Ana

Kamis, 30 Juni 2011

Bintang Kecil Twinkle



            Pada jaman dahulu, ketika aku masih berbentuk bocah kecil nan lucu, tiap kali diminta menyanyi rasanya ada beberapa pilihan lagu paling sering dinyanyikan. Ada Bintang Kecil, Pelangi dan Balonku. Setelah sedikit lebih besar, yang sering diminta menyanyi lebih sering adik-adikku yang lebih kecil.
            Seiring berkembangnya waktu, lagu wajib adalah lagu perjuangan yang diwajibkan di sekolah. Makin lama lagu wajib selalu berganti mengikuti trend dan juga usia.
            Yang tidak berubah adalah meminta anak-anak kecil bernyanyi. Suara lucu yang masih belum sempurna merupakan hiburan tersendiri bagi para orang dewasa. Keponakanku Azarel yang berusia 2 tahun dan sudah bersekolah, juga diminta bernyanyi ketika bertemu minanya. Maka bernyanyilah keponakanku itu....
            “Twinkle buat tambiiiii....tambiiiiiii. Duat due juga. Jugaaaaa.......” Azarel bernyanyi dengan lirik gubahannya sendiri.
            Sebelumnya Azarel telah membuat tambinya sedikit kecewa ketika sang tambi memintanya menyanyikan lagu “Bintang Kecil”. Azarel dengan mantapnya menyanyikan lagu “Twinkle twinkle little star”. Memang yang dinyanyikan tetap sama temanya, tentang bintang alias little star. Atau Azarel adalah anak cerdas yang sudah bisa menerjemahkan kata bintang menjadi star. Sepertinya lebih cocok yang terakhir ini deh, Azarel memang anak cerdas, seperti minanya yang punya blog ini.
            Buat Azarel, menyanyi berarti menyanyikan lagu “Twinkle-twinkle little star”. Maka jadilah lirik buatannya itu tetap terbingkai dalam melodi lagu twinkle. Lirik yang dibuat seorang anak kecil berusia 2 tahun dengan spontan.
            “Twinkle buat tambiiiii....tambiiiiiii. Duat due juga. Jugaaaaa.......” 
{Mina ST}

Terjemahan:
Mina : tante
Tambi : nenek
Due : seharusnya bue, sebutan untuk kakek.
Bintang : star
Twinkle : kalau disuruh nyanyi

Pasak Bumi dari Kalimantan


            Pasak bumi dikenal dengan reputasi untuk para pria saja. Tepatnya untuk obat kuat pria (katanya). Tidak heran banyak pria yang membeli pasak bumi dengan muka salah tingkah malu-malu bila yang menjual adalah seorang perempuan muda.
            Dalam pengobatan tradisional Suku Dayak Ngaju, pasak bumi tidak hanya digunakan untuk mengobati para pria. Pasak bumi dikenal dapat mengobati sakit pinggang, pegal-pegal, nyeri otot, kencing manis, tekanan darah tinggi, kolesterol dan memulihkan stamina. Nah, bagian memulihkan stamina ini tidak hanya untuk pria, tapi juga untuk semua jenis kelamin.
Pasak bumi yang bernama latin Eurycoma longifolia yang dikenal sebagai obat ini adalah bagian akarnya. Akarnya yang menghunjam tanah lurus ke bawah itu juga sering menimbulkan persepsi tersendiri bagi beberapa orang. Umumnya akarnya tidak bercabang lagi di bawah tanah, hanya ada cabang-cabang kecil yang kalau di pohon bisa disebut sebagai ranting. Tidak berbeda dengan pertumbuhan bawah tanah, bagian atasnya pun hampir sama. Pohon pasak bumi tumbuh hampir tanpa cabang.
pasak bumi dibentuk seperti gelas
Pasak bumi sebagai obat rasanya sangat pahit, rasa obat sejati. Pasak bumi biasanya dijual dalam 3 bentuk : dipotong-potong dan dimasukkan dalam kemasan, dibuat seperti gelas dengan tutupnya, atau berbentuk asli yang benar-benar seperti pasak menghunjam bumi itu. Cara menggunakannya adalah dengan diseduh air panas, diminum 2 x sehari setelah makan.
Khusus untuk pasak bumi yang telah dibentuk seperti gelas, airnya jangan menggunakan air mendidih karena kemungkinan akan terjadi keretakan akibat pemuaian. Khasiatnya tetap sama seperti yang dipotong-potong menjadi kecil-kecil. Rasanya pun sama, PAHIT. {ST}

