Kehidupan di Jakarta yang serba sibuk, membuat keperluan akan adanya pembantu menjadi sesuatu yang umum. Hampir di semua rumah kelas menengah di ibu kota ini ada pembantunya. Untuk rumah kelas atas yang super besar, kadang kala jumlah pembantu lebih banyak dari majikannya.
Pembantu biasanya mengerjakan urusan domestik sehari-hari seperti menyapu, mengepel, mencuci, memasak, dll. Pekerjaan yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri ini telah hilang dari kebiasaan banyak orang karena dikerjakan oleh para pembantu. Pembantu yang umumnya berasal dari luar Jakarta, mau dibayar murah dengan gaji di bawah UMR. Sebuah pertukaran yang tidak terlalu berat bila dibandingkan dengan tangan yang menjadi kotor dan kasar. Belum lagi kalau encok kumat.
Saat hari raya Idul Fitri mendekat, kebanyakan pembantu memilih untuk pulang ke kampungnya seperti kebanyakan orang lain. Mereka ingin merayakan hari raya bersama keluarga. Kepulangan para pembantu ini menimbulkan masalah tersendiri bagi para majikan yang tidak terbiasa bekerja.
Pekerjaan mengepel, menyapu, mencuci, dan menyetrika – yang sebenarnya melayani diri sendiri- menjadi beban tersendiri. Status facebok dan twitter banyak teman mencerminkan rasa terbeban dan kelelahan yang dirasakan.
Beberapa pihak telah melihat peluang bisnis dari keperluan akan adanya pembantu ini dengan membuat usaha penyalur pembantu. Di sepanjang Jln. Letjend Suprapto dan Jln. Haji Ung, Jakarta Pusat berjejer usaha penyaluran pembantu. Daerah ini makin terlihat ramai beberapa saat menjelang Lebaran, ramai dikunjungi oleh orang-orang yang datang bermobil. Tujuannya, sudah bisa ditebak pastinya….{ST}