‘IN EVERYTHING GIVE THANKS’ adalah tulisan yang ada di mug biru tua model V kesayanganku. Mug ini hadiah dari kakakku satu-satunya, Heru. Kakak yang biasa aku panggil Maslu juga. Hadiah yang diberikan padaku bertahun-tahun yang lalu sebagai hadiah ulang tahun. Hadiah itu dibungkus dengan kertas kado tak rapi ala cowok, warna kuning.
Mug ini telah menemani perjalanan hidupku. Dia telah kubawa ke 3 kamar kos yang pernah kutempati. Dari kamar kos besar yang aku tempati berdua, kamar agak kecil berwarna kuning, hingga kamar kecil langsing di lantai 2. Waktu di kamar lantai 2 itu, mug ini sering bertampang tak karuan karena aku malas nyuci ke lantai bawah setelah dipakai minum pagi. Mug ini terlihat lebih dinamis dan dramatis di tengah serangga kecil penyuka manis (terjemahan: dikerubungi semut).
Dengan tulisan di kedua sisinya, mug ini mengingatkanku, walau keadaanku saat itu tidak senyaman di rumah orang tuaku, harus tetap bersyukur. Give thanks. Caranya? Gampang-gampang susah sih.
Selain mengisi semangatku, mug ini juga mengisi perutku dengan sereal kalau pagi, kopi kalau habis sarapan (setelah balik lagi ke rumah), teh panas (kalau lagi perlu kehangatan), dan air putih tentunya.
Saat aku haus...emang perlu dibahas ya? Ya mugnya dipakai minum lah....
Saat aku letih, lelah dan bosan dengan pekerjaanku, tulisan di mug ini pernah membuat emosiku agak kacau. Marah. Gimana bisa? Tapi ternyata bisa kok, give thanks itu datangnya dari pikiran dan pikiran itu punya kita sendiri, bisa diatur-atur. Kalaupun kita tidak bisa bersyukur akan hal itu, masih ada hal lain yang bisa disyukuri. Ya tho?
Saat aku sedih karena semua rencana masa depan buyar, mug ini juga menemaniku dengan air beningnya. Biasanya kalau lagi sedih asam lambungku berkembang biak tak terkendali. Konon lawannya air putih bening dan obat langganan tentunya. Air itulah yang aku paksakan masuk ke dalam mulutku yang asam pahit. Tulisan di mug itu tentu saja terbaca lagi dan lagi. Give thanks? Tentu donk...daripada buyarnya di masa depan bukan?
Saat aku kecewa akan seseorang, mug ini juga sering berada di sekitar genggamanku. Ada yang bilang, hanya waktulah yang dapat mengobati rasa kecewa (entah siapa nih orangnya yang bilang). Nah, kalau memang benar kaya gitu, berarti aku harus hidup sekitar 200 tahun untuk menghilangkan semua ini. Gak mungkin kan? Lagian rugi amat hidup lama-lama tapi kecewa. Dilupakan? Belum bisa. So caranya bersyukur akan hal yang lain, yang membuat kecewa tidak perlu disebut kecuali diulang-ulang terus dan aku tak kuat lagi untuk menahan keluhan.
Saat aku senang, gembira ceria, tulisan di mug ini juga mengingatkanku untuk mengucap syukur dan berterima kasih. Manusia seperti daku ini memang kadang kurang ajar, dikasih yang enak trus lupa dengan alasan usia.
Malam ini, mug ini menemaniku dengan teh hangatnya yang menyegarkan badan yang letih. Maklum, pikiran masih segar dengan banyak ide. Tapi badan sudah keletihan karena berniat bergerak indah tapi jadinya entahlah.
Akhir kata...IN EVERYTHING GIVE THANKS.