Obat alternatif lainnya: Sarang semut




Kamis, 23 Juni 2011

What Does It Takes To Turn “No” into “Yes”

What Does It Takes To Turn “No” into “Yes”

1.    Being hungry to learn new things
2.    Having open mind
3.    Willing to take risk 
4.    Creating network of innovation
5.    Believing that nothing is impossible 
6.    Daring to learn from failures 
7.    When challenge is hardest, when everyone is shaking their heads, to say : Let’s Go
8.    !?

Rabu, 22 Juni 2011

Manggis Buah yang Jujur



            Manggis sering dikatakan buah yang jujur karena bentuknya mengatakan kebenaran isinya. Bila kita lihat di bagian bawah buah manggis, maka akan terlihat bagian seperti bunga yang jumlahnya pasti sama dengan bagian dalam buahnya. Tidak percaya? Cobain aja.
            Kebanyakan bagian dalam buah manggis terdiri dari 6 bagian, tapi ada juga  yang 7 bagian. Cara membuka buah manggis ialah dengan menjepitnya dengan kedua tangan, atau kalau kulitnya sangat keras bisa dijepit di pintu (ini pengalaman penulis, sebaiknya tidak ditiru). {ST}

Jumat, 17 Juni 2011

Bakso Pak Sipit



Bakso Pak Sipit adalah bakso yang ikut menyertai perjalanan hidup keluarga kami. Kehadirannya sudah berlangsung sejak lama, paling tidak selama lebih dari 34 tahun. 34 tahun adalah usia kakakku Maslu. Dia dilahirkan setelah mamahku melahap 2 mangkok bakso Pak Sipit. Rasa mules yang dirasakan kemungkinan adalah perpaduan antara kebanyakan makan dan memang waktunya sang bayi meninggalkan rahim ibunya.

Pak Sipit, yang bernama asli Trisno, tetap setia menjual bakso dengan gerobak coklatnya di seputar Cempaka Putih sampai bertahun-tahun kemudian. Bunyi “tok tok tok”nya sangat dinantikan di saat matahari sudah beranjak ke barat. Selain Pak Sipit, anggota keluarganya yang lain ada juga yang menjual bakso yaitu Pak Gianto (kakaknya), dan Pak Tejo (pamannya). Rasa bakso yang mereka jual sama, tampaknya berasal dari pabrik yang sama, pabrik keluarga bakso Pak Sipit.

Nama Pak Sipit telah melekat dalam ingatan. Dia dipanggil Pak sipit karena memang bermata sipit. Aku baru tahu kalau namanya adalah Trisno dalam kunjungan terakhir ke tempat mangkalnya beberapa hari yang lalu.
Saat ini, Pak Sipit tidak lagi berjualan bakso keliling kompleks. Dia mangkal di sebuah bangunan permanen di area jajahannya juga, di Jalan Cempaka Putih Tengah IV / 8. Pak Sipit juga membuka cabang di Jln. Cempaka Putih Tengah II. Untuk di cabang dilayani oleh anaknya. Pak Sipit dan Bu Sipit melayani di ‘kantor pusat’.

Selain karena baksonya yang enak dan kuah kaldunya yang mantap, Pak Sipit juga diingat para pelanggannya karena perhatiannya. Dia selalu menanyakan kabar pelanggan dan keluarganya. Khusus keluarga kami, dia menanyakan sampai 3 turunan. Pak Sipit juga berusaha mengenal selera pelanggannya. Kalimat sebelumnya pakai kata ‘berusaha’ karena kadang-kadang keinginan pelanggan tak terpenuhi karena keterbatasannya.

Bertahun-tahun yang lalu, saat Pak Sipit masih berkeliling menjual baksonya, pembeli yang sudah menjadi langganan tinggal memanggil dan Pak Sipit otomatis langsung menyiapkan sesuai selera. Dia sudah paham orang mana yang suka mi putih, mi kuning, gak pake bawang, pake sumsum, pake tetelan , pake sayur, dll maunya pembeli deh. Aku adalah orang yang tidak terlalu suka tetelan, apalagi yang terdiri dari lemak. Yang ini bukan hanya tidak terlalu suka, tapi memang tidak suka. Berbeda dengan adikku yang penggemar tetelan dimana mangkok bakso dengan taburan tetelan adalah kenikmatan. Saat itu, aku  sudah yakin kalau Pak Sipit sudah tahu bakal menyiapkan bakso sesuai selera pelanggan dan tidak mengorder dengan cerewet seperti kuah bening, bakso doang, gak pake bawang goreng dll. Aku kaget berat ketika Pak Sipit memberikan mangkok bakso hasil racikannya yang ternyata....penuh dengan tetelan.

“Loh? Kok pake tetelan pak? Aku kan yang gak suka tetelan....” Kataku bengong menatap mangkok penuh tetelan itu. Kalau mau membayangkan, seperti nasi uduk yang ditaburi bawang goreng, nah, seperti itulah rupa tetelan yang ada di mangkok saat itu.
“Oooo....iya...abis rupane podo.” Pak sipit berkata lagi. Menurut dia aku dan adikku setelah besar ini ‘rupane podo’ alias mirip. Jadilah dia mengira kalau aku adalah anak yang suka tetelan dan memberikan bonus tambahan. Maksudnya baik khan?
Masalah itu segera dapat diselesaikan dengan mengalihkan tetelan ke mangkok Yiyi, si anak penggemar tetelan.
Minggu ini, aku dan Yiyi mampir ke kantor pusat Bakso Pak Sipit. Rasa lapar dan kengen menngiring kami ke sana. Saat bertemu, kami bertegur sapa dan menyampaikan kabar keluarga kami. Pak Sipit mengomentari beberapa kerabat yang telah berubah bentuknya, ada yang rambutnya memutih, ada yang menggemuk dll. Aku dan adikku dengan bawel mengorder semangkok bakso. “Pake toge”, “Pake sayur” adalah ucapan-ucapan yang menyelingi obrolan tentang para kerabat kami yang tidak hadir.

Kami mengambil tempat duduk di sebelah dalam, paling belakang dekat kipas angin dan TV. Di dinding tertera tulisan “BAKSO BENGAWAN BAPAK TRISNO PEACE”. Saat itulah tepatnya, kami – dua bersaudara penggemar Bakso Pak Sipit- tahu kalau nama asli bapak ramah ini adalah Trisno.

Bagi sebagian orang, cerita ini hanyalah kisah bola-bola daging dalam mangkok putih bergambar ayam merah. Bagi keluarga kami, cerita ini telah menjadi folklore. Apa itu folklore? Lebih baik adikku yang antropolog yang menjelaskan. {ST}

Kerak Telor




            Saat Pekan Raya Jakarta dilangsungkan, daerah sekitar Kemayoran dipadati oleh banyak orang. Dari antara sekian banyak orang itu, ada yang datang sebagai penjual atau pembeli. Pastinya ada yang datang sebagai penjual kerak telor. Bila diperhatikan, penjual kerak telor ada hampir di segala penjuru area pekan raya. Tidak hanya di dalam area, tapi juga ke luarnya, di pinggir-pinggir jalan. Yang di pinggir-pinggir jalan ini jaraknya sering kali sangat dekat, tidak sampai 2 meter antaranya.

            Dalam sebuah kesempatan ngobrol dengan abang penjual kerak telor, jarak sangat dekat itu termasuk hal yang saya tanyakan selain aneka campuran di stoples-stoples kecil dan cara masaknya. Selain ngobrol, tentu sekalian membeli kerak telor yang akan dibawa kepada teman-teman yang sering rapat berjam-jam tiap 2 minggu sekali. Saya membeli semua menu yang dijual abang itu, kerak telor bebek dan kerak telor ayam.

            Kerak telor biasanya dijual dengan menggunakan pikulan. Satu sisi pikulan untuk tempat bahan-bahan masakan : telor (bebek dan ayam), garam, merica, vetsin, bawang goreng, serundeng. Satu sisi lagi tempat menyimpan nasi untuk bahan kerak (diumpetin supaya tidak berdebu), kertas pembungkus, dan kantong plastik. Di sisi pikulan yang ini juga ada bidang datar tempat kerak telor yang sudah matang menjalani proses finishing.

Cara Memasak Kerak Telor
  • Pecahkan telor sesuai pesanan pembeli pada wajan kecil di atas tungku yang membara.
  • Tambahkan nasi untuk seporsi, garam, merica dan penyedap rasa 

  • Aduk-aduk sampai rata kemudian wajan ditutup sebentar


  • Masukkan bawang goreng dan serundeng. Bawang goreng dan serundeng ini yang agak basah. Biasanya di pikulan ada 2 set bawang merah dan serundeng. Yang pertama untuk campuran di dalam adonan, yang kedua untuk ditaburkan di atasnya kalau sudah matang.
  • Wajan dibalikkan menghadap ke tungku. Jadi bara api langsung berhadapan dengan kerak telor sampai kerak berbentuk seperti layaknya kerak, agak gosong sedikit.


  • Kerak telor yang sudah matang diangkat ke atas kertas pembungkus, ditaburi serundeng dan bawang goreng kering kemudian dibungkus dengan cara digulung menjadi bentuk guling kecil.







  • Bila memesan menu 2 berbeda, pastikan ada pembeda di bungkusnya supaya tidak kebingungan saat akan menikmatinya.

Dari kedua menu kerak telor yang dijual itu, yang paling laku adalah kerak telor bebek yang dijual dengan harga Rp. 15.000,-. Kerak telor ayam yang lebih murah malah menjadi peringkat kedua. Kerak telor ayam dijual dengan harga Rp. 12.000,-.
Tentang jarak sangat dekat yang memisahkan sesama penjual kerak telor, Abang Faisal yang telah membuatkan kerak telor buatku berucap “Kalo kita usaha, rejeki  bakal datang kok neng, gak bakal lari kemane....”
“Bang, yang telor bebek bungkusnya disobek ya....” Aku berkata pada abang yang lagi menggulung kerak telor bebek.
“Yaahhhh....Tadi yang telor ayam sudah abang sobek neng, buat bedain.” Si abang menyahut sambil menghentikan sejenak kegiatan menggulung kerak telornya.
Kerak telor bebek yang disobek memang sengaja kuminta supaya memudahkan mengingat. Selain itu akan jadi lebih keren bila suatu saat nanti diceritakan dalam tulisan, bisa untuk bikin sajak. Apa daya, si abang sudah berinisiatif duluan menyobek bungkusan kerak telor ayam.{ST}
Bersambung

Yang Manakah Si Kayu Manang


            Dalam tradisi budaya Dayak, ada yang dinamakan kayu manang. Dimana orang yang memegang kayu ini dipercaya akan selalu menang dalam setiap pertandingan, perlombaan ataupun perkelahian. Kayu manang bisa berasal dari jenis kayu apa saja. Dinamakan kayu manang karena dalam hidupnya sebagai pohon, dia telah mengalahkan pohon lain dalam pertumbuhannya.
            Mitos tentang khasiat kayu manang mungkin bukanlah hal yang masuk akal. Tapi kehidupan kayu manang adalah nyata terjadi sehari-hari. Kisah kehidupan pohon memang sering kali terlupa oleh kita manusia. Kisah perjuangan 2 pohon yang saling berebut teritori sungguh nyata terjadi di pinggir sebuah jalan besar. Luas area yang direbut oleh ranting-ranting pohon belum tentu membuat dedaunannya menghijau cerah. Terlihat pohon di sebelah kiri yang areanya lebih kecil lebih subur daunnya. Area sebelah kanan yang lebih luas, daunnya rontok berguguran. Entahlah apakah akan ada kayu manang dari kedua pohon itu. Ataukah keduanya akan hidup berdampingan? {ST}

Kamis, 16 Juni 2011

Sapu Terbang Menghadap Atas



            Sapu adalah alat pembersih wajib sebelum lantai di pel. Sapu lantai bisa terbuat dari ijuk ataupun dari sabut kelapa, tergantung selera yang punya. Sapu memang penting, tapi sering terlupakan ketika telah digunakan. Karena gunanya yang untuk membersihkan, malah membuatnya kotor dan tidak layak menjadi pajangan. Sapu sering kali terpinggirkan ke bagian paling belakang sebuah rumah. Bahkan ada yang menempatkan sapu di pojokan sempit yang gelap dalam sebuah ruang kosong bernama gudang.
            Keadaan terlupakan sapu dan cara meletakkan secara sembarangan membuat sapu jauh lebih cepat rusak dibanding perkakas lainnya. Sapu yang diletakkan begitu saja di lantai membuat ijuknya melebar dan tidak berfungsi dengan baik bila makin lama makin lebar. Salah satu membuat sapu tetap awet adalah dengan meletakkan ijuknya di sebelah atas seperti yang ada di foto ini. {ST}

Rabu, 15 Juni 2011

Tak Kesampean Bukan Karena Tak Mau



            Sekilas membaca judul ini pasti terlintas penulisnya mau menghindar alias ngeles. Mungkin saja sih seperti itu. Penulisnya, yaitu saya sendiri punya keinginan untuk selalu mengupdate blognya setiap hari. Dan yang terjadi sering banyak bolongnya. Blognya tidak terupdate.
            Awalnya, membuat tulisan setiap hari sering mentok di ide atau inspirasi yang tak kunjung berkunjung. Lama-kelamaan, malah kebanyakan ide yang tak bisa tertuang. Bukan karena tak mau, tapi karena hal lain. Misalnya sudah kelelahan dan mata sudah nyaris terpejam, harus membuat tulisan untuk urusan lain, atau masalah teknis yang berhubungan dengan koneksi internet.
Niat mengupdate blog sedikit bergeser dengan niat setiap hari menulis (tanpa harus update di blog). Pergeseran ini menyesuaikan dengan bertambahnya sebuah tanggung jawab baru yang menuntut untuk membuat tulisan tapi tidak boleh dipublikasikan. Ada kalanya harus membuat tulisan ribuan kata tapi hanya boleh dibaca oleh beberapa belas orang yang berkumpul tiap 2 minggu sekali.
Lagi pula (kata pembuka kalo lagi ngeles), yang namanya menulis sekarang ini bukanlah menulis yang sebenarnya. Membuat tulisan dengan memencet-mencet tombol keyboard bukanlah menulis dengan tangan kita sendiri. Dengan dasar inilah maka saya memulai kegiatan tulis menulis lagi. Tulis menulis yang sebenarnya, menggunakan kertas dan bolpoin. Menulis hal-hal yang menarik hati dan (kalau ada waktu) akan diketik dan dimuat di blog kesayangan yang hanya ada datu-satunya di dunia ini. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini