang-barang itu antara lain kardus, botol bekas (kaca dan plastik), kain, kertas, dll. Barang-barang yang telah dianggap tidak berguna oleh pemilik sebelumnya, tetapi ikut menyambung hidup keluarga pemulung itu.
            Mungkin hanya sedikit yang bisa saya lakukan untuk membuat keadaan menjadi lebih baik. Saya bisa memisahkan “sampah berguna” dan sampah tak berguna. Memisahkan sampah kering dan basah. Memisahkan sampah bau busuk dengan yang tidak bau. Semoga sedikit memudahkan pekerjaan para pemulung itu. {ST}

Rabu, 05 Oktober 2011

Pengaman Buat Si Telur



            Telur telah sejak lama menjadi bahan makanan manusia. Hampir di seluruh dunia menggunakan telur sebagai bagian dari menu masakanya. Kandungan gizinya yang berguna bagi manusia dan rasanya yang enak membuat telur tetap menjadi bagian bahan makanan manusia.
            Dari masa ke masa, telur tidak hanya didapat dari alam bebas. Telur juga bisa didapat dengan memelihara petelurnya. Unggas yang paling sering dipelihara untuk diambil telurnya antara lain ayam, bebek dan burung puyuh. Khusus telur ayam, ada macamnya lagi. Ada telur ayam kampung yang berukuran lebih kecil, dan ayam ras yang berukuran lebih besar. Telur bebek yang berwarna biru muda menjadi juara dalam ukuran telur.

            Konsumsi telur yang makin lama makin bertambah membuat sebagian orang melihat peluang bisnis untuk menyediakan telur. Telur yang dijual tidak hanya telur biasa, tapi juga telur luar biasa. Telur yang dengan rekayasa teknologi memiliki kandungan gizi lebih banyak dibanding telur biasa.
            Kulit telur yang gampang pecah adalah suatu tantangan tersendiri bagi para penjual telur. Pengamanan terhadap telur dilakukan mulai dari pengumpulannya, membawanya ke tampat lain dan menjualnya.
            Di supermarket, telur diamankan dengan aneka bentuk. Ada yang dari karton lunak sampai mika transparan. Keunggulan telur-telur itu juga dituliskan pada kemasannya. Dan yang pasti telur curah tetap tidak kalah pamor. Telur curah masih selalu menjadi bagian terbesar dalam pemajangan telur. {ST}

Gelas Merah Kecil di Tempat Cucian




            “Aku datang lagiiii…..” Sebuah gelas dari plastik warna merah berteriak senang ketika bertemu pancuran air.
            “Lah?! Kok kamu lagi? Emang gak ada yang lain? Kalian kan 6 bersaudara.” Pancuran air yang belum sempat beristirahat menyambut si gelas mungil dengan heran.
            “Emangnya kalian gak ada gilirannya ya? Ntar lama-lama kalo kamu dicuci terus bisa keropos lhooo….” Pancuran kembali bertanya dengan penasaran.
            “Gak tau juga nih kenapa aku terus yang dipake.” Si gelas mungil berkata pasrah saat seorang bapak menaruhnya di tempat cucian.
            “Kamu kan gak kotor-kotor amat, gak kaya si mug hitam yang sering ada endapan kopinya itu. Kamu kan cuma dipake untuk minum air putih.” Pancuran kembali berkata dengan cerewetnya sebelum kerannya dibuka dan memancarkan air untuk mencuci si gelas.
            “Kamu tau gak sih yang namanya air bersih itu sekarang makin langka. Kita harus bijaksana menggunakannya. Jangan diboros-boroskan. Mending dipake untuk hal lain yang lebih berguna.” Pancuran masih berkata dengan bawelnya ditimpali deru air.
            “Ngomongnya ke bapak yang hobinya ngangkati gelas itu dong….Aku kan pasrah aja, wong gak punya kaki.” Si gelas mungil berkata sambil menggigil karena sudah mandi 3 kali dalam sehari ini.
            “Wah kalo yang itu sih susah…hehehe…Yasud deh, kita nurut ajah.” Si Pancuran yang sudah kelelahan itu akhirnya terdiam. {ST}

Selasa, 04 Oktober 2011

Mural yang Mengagumkan



           Mural atau lukisan dinding ada di seluruh penjuru dunia. Lukisan ini ada di berbagai daerah dengan aneka rupanya. Pada saat kehidupan manusia di goa, mural pun sudah mulai dibuat. Peninggalannya masih ada saat ini dan menjadi objek menarik untuk dipelajari.
          Mural paling terkenal sepertinya yang ada di Mesir, dalam bentuk hieroglif. Mural menjadi alat komunikasi antara beda generasi. Hieroglif di Mesir bahkan menarik orang dari seluruh penjuru dunia untuk datang mempelajarinya. Berbahasa dengan gambar di dinding masih bisa dimengerti walaupun jaman telah berganti.
          Kegiatan menulis dan menggambar lebih banyak dilakukan dengan media lain, dengan kertas, kayu, batu atau yang sedang ngetop sekarang adalah media maya. Dengan peralatan komputer dan aplikasi, aneka gambar dapat diolah.
         Saya adalah seorang pengagum mural. Di dinding kamar saya yang dulunya putih, banyak terdapat gambar puzzle bergambar kontras yang saya gambar sendiri. Gambar-gambar ini saya buat karena saya adalah pengagum aneka warna. Pernah juga mencoba membuat gambar manusia. Berhubung saya agak narsis, maka yang saya buat adalah gambar saya sendiri, yang waktu itu berambut panjang. Gambar ini saya buat dengan menggunakan krayon glow in the dark. Maka gambar itu akan makin terlihat di kala gelap. Kelihatan seperti baying-bayang manusia yang muncul dari dinding dan….agak menyeramkan. Sejak saat itu, keinginan untuk menggambar aneka bentuk di dinding makin berkurang.
Jaman sekarang, saat mural tidak lagi umum dibuat di tempat tinggal, mural masih terlihat di beberapa tempat umum. Di Jakarta, mural dibuat sepanjang jalan utama yang membentang dari Tanjung Priok menuju Cawang. Jalan panjang yang akrab disebut bypass ini terdiri dari 2 bidang jalan. Bagian bawah untuk jalan biasa (tidak berbayar), bagian atas untuk jalan tol (berbayar).
Mural, disadari atau tidak mencerminkan pula pembuatnya. Di balik setiap mural selalu ada pesan yang mau disampaikan. Hal ini ditangkap pula oleh polisi dengan membuat beberapa mural di jalan besar. Mural yang menyampaikan pesan get home safely.
Di beberapa daerah, mural dibuat dengan corak khas daerah tersebut. Seperti mural di bawah jembatan Sungai Kahayan, corak gambar yang digunakan adalah khas Dayak. Mural menjadi daya tarik tersendiri dari suatu tempat. {ST}

Senin, 03 Oktober 2011

Ibu Si Kembar yang Layak Disebut Pahlawan




          Suatu hari belum lama ini saat saya membongkar tumpukan koran bekas untuk dijadikan bungkusan, ditemukanlah sebundel koran tertanggal 25 Juli 2011. Di lembaran itu tergambar seorang ibu dengan 2 orang anak kembarnya. Ibu itu bernama Ny. Lilis Sulistyowati. Siapa dia? Mengapa pula bisa masuk di Koran?
               Ibu Lilis adalah seorang ibu dengan 2 orang anak kembar bernama Yoga dan Yogi. Kedua anaknya, yang masih duduk di kelas 2 SD itu, ditolak bersekolah di sekolahnya di Malang. Kedua anak ini ditolak bersekolah karena ibunya dengan berani membongkar kasus pungutan liar di sekolahnya. Tidak tanggung-tanggung, ibu ini bahkan mengadukannya sampai ke bupati.
              Seperti yang diberitakan banyak media (tapi segera dilupakan), pemerintah mengucurkan dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk beberapa sekolah, termasuk juga sekolah Yoga dan Yogi. Dalam kenyataannya aneka biaya dibebankan kepada siswa – yang otomatis menjadi beban orang tuanya. Di sekolah ini, biaya itu konon kabarnya untuk uang masuk sekolah, pengambilan rapor, uang les, uang paguyuban dan untuk beli DVD player. Dana BOS ternyata masih kurang dan tidak ada kejelasan kabarnya.
             Ibu Lilis yang berpendidikan sarjana, dengan mudah bisa melihat dan merasakan adanya penyimpangan dalam pengumpulan dana ini. Pungutan liar yang mempunyai nama alias korupsi sudah menjadi bagian di tempat anak-anaknya bersekolah. Yaaa….sebenarnya gak perlu sekolah tinggi-tinggi juga sih untuk sadar adanya penyimpangan. Uang les diminta tapi lesnya gak jelas sudah membuktikan adanya penyimpangan.
Kepala sekolah, yang merasa tersinggung dengan perbuatan Ibu Lilis, menggunakan wewenangnya dengan tidak semestinya. Dia mengusir kedua anak kembar ini dari sekolah yang dipimpinnya, sebuah tindakan kurang ajar dari seorang yang mengaku dirinya pengajar.
         Teringat kembali beberapa bulan yang lalu ketika melihat berita ini di TV. Yoga dan Yogi menangis saat dibawa ke sekolahnya untuk mediasi. Mereka berdua juga menempelkan mukanya di kiri kanan tubuh ibunya ketika keluar dari ruangan. Terlihat sekali kedua anak ini sangat tertekan. Sedih sekali rasanya melihat mereka saat itu. Air mata berlinang tak terbendung ketika mediasi berlangsung sedikit ricuh.
              Yang lebih menyedihkan, ada orang dewasa yang mengutuk dan menyumpahi kedua anak kecil ini. Orang dewasa yang ternyata adalah guru di sekolah itu. Sikap yang sangat tidak terpuji untuk seorang dewasa, guru pula. Kalau anak saya ada di sekolah itu, maka saya akan meminta guru seperti ini diberi sanksi juga.
         Syukurlah akhirnya pertolongan datang di saat yang tepat, Dinas Pendidikan turun tangan untuk mencarikan sekolah baru untuk Yoga dan Yogi. Sekolah baru dimana teman-teman mereka di TK juga banyak yang bersekolah di situ. Semoga di sekolah baru ini Yoga dan Yogi bisa belajar dengan baik, di lingkungan yang baik pula. Tetap semangat belajar, Dek!!! {ST}

Qua….qua….qua….



           Beberapa puluh tahun yang lalu, yang namanya air putih bukanlah sesuatu yang dijual. Air putih bisa didapatkan secara gratis di setiap rumah (rumah orang yang ramah tentunya), dan tidak dimasukkan dalam hitungan kalau kita beli jajajan. Sampai saat ini air putih gratis masih diberlakukan di beberapa tempat makan.
           Air putih dalam kemasan, yang sering juga disebut air mineral sekarang ini telah menjadi bagian gaya hidup. Sebuah merk air yang awalnya mencetuskan ide ini menjadi sebutan untuk segala macam merk untuk air putih dalam kemasan.

        Bisa dibayangkan, awalnya si penjual air putih dalamkemasan ini pasti dicela banyak orang. Air putih yang bisa didapat gratisan dijual dengan harga tertentu. Terbayang juga kalau biaya kemasannya lebih mahal dari isinya. Jualan barang semacam ini malah membuat diri menjadi bahan ledekan banyak orang.
        Aqua, merk paling terkenal di Indonesia yang lahir dari gagasan Bpk. Tirto Utomo, berhasil menentang dan melewati segala kendala. Merk ini masih bertahan sampai sekarang. Sudah puluhan tahun sejak kelahirannya di awal tahun 1970-an. Merk ini juga menjadi acuan merk lainnya dalam usaha merebut pasar air minum dalamkemasan yang kian membesar. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini